F.Couple18
"Ali sama Ily kok lama ya nggak keluar-keluar?" Bu Rose bertanya dengan nada heran.
"Iya ya?" Bunda Ily juga jadi bertanya-tanya.
Para ibu mengeryit bingung. Keasikan membicarakan kelangsungan hubungan anak mereka dan ternyata obrolannya melebar ke gosip-gosip banyak artis yang sedang dalam proses perceraian, bahkan gosip artis jadi orang ketiga dalam rumah tangga, membuat mereka lupa anak-anak mereka tidak muncul-muncul.
"Diminum lagi, Bu Rose!"
Ciwid yang baru saja keluar dari dapur menuju ruang tamu membawakan minuman hangat untuk kedua kalinya, mempersilahkan Mama Ali minun air teh hangat suguhannya.
"Rajin banget nih bikinin minum dari tadi!" Ucap Bu Rosehan sambil tersenyum.
"Iya Bu Rose, udah biasa jadi asisten bunda, kan kita nggak ada asisten rumah tangga!" Ciwid nyengir kuda mendengar celetukan Bu Rosehan.
"Ciw, tolong susul kak Ali sama kak Ily dong, kenapa mereka lama?"
Bunda Ily meminta Ciwid menyusul Ali dan Ily. Ia takut didalam sana Ali tak bisa membujuk Ily keluar dari kamar. Takut mereka bertengkar. Dan untuk meninggalkan orangtua Ali, Bunda Ily merasa tak enak, makanya meminta pada Ciwid untuk menyusul kakaknya itu kekamarnya.
Ciwid bergerak menuju kamar Ily. Sampai didepan kamar, Ciwid tak sengaja langsung melongok kedalam kamar karna pintunya sudah terbuka sedikit.
"Oh my good. Bunn, tolong kawinkan Ciwid segeraaaa......!"
Dibalik pintu kamar, tanpa Ali dan Ily sadari sepasang mata Ciwid mengerjap-ngerjap sambil mencengkram daun pintu. Ciwid jadi melting sendiri melihat dan mendengar adegan 18+ didepan matanya.
"Ya ampun, senengnya dikasih perhiasan lagiiiii....uhhggg, kakak Ily beruntung bangettt!" bisik Ciwid ikut merasakan kesenangan. Bahkan ia ingin jingkrak-jingkrak dibuatnya.
"Astagfirullah hal adzimmm!" Ciwid menutup matanya dengan jari yang tak rapat hingga ketika adegan pertemuan indra perasa kakak dan kakak iparnya yang membuatnya merinding itu tetap terlihat jelas.
Malu tapi mau melihat. Sampai-sampai Ciwid bingung harus bagaimana ia sekarang? Bukannya ia diberi amanat memanggil? Kalau mereka lagi asik begini, gimana mau ganggu? Lagi juga Ciwid jadi lemeskan lihat adegan romantis, makanya sedari tadi tangannya menumpu didaun pintu. Untung saja pintunya nggak roboh.
"Ciwiddd, kok kamu malah ikut lamaaa sihhh?"
"Innalilahiii....!" Ciwid terjengit kaget mendengar seruan ibunya yang berjalan mendekati. Hampir saja ia jatuh karna tubuhnya terdorong kedepan dan memperlebar terbukanya daun pintu.
Akibatnya Ali dan Ily menoleh keluar kamar dan akhirnya saling pandang ketika melihat adik dan bunda Ily yang mendadak sudah ribut-ribut didepan pintu. Ily menutup wajah dengan sebelah tangannya dengan senyum yang terlihat malu. Ia curiga Ciwid sudah melihat adegan cukup panas mereka yang baru saja terjadi.
"Bunda ngagetin aja!" Ciwid berseru protes.
"Ngapain aja sih kamu disuruh manggil malah ikutan lama?"
Haduh. Sejak kapan Ciwid didepan kamar? Haihh. Ily makin salah tingkah saja.
"Ali, Ily?" Bunda Ily melongok kedalam kamar.
"Kenapa, bun?" Ily bertanya pura-pura bingung sambil melangkah kearah pintu dengan tangan yang menarik tangan Ali hingga terseret ikut kedepan pintu itu.
Bunda Ily salah fokus pada selipan jari Ali dan Ily lalu memandang mereka bergantian.
"Kalau masih sibuk ya udah, ayo ciww, duh kenapa ciwid nggak langsung balik badan kalau kakaknya nggak bisa digangguuu...!" Bunda malah membalik badan dan meraih pergelangan tangan Ciwid.
"E-ehh, mau kemana? Ini udahan kok sibuknyaaa...!" Ily menahan langkah mereka.
"Ya udah nggak papa, ditungguin didepan!" Bunda semakin menyeret Ciwid menjauh.
"Bun, bun, tangan Ciwid bunnn!" Ciwid meringis karna tarikan bunda Ily dan karna terseret.
"Udahh buruan sinihh!!" Bundanya makin menyeret Ciwid.
"Ciwid sedang betah bun, lihat drama koreaaaa!!"
Enak aja Ciwid. Drama korea katanya. Ily sampai merasa malu sendiri, membayangkan sejak adegan apa Ciwid sudah mengintip?
"Dasar anak kecil!"
Ali tertawa kecil.
"Sesama anak kecil jangan saling mengumpat!"
"Enak ajaaa...."
"Ya kan kamu aja lebih kecil dari dia!"
"Kecil-kecil gini-kan udah pinter bikin anak kecil, lah diaa sekolah aja belum tamatt..." Ily mencelos jengkel. Maksudnya membela diri tapi ternyata pembelaan dirinya mengandung unsur memancing.
"Hmmm!"
"Apaaa....?"
"Jadi, udah pinter bikin anak kecil nih?"
Haduh. Ily merasakan alarm tanda bahaya tersirat dari tatap mata Ali yang sedang salah fokus dengan kalimat bikin anak kecil.
"No...no..nooo...Aliiiiiiii....ahhhh!"
Ily hampir saja kehabisan napas karna menahan napas. Menahan napas karna Ali sudah mendaratkan kecupan dilehernya.
"Cuamiii....jangan sekarangggg, kita udahh ditung...mmpphhhhh...."
Ingin menepuk bahu Ali, Ily malah meremasnya saat Ali mengangkat wajah dan mendaratkan rasa kenyal dibibirnya. Sepertinya tak tahan untuk tidak membalas pagutannya yang sudah bergerak menyesap salivanya.
"Mmhhh, Aliiii....!"
Ily mengeratkan pelukan mereka setelah pagutan berakhir karna kehabisan oksigen. Napas mereka sama tersengal.
"Kita ditungguuuuu...!"
Menyerah karna ditunggu, akhirnya Ali melepas pelukan dan membenahi rambut Ily.
"Kusutkannn...." Ily mengerucutkan bibirnya sambil membenahi rambutnya sendiri.
Ali tertawa kecil.
"Udah, jangan mengerucut gitu bibirnyaaa....!"
Ali meraih pundak Ily dan membawa istrinya itu menuju keluar kamar. Tertawa kecil setelah saling menoleh, Ali menaruh telapak tangannya diatas kepala Ily. Semakin lama berduaan didalam kamar. Rasanya semakin tak tahan saja.
Sampai didepan ruang tamu mereka jadi makin salah tingkah karena semua orang disana sampai kesudut-sudut dimana ada ayah Ily dan papa Ali berada memandangi mereka. Ali menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Ily tersipu sendiri.
'Kok pada diem sih?' Batin Ily dan Ali sama.
"Udah nggak lemes lagi, Ly?" Bunda Ily membuka suaranya bertanya pada putrinya.
"Kapan aku lemes sih bun?" Ily balik bertanya mengelak.
"Lahh, bukannya seharian lesu?" Ucap bundanya lagi sambil tersenyum penuh arti.
"Enggakkk!"
Ali menoleh pada Ily. Dalam hatinya membenarkan. Tadi aja Ily pusing mau jatuh saat dia masih mengintipnya.
"Iya tadi katanya pusing?" Ali akhirnya berucap spontan.
"Nggak tau tadi kenapa, pas berdiri langsung pusing, tekanan darah rendah kali!" Akhirnya Ily juga menyadari kalau tadi ia sempat pusing.
"Mau periksa kedokter nggak?" Ali langsung menawarkan untuk periksa kedokter, "nanti kita mampir kedokter aja!" Ali melanjutkan kalimatnya dijawab anggukan.
"Jadi Ily dibawa pulang?" Bu Rose menatap mereka dengan mata berbinar. Bunda Ilypun menyiratkan hal yang sama tapi penun tanda tanya.
"Emhhh.....!" Ali menggaruk kepalanya lagi. Jadi bingung mau berkata apa.
"Mama nggak ngerti..." Bu Rose mengeryitkan alisnya. Sepertinya banyak yang tidak ia ketahui dari mereka berdua meskipun tinggal dalam satu atap.
"Jadi kita berdua udah sepakat untukk..." Ali menelan ludahnya, "Tetap bersama-sama!" Ali menoleh pada Ily, "iya kan?"
"Ii...iya!" Ily menyahut cepat pertanyaan Ali lalu menunduk. Malu.
"Berarti ini rujuk dong namanya?" Ucap mama Ali dengan nada bertanya.
"Tapi maa...Ali mau bilang sesuatu juga sama yang ada disini semuanya!"
"Mau bilang apa?" Ily menoleh heran pada Ali. Tadi Ali nggak ada mau bilang sesuatu apa-apa sama dia didalam sana.
Ali menarik tangan Ily dan menggenggamnya.
"Tapi kamu jangan kaget!"
"Kenapa emang?" Seketika jantung Ily berdebar. Kenapa sepertinya Ali serius banget sih?
"Aku...mau NIKAH lagi!!"
Duarrr.....
Bagai disambar petir mendengar Ali berkata seperti itu. Bukannya tadi didalam kamar dia bilang nggak perlu lagi mencari perempuan lain? Kenapa sekarang tiba-tiba bicara mau menikah lagi. Dasar buaya darat! Sekali buaya tetap buaya. Dada Ily terasa sesak dibuatnya. Tangannya menghempaskan genggaman Ali. Bundanya dan mama mertuapun terlihat mengerutkan dahinya.
"Kamu gimana sih?? Sumpah aku benci sama kamu ya!!" Ily seketika emosi tingkat tinggi. Kepalanya pening seketika.
"Heiii dengar dulu, maksud aku, aku mau menikah lagi sama kamu, menikah ulang maksudnya....!"
Bu Rose dan Bunda Ily menarik napas lega mendengarnya. Sementara Ily yang merasa sudah syok lalu emosi dan akhirnya setelah mendengar klarifikasi merasa sesak didadanya makin menggumpal. Sepertinya ia terlalu sensitif. Apalagi dengan urusan menikah lagi. Darahnya terasa mengalir lebih cepat menekan sampai kekepala. Matanya berkunang-kunang seketika.
"Istlii.....???"
Antara kaget dan menyesal telah membuat istrinya salah paham, Ali menahan tubuh Ily yang hampir terjatuh disampingnya.
Ily mencoba menahan tubuhnya sendiri dan mendorong Ali agar tidak tergantung padanya. Tapi Ali tetap menahan tubuhnya lalu merengkuh Ily duduk diSofa.
"Aku mau menikahimu ulang, karna aku mau ijab kabul dari hati, biar kita jadi Real Couple bukan Forced Couple lagi!"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Banjarmasin, 16 September 2017
Aku tadi kepencet saat belum selesai, maaf ya...
Aku juga gak bisa panjang panjang krn bner bner sdg punya sedikit waktu saja itupun telatkan...
Makasih ya udah membaca....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top