20. Afraid

Chapter 20 ~
.

"Yak kau menyingkir sedikit! Biarkan aku yang mencetak skor kali ini!"

"Jika kau ingin menang, maka berusahalah."

Sangat menyebalkan. Mana mungkin aku bisa menang jika bola itu tetap ditangannya. Ya, saat ini aku dan Yoongi tengah bermain basket dilapangan basket kampus. Dia menantangku. Jika aku menang, maka dia akan berhenti mengataiku gadis lemah dan aku menerima tantangannya karena tidak mau dipanggil begitu. Sekarang dia tengah menatap dan melempariku senyum angkuh yang seakan tengah meremehkanku. Merasa kesal, aku mengejarnya dan berusaha merebut bola tersebut.

Brukk.

"Aww!" Aku meringis kesakitan. Aku terjatuh dan lututku terluka. Yoongi datang menghampiriku.

"Ternyata selain bodoh dan lemah, kau juga gadis yang ceroboh. Ck."

"Ceroboh katamu? Hei, ini semua karenamu! Kalau tadi kau mau mengalah dan tidak mendorongku, aku tidak akan terjatuh seperti ini." Aku berbicara dengan nada marah dan geram padanya. Tetapi sepertinya dia tidak menghiraukan ucapanku. Dia memegang pinggir lututku yang terluka.

"Sakit, bodoh!"

"Tunggu sebentar. Jangan pergi kemana-mana." Aku mengerutkan dahiku. Setelah membuatku terjatuh begini, bukannya bertanggung jawab, dia malah pergi meninggalkanku? Terkutuk kau Min Yoongi!

Aku mendesis pelan, lalu meniup-niup pelan lukaku. Sungguh, ini sangat perih. Lapangan ini dari luarnta saja terlihat halus dan licin. Dan ternyata walau begitu bisa membuat lurutku terluka cukup lebar begini.

"Oh, itu dia!" Aku menoleh. Seulgi? Bukankah sekarang tidak ada kelas? Mau apa dia kemari?

Baik, aku sudah mengerti apa tujuan Seulgi kemari setelah melihat Taehyung dibelakangnya menuju kesini.

"Kau kemana saja? Kenapa nomor dan seluruh akunmu tidak dapat dihubungi? Rumahnu juga kosong. Apa kau pindah rumah? Kenapa kau tidak memberitahuku? Kau membuatku khawatir, Kim Hyera!"

"Yak, Kim Taehyung! Tahan emosimu. Hyera tidak mungkin bisa menjawab pertanyaanmu jika kau bertanya sekaligus begitu."

"Terserahku! Dia kekasihku, dan kurasa aku berhak marah padanya." Aku menghela napas panjang. Sekarang Taehyung malah memarahi Seulgi. Aku bingung harus menjelaskannya darimana.

"Aku sudah tidak tinggal disana lagi. Ah..." Aku kembali mendesah karena kesakitan. Luka ini benar-benar menyebalkan. Taehyung menoleh pada tanganku yang sedang mengkipasi luka dilututku.

"Lututmu kenapa?! Kenapa bisa sampai begini?"

"Gwaenchana. Tadi aku-" Ucapanku terputus begitu melihat kedatangan Yoongi membawa kotak P3K. Firasat buruk kurasakan saat ini. Yoongi datang disaat yang tidak tepat.

"Haha, aku sudah menduga ini semua. KAU PASTI SUDAH MEMPENGARUHI HYERA DAN SEKARANG KAU MELUKAINYA! KEPARAT!" Aku terkejut bukan main begitu melihat Yoongi terpental jauh dan ambruk karena tendangan tiba-tiba dari Taehyung. Seulgi juga sama terkejutnya denganku. Apa ini? Taehyung selalu semena-mena terhadap Yoongi. Dia selalu memulai perkelahian dengan Yoongi.

"KIM TAEHYUNG, CUKUP! AKU BENCI KAU MELIHAT KAU MELAKUKAN HAL INI PADA YOONGI!" Seulgi berlari mengjampiriku, lalu mengelus bahuku bertujuan untuk menenangkanku. Demi apapun, aku tidak bisa tahan melihat Taehyung melukai Yoongi. Begitupun sebaliknya. Aku tahu Taehyung sangat menyayangiku, namun dia selalu mengaplikasikannya dengan cara yang salah.

"Kenapa kau jadi memarahiku? Seharusnya akulah yang harus marah disini. Kau menghilang tanpa kabar, dan kini aku melihat kau terluka karena bajingan ini!"

"Namanya Min Yoongi, bukan bajingan. Kau selalu berpikiran negatif tentangnya. Kau selalu berlebihan memperlakukanku. Kau juga yang memulai perkelahian. Aku tidak suka sifatmu yang sekarang, Taehyung."

Ya, aku memang tidak menyukai sifat Taehyung yang sekarang. Dulu sewaktu kami masih berteman, dia sangat manis dan lucu. Aku sangat nyaman berada disekitarnya. Namun tidak untuk sekarang. Egonya melejit meningkat dan aku sangat tidak suka itu.

"Kau dengar itu berengsek? Dia tidak menyukaimu, haha-"

Bugh! Bugh! Bugh!

"Kim Taehyung, hentikan!"

Bugh!

"Akh!" Pukulan Taehyung telak mengenai tulang pipiku. Demi apapun ini sangat sakit. Aku merintih kesakitan. Aku tidak percaya ini. Taehyung memukulku. Kupikir selama ini, Taehyung bukanlah tipe lelaki yang suka menyakiti perempuan.

"Hyera, maafkan aku. Gwaenchana?"

"Keparat kau!"

Bugh!

Suara bising disekitarku tidak ku hiraukan. Penglihatanku mulai mengabur. Tes tes, ku alihkan pandanganku ke cairan merah yang sudah mengenai kaus abu-abuku.

"Astaga, Hyera! Kau mimisan!"

Brukk.

•••

"Aww, itu sakit. Pelan-pelan sedikit." Aku meringis pelan. Yoongi sedang mengobati lukaku, diapartemennya. Dilutut dan diwajahku. Dia tidak mengacuhkan ringisanku. Dia tetap konsentrasi pada wajahku, tepatnya hidungku. Amarah yang belum meredam sangat kentara sekali diwajahnya. Aku sempat heran kenapa dia tiba-tiba peduli padaku begini, sementara lebam diwajahnya belum hilang.

"Coba tegakkan kepalamu. Apa darahnya sudah berhenti?" Aku melakukan apa yang dia perintahkan. Darahnya sudah berhenti. Merasa sudah selesai, aku bergegas berdiri berniat untuk mengambil beberapa barang-barangku yang tertinggal dirumah.

"Mau kemana?"

"Aku mau ke rumah sebentar."

"TIDAK BOLEH!" Tubuhku setetika bergetar mendengar bentakkan tiba-tiba dari Yoongi. Ada apa dengan pria ini?

"W-wae?"

"Apa kau gila? Bagaimana jika lelaki tua berbau tanah itu melakukan hal yang buruk padamu? Kau bisa hanya tinggal nama nantinya!" Yoongi benar. Aku bahkan tidak memikirkan hal itu.

"Tapi aku hanya ingin mengambil beberapa barang-barangku yang ketinggalan."

"Persetan dengan barang-barangmu! Aku tidak peduli itu. Ibumu mempercayakanmu padaku. Jadi kau harus menurut padaku mulai dari sekarang!"

Jadi dia peduli padaku begini hanya karena sekadar lepas hutang kepercayaan pada Ibuku? Haha. Kupikir dia tulus peduli padaku. Ya, aku tahu itu. Sebelum Ibu berangkat ke Kanada untuk memperbaiki bisnisnya, dia menitipkanku pada Yoongi. Ibu mengatakan padaku bahwa Yoongi tidak sama seperti Ayahnya. Dia adalah anak yang baik. Dan kupikir Ibu benar.

"Mulai dari sekarang, kau harus menjaga jarak dari Taehyung. Ini perintah! Dia mengataiku berengsek. Kupikir dia sepuluh kali lipat lebih berengsek dariku. Bagaimana bisa seorang pria memukuli gadisnya? Haha, aku meragukan kejiwaannya tidak normal."

Aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan Yoongi. Kim Taehyung. Seorang pria yang sudah sangat lama ku kenal. Pria yang bagaikan sebuah rumah bagiku untuk berteduh, mengadu, dan berbagi cerita. Sosok yang amat hangat dan menyamankan sebelum kami menjalin hubungan sepasang kekasih.

Namun aku kecewa padanya. Begitu status hubungan kami berubah menjadi sepasang kekasih, egonya melunjak membesar. Dia terlalu membatasi pergaulanku. Dia juga berlebihan memperlakukanku. Bagaimana tidak, dia bahkan sering memarahiku jika terlambat menjawab teleponnya. Sisi menyeramkannya juga baru kutemui akhir-akhir ini.

Dia menyayangi dan menyukaiku. Aku juga menyayangi dan berusaha untuk menyukainya. Namun egonya yang terlalu besar itu seakan menghancurkan usahaku untuk membalas perasaannya. Jujur, aku sangat merindukan kepribadiannya yang dulu.

"Kau sedang memikirkan apa? Kenapa kau menangis?" Yoongi membuyarkan lamunanku. Aku menyeka airmataku. Haha, aku menangis diluar kesadaranku.

"Aku tidak apa-apa."

"Yoongi, aku mau meminjam git-"

Bagaikan dilempari bom atom, aku terkejut bukan main saat melihat sosok mengerikan itu disini. Si gila, Kim Kai. Apa yang dia lakukan disini?!

"Oh? Hyera? Ada kau juga disini?" Dia duduk disebelahku. Tentu saja aku tidak sudi hal itu terjadi. Aku berpindah tempat ke sebelah kanan Yoongi.

"Lutut dan wajahmu kenapa?!" Dia menaikkan nada bicaranya dan menatapku dengan tajam. Tanpa ragu aku memeluk lengan kanan Yoongi dan berlindung padanya. Sementara Yoongi, dia mengerutkan dahinya. Sepertinya dia heran kenapa Kai tampak sangat khawatir padaku.

"Hanya kecelakaan kecil. Kau tampak sangat mengkhawatirkan Hyera. Apa kau mengenalnya?" Kai memejamkan kedua matanya beberapa saat. Sepertinya dia tengah merutuki ucapan spontan dari mulutnya.

"Huh? Ah ya. Aku memang mengenal Hyera karena dia sering menjadi topik pembicaraan lelaki dikelasku. Tapi kurasa Hyera tidak mengenalku." Apa dia bilang? Aku sering menjadi buah bibir dikelasnya? Itu berarti seluruh pria dikelasnya memiliki otak yang sama dengannya?

"Lalu kau? Kau tampak sangat dekat dengan Hyera. Apa kalian memiliki hubungan khusus?" Yoongi menatapku yang tampak sangat tidak nyaman dengan keberadaan Kai. Aku menunjukkan ekpresi wajah yang seakan menyuruhnya untuk mengusir Kai dari sini.

"Itu privasi kami. Kurasa kau tidak perlu tau. Mau apa kau kemari?" Tutur Yoongi datar. Kai malah tersenyum tipis.

"Hei brother, kenapa kau jadi ketus begini padaku?"

"Mau apa kau kemari?"

"Tadinya aku ingin meminjam gitarmu. Aku melihat pintunya terbuka. Yasudah aku masuk saja. Dan ternyata Hyera ada disini. Kupikir aku bisa sedikit lebih lama disini." Yoongi beranjak pergi dan tidak lama kemudiam kembali membawa gitar ditangannya.

"Sekarang kau boleh pergi."

"Tapi aku mau-"

"Kau tidak dengar aku bicara apa?"

"Baik."

Beruntung dia mau menurut pada Yoongi. Pria gila itu telah pergi. Aku menghembuskan napas lega.

"Kau mengenal Kai?"

"Tidak! Aku sama sekali tidak mengenalnya. Tidak tahu kenapa dia menerorku akhir-akhir ini. Dia selalu mengamatiku dari kejauhan ketika berada dikampus, dan menyeringai setiap kali dia tertangkap basah olehku. Kau juga perlu tau bahwa dia pernah menjebakku dan hampir melakukan hal buruk padaku!" Jelasku setengah berteriak. Sungguh demi Tuhan, aku masih trauma pada pria itu.

"Melakukan hal buruk apa? Jangan bercanda. Dia temanku."

"Kau juga harus menjaga jarak darinya! Bila perlu, mulai dari sekarang jangan mau berteman dengannya! Dia bukanlah orang baik. Dia sudah mengetahui bahwa kau dekat denganku. Aku takut dia akan melakukan sesuatu hal yang buruk padamu!" Sial. Bukannya mengerti, dia malah menertawaiku.

"Aku tidak sedang bercanda, Min Yoongi!"

"Kau sedang mengkhawatirkanku?"

"Menurutmu?"

"Hm, arra. Aku akan melakukannya untukmu."

.

To be continue ~

Mulai bosan? Request kelanjutannya dikomentar!

Xoxo, Lilly Chan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top