19. What happen with me and him?

Chapter 19 ~
.

Author's pov.

Terlihat sepasang kaki sedang berjalan gontai menuju suatu tempat. Pemilik kaki tersebutㅡKim Kai tengah mendudukkan dirinya pada sudut pinggir ranjang disana. Dia menunduk dalam seakan tengah memikirkan sesuatu. Anehnya, sedetik kemudian dia malah tertawa lebar.

Dia mengambil sebuah foto dari antara banyak foto terpampang rapi disana. Ditatapinya dengan dalam foto yang ada ditangannya, lalu mengelusnya lembut. Pria itu mencium foto tersebut sambil memejamkan kedua matanya seakan dia tengah mencium seseorang yang ada didalam foto itu.

Siapa lagi kalau bukan Kim Hyera.

"Sekarang kau boleh bersikap tidak suka padaku. Namun aku berjanji akan membuatmu menyesali perbuatanmu dulu."

Pria itu tertawa miris. Ingin sekali dia merobek kertas foto ditangannya. Dia menghentikan tindakan konyolnya dan kembali menaruh foto tersebut ke tempat semula. Diambilnya helmnya, lalu kembali berjalan gontai untuk melakukan aksi rutinnya agar bisa menstabilkan emosinya.
.

Hyera's pov.

"Gomawo." Taehyung mengangguk sambil menyunggingkan senyuman tipis disudut bibirnya padaku. Dia juga mengusap rambutku dengan sayang. Aku yang menerima perlakuan manisnya ini hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar lalu membalas senyumnya. Batinku seakan mengatakan bahwa aku tidak pantas menerima ini semua.

Aku membuka pintu mobil lalu keluar dari mobilnya. Aku melambaikan tanganku ketika dia hendak pamit pulang. Setelah memastikan mobilnya telah melaju pergi, aku pun masuk ke dalam rumah.

Disaat aku membuka pintu utama, aku mendengar suara isakan tangis seseorang. Aku juga menemukan rumahku yang sangatlah berantakan saat ini. Perasaanku mulai tidak baik. Langsung saja aku berjalan cepat menuju sumber suara. Kudapati Ibuku sedang menangis terisak di meja makan.

Ada apa ini?

"Mom? Are you okay? What happened?" Tanyaku panik pada Ibuku. Dia mengangkat kepalanya untuk menatapku. Aku membelalakkan kedua mataku begitu menemukan sudut bibir Ibuku yang pecah dan terluka. Ibuku memelukku dengan erat dan memecahkan tangisannya. Aku membalas pelukannya.

"Ayahmu..."

"Ayah kenapa?!"

"Dia yang- hiks, melakukan ini semua." Sontak aku melepaskan pelukanku lalu menatap Ibuku dengan lekat dan bersiap menanyakan banyak hal padanya.

"Apa dia memukul Ibu? Kenapa? Apa maksudnya?!" Aku ikut marah. Dia hanyalah Ayah tiriku, dan beraninya dia menyakiti Ibuku. Sungguh, aku sangat ingin membunuh lelaki tua itu sekarang juga.

"Perusahaan kita di Kanada mengalami kegagalan. Musibah telah menimpa perusahaan kita. Kita mengalami kerugian besar. Dan entah kenapa Ayahmu sangat marah besar dan dia malah memukuli Ibu seperti ini..."

Berengsek. Kenapa dia jadi memukuli Ibuku? Seharusnya dia ikut membantu memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Oh, aku mengerti. Jadi selama ini dia menikahi Ibuku hanya ingin mengincar harta kekayaan Ibu? Lelaki tua bajingan!

"Sekarang dimana dia?" Tanyaku pada Ibu. Ibu malah menggeleng.

"Ibu juga tidak tahu dia kemana."

Brakk.

Aku dan Ibu menoleh secara bersamaan begitu kami mendengar suara bantingan pintu. Ternyata lelaki tua keparat itu telah kembali. Dia berjalan cepat menuju kami.

Aku membesarkan kedua bola mataku dan terkejut bukan main saat dia melakukan tindakan kasar tepat dihadapanku. Dia menjambak rambut Ibuku lalu menampar Ibuku dengan keras.

Suhu tubuhku meninggi. Emosiku naik hingga ubun-ubun. Aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Aku melemparkan gelas kaca yang ada dimeja makan ke kepala lelaki tua itu. Dan berhasil, gelas itu telak pecah mengenai kepalanya. Dia menghentikan perbuatan gilanya yang bisa menyakiti Ibuku.

Ketakutan mulai menimpaku saat dia membalikkan tubuhnya menghadapku dan menatapku dengan tajam. Aku bergerak jalan mundur secara teratur ketika menyadari dia berniat hendak menyerangku.

Dia membenturkan tubuhku ke dinding lalu mencekik leherku kuat membuatku sangat sulit untuk bernapas. Wajahku memerah karena tidak bisa bernapas. Demi apapun cengkeraman ini sangat sakit sekali. Aku mencoba bergerak melawan, namun dia malah mempererat cengkeramannya dileherku. Tubuhku mulai melemas. Aku tidak bisa bertahan lama begini.

"Lepaskan anakku!"

Brakk.

Ibuku terpelanting jauh. Lelaki tua ini kembali mencekikku. Aku menjulurkan tanganku ketika melihat Ibuku terjatuh kesakitan disana. Airmataku berjatuhan. Aku tidak bisa melihat Ibuku kesakitan seperti itu. Namun aku tidak bisa membantunya sekadar untuk berdiri. Sekarang aku hanya bisa pasrah menunggu kematian menjemputku.

Prang.

Bugh!

Aku terbatuk begitu merasakan leherku telah terbebaskan dari cengkeraman kuat tersebut. Indera pendengaranku menangkap suara kebisingan. Aku mencoba menstabilkan sistem pernapasanku. Namun tetap saja tidak bisa. Dadaku terasa sangat sesak.

"Kim Hyera, bertahanlah!"

Samar-samar aku mendengar kalimat itu, lalu sepersekon kemudiam semuanya berubah menjadi gelap.
.

Aroma obat-obatan menusuki hidungku memaksaku untuk terbangun dari tidurku. Aku mencoba membuka kedua mataku yang terasa sangat berat secara perlahan. Semuanya putih. Kupikir aku sudah sampai di surga.

Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru. Ternyata dugaanku salah. Aku belum diizinkan untuk sampai disurga. Aku sepertinya berada dirumah sakit.

Apa yang telah terjadi? Ah, kepalaku terasa sangat sakit. Aku mendapati seseorang tengah menggenggam tangan kananku. Aku sempat terkejut begitu melihat dengan jelas bahwa orang ini adalah Yoongi. Dia sedang tertidur namun masih menggenggam tanganku.

Kupandangi wajahnya yang sedang tertidur dengan lekat. Aku menemukan kedamaian disana. Aku tersenyum tipis ketika merasakan dia semakin erat menggenggam tanganku seakan dia takut kehilanganku. Tidak dapat kupungkiri, aku sangat nyaman dengan posisi seperti ini.

Memandanginya dengan dalam begini membuatku kembali teringat akan pertemuan konyol kami saat itu, dan juga interaksi kami selama ini.

"Apa kau orang yang dimaksud Ibuku?"

"Masuklah jika kau Kim Hyera."

"Halo, namaku Kim Hyera. Dan kau?"

Lagi-lagi aku tersenyum tipis saat mengingat saat itu dia tidak mengubrisku ketika aku mengajaknya berkenalan.

"Kau mau kemana? Aku ingin ikut denganmu!"

"Kau diam saja dirumah. Aku akan kembali."

"O-oppa, apa yang ingin kau lakukan?"

"Aku membutuhkanmu, Kim Hyera."

"Bukankah tadi kau mengatakan ingin keluar? Bagaimana jika sekalian bersamaku dan Taehyung saja?

"Kau pergi saja. Aku sedang tidak enak badan."

"Kau ini kenapa? Harusnya aku yang marah padamu karena kau telah menyakiti alien kesayanganku!"

"Oh, alien kesayangan?"

"Lalu bagaimana jadinya jika tadi aku tidak ada disana? Mungkin sebentar lagi kalian akan merasakan surga dunia, right?"

"Surga dunia apa maksudmu?"

"Ck, jalang murah."

Aku tertawa kecil mengingat hal itu. Dan sekarang aku telah menyadari bahwa dia cemburu melihatku bersama Taehyung. Lalu bagaimana dengan sekarang? Sekarang bahkan aku dan Taehyung sudah menjadi sepasang kekasih. Apakah dia tidak lagi cemburu?

"SUDAH BERAPA KALI KUBILANG, JANGAN PERNAH BERTINGKAH NAKAL! KENAPA KAU MASIH SAJA MEMBANTAHKU?"

"M-maafkan aku..."

"Tolong jawab aku kali ini. Apa yang telah kalian lakukan waktu itu?"

"K-kami, t-tidak melakukan apa-apa."

"Apa kau yakin? Sekadar berciuman?"

"Aku bahkan belum pernah berciuman."

"Baik. Kau ingin aku yang pertama?"

Seketika aku membelai bibirku. Pria yang sedang menggengam erat tanganku ini adalah si perebut ciuman pertamaku. Jantungku kembali berdegup kencang dan bisa kupastikan sekarang kedua pipiku tengah memerah.

"Tidak semudah itu, Kim Hyera."

"K-kau m-mau apa?!"

"Kau ingin aku melakukan apa, hm?"

"Lepaskan aku!"

"Jangan membantah atau aku akan melakukan suatu hal yang lebih buruk dari yang kau kira."

Aku menatap bagian atas ruangan ini. Aish, wajahku terasa memanas. Pasti pipiku sudah sangat memerah. Beruntung tidak ada yang sedang melihatku saat ini. Kulirik jam dinding diseberang sana, ternyata sudah menunjukkan jam satu dini hari. Cukup lama juga aku tertidur.

Kulihat Yoongi mulai berkutik. Sepertinya sebentar lagi dia akan bangun. Sontak saja aku lansung memejamkan kedua mataku, berpura-pura belum sadarkan diri.

"Dia belum sadar juga?" Aku yakin sekarang Yoongi tengah melemparkan pandangannya padaku.

"Rumah sakit macam apa ini! Bukankah tadi dokter keparat itu mengatakan dia akan sadar paling lama tengah malam tadi?"

Aku membuka mataku dengan hati-hati begitu mendengar suara langkah kakinya keluar ruangan ini. Astaga, aku sangat ingin tertawa sekarang. Dia mengkhawatirkanku? Aigoo, aku sangat senang!

"Aku tahu selama ini kau juga mengkhwatirkanku. Tetapi sialnya kau lebih memikirkan harga diri untuk menunjukkannya padaku."

Kerongkonganku terasa mengering karena sudah seharian aku tidak meminum dan memakan apapun. Aku mencoba meraih segelas air putih dinakas disana. Aku menunda niatku begitu mendengar suara Yoongi menuju kemari. Dengan segera aku kembali keposisi semula, tidak sadarkan diri.

"Maaf tuan, saya juga tidak tau kenapa nona Hyera belum juga sadarkan diri."

"Kemana perginya semua dokter dirumah sakit ini? Kenapa hanya kau saja?"

"Mereka semua sedang beristirahat tuan, mengingat saat ini masih dini hari. Biarkan kami para perawat yang bertugas."

"Persetan dengan istirahat! Aku bisa saja membakar rumah sakit ini saat ini juga agar seluruh dokter pemalas itu musnah!"

"Baiklah tuan, sekali lagi maaf. Saya akan mencari pertolongan lain, permisi."

Astaga, mati-matian aku menahan gelak tawaku. Ini sangat lucu. Seorang Min Yoongi yang terkenal sangat dingin dan cuek, sekarang tengah mengkhawatirkanku. Suster itu telah pergi keluar dan dia masih saja bergerak kesana kemari. Mendengar suara derap langkahnya menujuku, aku kembali menutup rapat mataku.

Kurasakan tangannya menyentuh leher dan tangan sebelah kananku. Sepertinya dia tengah memeriksa keadaanku. Tetapi hei, apa-apaan ini? Apa dia sempat berpikiran bahwa aku sudah mati?

Dia kembalu mendesis dan mengumpat kasar. Kurasa sudah saatnya aku mengakhiri sandiwara kecilku ini. Aku menghentikan pergerakkannya yang tadinya hendak keluar menyusul suster tadi.

"Kau mengkhawatirkanku? Omo! Aku sangat tidak dapat mempercayai ini." Dia melepas tanganku dari tangannya. Sekarang dia tengah melempariku tatapan mematikan.

"Jadi kau membohongiku?"

"Ani. Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksimu. Ternyata diluar dugaan, kau sangat perhatian padaku. Gomawo." Kurasa Yoongi sedang menahan emosinya. Dia menghela napas panjang. Tetapi aku tidak peduli. Aku masih menatapnya sambil tersenyum. Ini kali pertama aku merasa lucu ketika melihat tampang menyebalkannya.

"Dimana Ibu? Apakah dia baik-baik saja?!"

"Tertidur diruang tunggu." Aku menghela napas lega, dan kembali ke posisiku semua yang tadinya sempat hendak berdiri.

"Kim Hyera." Aku menoleh.

"Kenapa kau sangat bodoh sekali?" Aku mengerutkan dahiku. Mengataiku bodoh? Apa maksudnya?

"Wae?!"

"Bukankah sudah kuperingatkan untuk berhati-hati pada pria tua itu? Sesungguhnya dia bukanlah orang baik. Dia juga pernah menyiksa Ibuku."

"Kau juga tidak bisa menyalahkanku. Dengan tiba-tiba dia menyiksaku dan Ibu hanya karena perusahan Ibu mengalami kegagalan di Kanada. Aku bingung kenapa dia begitu. Bukankah seharusnya dia menolong Ibu untuk mencari jalan keluar dan masalah ini?"

"Haha. Dia memang gila harta. Ibuku juga pernah mengalaminya. Itu sebabnya dia berselingkuh dan menikahi Ibumu." Aku menunduk. Aku sudah tahu apa maksud dari pembicaraannya ini. Dan atas nama Ibuku, aku merasa bersalah. Dia menghela napas panjang memberi jeda pada ucapannya.

"Kemarin aku kesana hendak memberikan kameramu yang tertinggal diapartemenku. Untung saja aku datang tepat waktu. Jika tidak, kurasa aku tidak bisa berbicara denganmu lagi."

Tes. Tes. Airmataku berjatuhan diluar kesadaranku. Jauh diluar dugaanku, barusan Yoongi menarikku kepelukannya dan kini sedang mengelus lembut rambut panjangku dari belakang.

"Gomawo..."

"Perlu kau ketahui, aku sangat khawatir tadi bukan karena hanya sebatas seorang kakak. Dan tolong mulai dari sekarang berhenti beranggapan bahwa aku ini adalah kakakmu."

"M-maksudmu?" Sontak saja aku melepas pelukannya lalu menatapnya dalam. Apa maksudnya berkata demikian?

"Kim Hyera," Panggilnya pelan, masih menatapku lekat. Seperti biasa, jantungku kembali berdebar kencang jika sudah begini. Perasaanku menghangat jika sudah saling melempar tatapan begini.

"Jangan pernah berpikiran untuk menjauh dariku, sekalipun Taehyung menyuruhmu."

Deg!

Sebenarnya dia kenapa? Dan ada apa denganku?

.

To be continue ~

Ada yang labil ga nih mau nge-shipperin siapa? Iyaiyauda, shipperin aku sama mas yoongi aja .g

Maaf kalo ceritanya ngebosenin. Jangan lupa tetap divotement ya. Karna satu votement itu sangat berharga :')

Xoxo, Lilly Chan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top