17. I'm sorry

Chapter 17 ~
.

Sekarang aku terlihat seperti seseorang yang memiliki gangguan pernapasan. Jantungku serasa ingin melompat keluar. Sorotan matanya juga tak kunjung lepas dari mataku. Aromanya masih sama seperti dulu. Sangat maskulin.

Dari bawah sini bisa kulihat rambut merah maroon itu basah dan meneteskan air karena hujan diluar. Mungkin setiap orang akan mengatakan bahwa ketika hujan memanglah sangat dingin. Namun tidak halnya denganku. Seketika perasaanku terasa menghangat dengan posisi kami saat ini. Sudah lama aku tidak menatapnya sedekat ini.

Selang beberapa saat kemudian, listrik kembali menyala. Dia melepaskan pegangannya dengan pelan. Tidak sama dengan waktu itu saat kami dihukum bersama mencuci pakaian, dia menjatuhkanku begitu saja. Namun tidak untuk kali ini. Dia lebih bertanggung jawab. Memang benar, sepertinya sikap buruknya sudah berkurang.

"M-maaf." Seketika rasa canggung itu membali menyelimutiku.

"Kenapa kau masih disini?" Aku mendongak, kembali terpaku padanya. Astaga, demi apapun aku sangat merindukan suara ini. Sudah lama aku tidak mendengarnya berbicara.

"Keluar dari rumahku."

"H-huh?" Aku mengerjapkan kedua mataku beberapa kali. Dua detik kemudian, aku berhasil mencerna perkataannya barusan.

"Kau mengusirku?"

"Ya."

"Kau jahat sekali."

"Kau selalu merepotkanku. Kau juga pembawa sial bagiku."

"Apa? Pembawa sial?" Aku tersenyum miris sembari menahan airmata yang sudah penuh dipelupuk mataku. Suaraku terdengar bergetar. Pria ini sangat kejam mengataiku pembawa sial baginya.

"Ya. Aku selalu terkena masalah setiap kau berada disekitarku." Aku sempat tidak percaya akan hal ini. Dengan lancarnya tanpa merasa bersalah dia mengatakan kalimat menyakitkan itu padaku. Jadi selama ini dugaanku benar? Dia membenciku?

"Jadi, karena hal itu kau menghilang dan menghindariku selama ini?" Tidak ada jawaban. Dia masih saja menatapku dengan dingin dan datar.

"Kupikir selama ini kau juga mengkhawatirkanku, karena aku juga ikut terlibat dalam masalah itu."

Hening. Dia masih saja diam namun diposisi yang sama, tepat didepanku dan menatapku datar. Aku kembali mengontrol pernapasanku, lalu melanjutkan ucapanku.

"Apa kau tau? Selama ini aku lelah mencari keberadaanmu. Kau menghilang begitu saja tanpa memerdulikan aku. Aku mengkhawatirkanmu, sangat. Apalagi mengingat saat itu kau pergi setelah berdebat hebat dengan Ayah." Lirihku pelan dengan suara yang semakin bergetar. Bulir airmataku akhirnya lolos juga tanpa seizinku.

"Ah, ya. Kau benar. Aku memanglah seorang gadis pembawa sial bagimu. Aku berjanji tidak akan menemuimu lagi. Memastikanmu baik-baik saja sudah mengobati rasa cemasku." Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Mungkin dengan mengatakan hal itu akan membuatnya lebih tenang. Namun yang kulihat, raut wajahnya sedikit bertukar seakan tidak percaya atas apa yang kukatakan barusan.

"Terimakasih atas makanan, dan juga tumpangannya. Aku pamit."

Aku berlari meninggalkannya untuk keluar dari tempat ini. Jiwa ragaku tidak lagi bisa bertahan lebih lama disana. Seluruh orang yang disini menatapku dengan tatapan aneh. Sekarang bisa kupastikan aku terlihat menyedihkan.

Aku asal memasuki lift dan asal memencet tombol untuk lantai tujuanku. Dan hal ini juga yang menyebabkan aku menjadi tersesat. Haha, sial.

Setelah melewati cukup panjang perjalanan menurutku, akhirnya aku sampai juga pada halaman luar tempat ini. Beruntung hujannya sudah lebih reda. Langkahku terasa memberat saat bayangan wajah pria gila itu menghantuiku lagi.

Kim Kai. Aku takut dia sedang mengelabuiku dan bisa saja melakukan hal jahat yang sama padaku. Benar kata Ibuku, penjahat akan lebih mudah melakukan aksinya dimalam hari.

"Hei, bodoh." Aku menoleh ke sumber suara. Ternyata orang itu Yoongi. Betapa kagetnya aku ketika melihat benda bernama helm itu melayang ke arahku. Untung saja dengan sigap aku bisa menangkap benda itu. Kalau tidak, benda itu akan telak mengenai kepalaku.

"Naiklah sebelum aku bertukar pikiran." Apa? Apa aku tidak salah dengar? Dia menyuruhku naik ke motor sportnya dan dia hendak mengantarku pulang? Hei, baru beberapa menit yang lalu dia menyakitiku dan sekarang apa ini? Perlakuan manis dan nanti akan berujung luka? Haha.

Aku berjalan menghampirinya berniat mengembalikan helmnya.

"Terimakasih atas tawaranmu tuan Yoongi yang terhormat. Aku tidak tau kesialan bagaimana yang terjadi padamu malam ini jika kau mengantarku pulang."

Pria jahat itu malah tertawa miris seakan aku telah mengucapkan lelucon lucu.

"Jadi kau menolak tawaranku? Apa kau sudah siap mental menghadapi pria belang jalanan diluar sana?"

Berengsek. Apa dia sedang menakutiku?

Aku meletakkan helmnya ke tangannya dengan hati-hati lalu pergi meninggalkannya. Semuanya mungkin akan terlihat mudah padanya. Setelah mengataiku gadis pembawa sial, dan sekarang dia ingin berlagak sok baik padaku?

"Baiklah, aku menarik ucapanku. Kau bukanlah gadis pembawa sial." Langkahku terhentikan. Dia menarik paksa tanganku dan memaksaku bersedia diantar pulang olehnya.

                           
                                  •••

Aku menyipitkan kedua mataku saat melihat mobil Taehyung dari kejauhan. Dan ya benar, itu mobil Taehyung terparkir tepat didepan rumahku.

Tidak lama kemudian, sang empunya keluar dengan ponsel yang terarahkan ke telinganya. Dapat kusimpulkan dia pasti sedang menelponku. Dan ternyata benar, satu detik kemudian ponselku berbunyi.

Ponselku berbunyi tepat disaat kami sampai didepan rumahku. Dan karena hal ini, Taehyung bisa menyadari bahwa aku telah pulang. Aku buru-buru melepas helmku dan menaruhnya.

Sebentar. Astaga! Taehyung melihatku pulang bersama Yoongi. Aku benar-benar panik. Perasaanku mulai tidak enak. Bagaimana ini?

Taehyung bertepuk tangan melihat kedatangan kami. Sementara Yoongi, dia melepas helmnya dan tampak santai saja namun tetap dengan ekspresi datar.

"Jadi ini alasanmu kenapa kau menolakku untuk menjemputmu tadi pagi?"

"Ta-Taehyung, aku bisa menjelaskan-"

Bugh!

Taehyung tersenyum angkuh setelah menghadiahi Yoongi satu pukulan dipipinya membuat Yoongi sedikit terpental ke belakang. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi.

"Ternyata kau merindukan pukulan dariku ya? Haha-"

Bugh! Bugh!

Aku berteriak histeris. Aku bingung harus berbuat bagaimana untuk menghentikan mereka.

"Keparat kau berengsek! Kenapa kau selalu berusaha merebut apa yang sudah menjadi milikku?!" Taehyung masih saja menghujani Yoongi dengan pukulan bertubi-tubi. Menarik kerah Yoongi dan memaki Yoongi tepat didepan wajahnya.

Sedangkan pria yang telah menjadi korban Taehyung ini malah tersenyum miring.

"Halo, senang bertemu denganmu lagi sobat."

"Berengsek kau!"

"Taehyung, hentikan. Kumohon..."

Aku memeluk Taehyung dari belakang bermaksud untuk menghentikan niatnya menghabisi Yoongi. Aku tidak bisa melihat mereka begini. Aku tidak bisa melihat Yoongi terluka, begitu juga halnya dengan Taehyung.

"Milikmu? Haha, sepertinya sudah banyak hal yang kulewatkan." Yoongi bodoh! Kenapa dia masih saja mengundang amarah Taehyung? Oh God.

Taehyung kembali bergerak hendak menghantam Yoongi. Namun aku semakin mempererat pelukanku dipunggungnya. Yoongi yang melihat kami malah tertawa miring.

"Baiklah. Mari kita lihat bersama, siapa yang akan menjadi pemenang untuk yang kedua kalinya."

"Taehyung, cukup. Biarkan saja dia pergi..." Aku tahu kini emosi Taehyung sedang tidak terkontrol. Namun aku tetap berusaha untuk menahannya. Aku menghembuskan napas lega saat melihat Yoongi sudah pergi.

Kini hanya ada aku dan Taehyung. Aku melepaskan pelukanku begitu melihat kedua tangan Taehyung mengepal kuat. Dengan spontan aku menunduk takut saat Taehyung menatapku begitu dalam. Aku mengerti, aku memang salah. Aku akan menerima apapun konsekuensinya. Aku memilin ujung baju yang kukenakan, menatap nanar kebawah.

"Ku pikir kau masih menghargaiku sebagai pacarmu. Dan ... Argh, shit!" Dia mengerang frustrasi dan kacau. Aku semakin menunduk dengan dalam.

"Mianhae..."

Lima menit, masih diposisi yang sama. Hening, tidak ada yang bersuara. Jangankan untuk membuka suara, menatapnya saja aku terlalu takut saat ini. Dimenit selanjutnya, sepasang kaki yang kutatap dari tadi pun bergerak pergi menjauh dariku. Kulihat mobilnya juga semakin menjauh dan menghilang.

Itulah salah satu sifat yang kukagumi darinya, dewasa dalam menahan amarahnya padaku.

                                  •••

Author's pov.

Lelaki itu telah tiba dikediamannya kembali. Dia menaruh helmnya dan mengusap kasar surainya. Pria ituㅡYoongi berjalan menuju dapur untuk melakukan kebiasaannya, meminum segelas air putih yang dingin sebelum tidur. Dia menutup pintu lemari pendingin setelah selesai melakukan aktivitasnya tersebut.

"Aku hamil. Bagaimana ini?"

Kalimat Jung Nara beberapa jam yang lalu kembali terngiang-ngiang di telinga Yoongi.

"Lalu?"

"Kau harus bertanggung jawab..."

"Jangan mengada-ada. Aku bahkan tidak bertemu denganmu selama enam bulan terakhir."

"Tetapi aku hanya melakukannya denganmu!"

"Lalu kau pikir aku percaya akan hal itu?"

"Yoongi, kau harus segera menikahiku!"

"Argh!" Pria itu mengerang keras. Diluar kesadarannya, Yoongi melemparkan gelas kaca ditangannya. Nara mengatakan hal yang cukup konyol padanya, sementara dia bahkan baru kembali muncul dihadapannya. Wanita itu terlalu licik, pikirnya. Yoongi juga tidak tau sandiwara macam apa yang akan dilakukan Nara. Apapun itu, Yoongi mencoba untuk tidak peduli.

Dengan tidak sengaja matanya melirik ke arah meja makan. Yoongi juga sempat terkejut melihat hidangan makanan cukup banyak disana. Dia menautkan kedua alisnya, kapan dia memesan makanan ke petugas apartemen disini? Seingatnya tidak ada.

Dia juga mendapatkan sebuah benda persegi berwarna putih disana. Yoongi membalik kertas foto itu. Entah apa yang salah, lelaki ini malah menyunggingkan senyumannya ketika melihat ternyata itu foto Hyera.

"Makanan lezat dari seorang gadis cantik. Selamat menikmati~"

Yoongi tertawa kecil setelah membaca kalimat itu.

"Bodoh." Dia kembali tertawa kecil. Langsung saja dia membuka seluruh makanan yang terhidangkan disana dari penutupnya, lalu menyantap seluruh makanan itu.

Selang waktu saat dia mengunyah makanan itu, pikirannya kembali melayang pada peristiwa beberapa saat yang lalu. Sungguh, amat banyak peristiwa tidak mengenakkan terjadi padanya hari ini. Dia menghentikan pergerakkan mulutnya.

Yoongi merasa bersalah dan menyesal telah mengatai Hyera sebagai pembawa sial baginya. Dia juga sempat terkejut bukan main saat mendengar penuturan gadis itu yang berjanji tidak akan pernah menemuinya lagi. Tidak tahu juga apa penyebabnya, Yoongi merasa tidak rela hal itu terjadi. Itulah sebabnya dia mengambil cara mengantar gadis itu pulang sebagai permintaan maafnya.

Mengantarnya pulang? Yoongi kembali teringat pasal perkelahiannya dengan Taehyung beberapa menit yang lalu. Dia tidak memikirkan tentang Taehyung yang memukulinya karena itu sudah menjadi hal yang biasa baginya. Yang menjadi sedikit masalah baginya adalah ucapan Taehyung tadi.

"Miliknya? Mereka sudah berpacaran?" Yoongi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sepersekon kemudian dia kembali tertawa. Tertawa miring lebih tepatnya.

"Perkembangan yang cukup pesat." Yoongi kembali melanjutkan kegiatan makan malamnya.

"Tetapi, bukankah mereka berteman dekat? Kenapa bisa berpacaran?" Lagi, Yoongi menghentikan aktivitasnya.

"Astaga? Kenapa aku malah memikirkan hal bodoh seperti ini?"

"Aku tidak peduli." Yoongi kembali menyuapkan makanan itu ke mulutnya. Sepersekon kemudian, emosinya sedikit meninggi. Lelaki itu malah menendang kursi disebelahnya sampai terjatuh.

Sementara Kai yang baru saja memasuki apartemennya, kembali dari kegiatannya, balap liar. Kai mengerutkan keningnya heran saat mendengar suara erangan dari sebelah, apartemen Yoongi. Ya, kebetulan ruang tamunya memang tidak kedap suara.

"TIDAK!"

"AKU TIDAK PEDULI!"

Kai mendesis kesal dan mengumpat kasar mendengar kebisingan dari Yoongi.

"YAK KAU! SEKALI LAGI KAU BERISIK, AKAN KUBAKAR APARTEMENMU!"

.

To be continue ~

Oh inikah namanya cinta, ugh ugh .no.  Maafkan diriku lama update kerna sibuk:(. Yuk jangan lupa kasih vote + comment ya! Biar cepet update hihi.

Xoxo, Lilly Chan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top