16. What if i fall in love with you?
Chapter 16 ~
.
Hyera's pov.
Lagi. Aku kembali mengunjungi rumah ini, mungkin akan kembali tinggal disini. Dirumah orangtua baruku. Ya, Ibuku baru menghubungiku dan menyuruhku kembali pulang setelah sekian lama masalah itu terjadi.
Kenapa lama? Menurut penjelasan yang kuterima, wanita itu mengatakan bahwa dia baru mendapat informasi karena dia juga baru kembali dari Kanada untuk mengurus perusahaannya disana. Setelah berbulan-bulan baru dia menanyai kabarku? Sangat tidak masuk logika.
Walau begitu aku amat menyayanginya, Ibuku.
Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru diruangan ini, kamarku. Tidak ada yang berubah. Mulai dari peralatan ranjang, alat kosmetikku, pakaian dilemari, sampai nuansa kamarku ini sekalipun.
Aku mengulas senyum kecil disudut bibirku. Hanya satu yang berubah. Penghuni kamar sebelah, tidak ada. Mengingatnya, seketika aku merindukan sosok itu. Dia tampak berbeda. Terakhir kulihat, dia masih mengenakan warna rambut original. Tetapi sekarang dia mewarnainya menjadi warna merah maroon yang membuatnya semakin tampan. Ya, aku akui itu.
Drttt ... Drttt...
Getaran panggilan masuk dari Taehyung tertera diponselku.
"Ne, yeobseo-"
"Apa yang mereka katakan padamu? Apakah mereka memarahimu? Atau malah melukaimu? Jika iya, aku akan segera datang dan menjemputmu kembali pulang ke apartemenku."
Aku tersenyum lemah begitu mendengar kalimat pria ini. Dia melempariku pertanyaan bertubi-tubi, termasuk pertanyaan bodohnya. Orangtuaku melukaiku? Hei, yang benar saja.
"Haha. Yak, Kim Taehyung? Apa kau sakit? Mana mungkin mereka melakukan hal itu padaku? Apa kau lupa bahwa mereka adalah orangtuaku?"
"Aigoo, begitukah? Maafkan aku. Aku terlalu mengkhawatirkanmu."
"Aku baik-baik saja." Kudengar suara helaan napas panjang dari seberang sana.
"Aku merindukanmu." Sebuah kalimat yang tidak asing lagi ditelingaku. Aku terdiam, tidak bergeming. Aku hanya merasa bersalah. Dia mengatakan bahwa dia merindukanku, sementara aku masih merindukan Yoongi.
"Baby? Apa kau masih disana?"
"Nde."
"Kau masih marah padaku?"
Ya, aku mengerti apa yang dimaksud Taehyung saat ini. Dia berpikir bahwa aku masih marah dalam artian kecewa setelah dia menceritakan segalanya padaku. Namun tidak. Aku lebih merasa lega dan merasa dihargai karena dia mau terbuka padaku.
Tetapi tidak akan satu hal. Hal ini juga membuatku dirudung pilu.
'Taehyung bermusuhan dengan Yoongi. Dan itu masih berlanjut sampai sekarang.'
Mereka bermusuhan karena pasal seorang Jung Nara. Gadis yang dulu memiliki hubungan khusus dengan Taehyung dan juga Yoongi. Pada awalnya aku sangat terkejut mendengar penjelasan cerita dari Taehyung yang sudah lama mengenal Yoongi, bahkan dulu mereka berteman akrab. Namun tidak untuk sekarang. Sungguh dunia ini sangat sempit sekali.
Sekarang aku mengerti kenapa Yoongi tampak sensitif setiap aku bersama Taehyung. Begitu juga dengan Taehyung, yang tidak suka pada Yoongi.
"Hyera?" Lamunanku terbuyarkan begitu menyadari Taehyung kembali bersuara dari sana.
"Apa kau masih membenci Yoongi?"
Hening. Dia tidak menjawabku.
"Tae?"
"Apa kau sudah makan? Jika belum, segeralah makan sekarang karena aku tidak mau melihat kelinci bodoh kesayanganku sakit."
Selalu saja begini. Setiap aku menanyakan sesuatu hal yang amat penting namun dia tidak mau menjawabnya, dia selalu mengalihkan pembicaraan.
"Arrasseo." Setelah mengatakan kata tersebut, langsung saja aku menutup sambungan teleponnya.
Aku mencampakkan ponselku dengan asal diranjangku, lalu menghempaskan tubuhku diranjang ini. Aku menutupi wajahku dengan bantal, sambil mulai menganalisis semua masalah ini. Sungguh, hal ini jauh lebih rumit dari soal matematika yang biasa diberikan dosen Hwang.
Krieet.
Aku mendongak begitu mendengar suara pintu terbuka. Ternyata orang itu Ibuku. Sepertinya ada yang ingin dia bicarakan padaku. Sebenarnya aku masih sangat malas mendengar dia berbicara karena telah menelantarkanku berbulan-bulan. Jika tidak ada Taehyung, aku juga tidak tau harus kemana, karena pada saat itu Yoongi langsung pergi begitu saja tanpa memikirkan bagaimana nasibku.
"Hyera sayang, Ibu ingin ber-"
"Ibu aku sedang tidak enak badan. Aku ingin tidur sekarang."
"Hm, baiklah kalau begitu. Selamat tidur honey. I love you." Dia menyelimutiku, lalu mengecup keningku dengan lembut. Tidak berapa lama kemudian, suara pintu tertutup tertangkap oleh indera pendengaranku menandakan wanita itu sudah pergi.
.
***
Aku melirik jam tanganku sambil berjalan kesana kemari. Ya, aku sedang menunggu seseorang. Min Yoongi. Aku sedang menungguinya dan siap mengamatinya bermain basket dari kejauhan. Aku bahkan sengaja datang lebih awal dan menolak ajakan berangkat ke kampus bersama Taehyung demi mengamati Yoongi.
Selang beberapa saat kemudian, akhirnya orang yang kutunggu-tunggu datang juga. Kali ini dia sendiri, tidak ditemani pria gila itu dan aku sangat bersyukur akan hal ini.
Tiga puluh menit. Satu jam. Dua jam. Aku masih setia menungguinya. Mungkin mengamati Yoongi dari kejauhan akan menjadi kegemaran baruku.
Kenapa aku hanya mengamatinya dari kejauhan? Karena aku masih terlalu canggung untuk bertatap muka dengannya secara langsung setelah sekian lama kehilangan komunikasi. Apalagi mengingat dia yang tampak menghindariku akhir-akhir ini.
Tetapi aku tidak bisa menahan diriku yang hanya menjadi seorang gadis pengecut seperti ini. Apalagi begitu melihat Yoongi yang telah selesai melakukan aktivitasnya dan sebentar lagi akan meninggalkan lapangan tersebut. Dengan segera aku bergegas menghampirinya dari belakang.
Sekarang jantungku kembali berdetak kencang tak karuan walau masih berjarak dua meter dengan punggung lebarnya. Mati-matian aku mengatasi rasa canggung yang melandaku. Aku mengatur sistem pernapasanku barang sebentar dan mengumpulkan segenap keberanian yang kupunya.
"Sampai kapan kau akan terus menghindariku?" Yoongi mendengar suaraku. Seketika dia langsung menghentikan pergerakannya.
"Kau darimana saja? Apa kau tidak merasa bersalah sedikitpun karena telah membuatku khawatir?"
Suaraku terdengar bergetar pada kata terakhir yang ku ucapkan. Mataku terasa panas. Airmataku lolos juga. Dadaku terasa sesak. Lututku terasa tidak kuat untuk sekadar menopang berat badanku. Namun aku mencoba untuk menahannya.
Dia diam saja. Dia tidak mengacuhkanku. Bahkan dia tidak berniat untuk membalikkan punggungnya untuk menatapku. Apakah aku begitu menjijikan dimatanya sehingga dia tidak mau menatapku?
Dadaku semakin sesak ketika melihat dia melangkahkan kakinya bersiap meninggalkanku.
Dia membenciku.
"Min Y-Yoongi..."
Brukk.
Aku memanggil namanya dengan lirih. Aku tidak lagi bisa memperkuat pertahananku. Tidak lama kemudian, lututku terasa melemah dan aku terjatuh begitu saja dikeramik lapangan. Semua pandanganku menghitam dan gelap.
.
***
Kepalaku terasa sakit. Aku meringis pelan. Kupaksakan untuk membuka kedua kelopak mataku secara perlahan. Pandanganku masih mengabur. Perlu waktu untukku kembali menormalkan penglihatanku. Kusandarkan tubuhku pada kepala ranjang.
Aku mengusap kepalaku pelan. Kupandangi dekorasi ruangan ini. Ini bukan kamarku. Lalu kalau begitu, aku sedang berada dimana?
Hal terakhir yang ku ingat adalah beberapa jam yang lalu aku menemui Yoongi di lapangan basket dan berakhir tidak sadarkan diri? Astaga! Itu berarti aku sedang berada dirumah Yoongi?!
Aku tersentak kaget. Kulirik kesana kemari untuk mencari keberadaannya. Tetapi aku tidak menemukannya. Disini terlalu sepi. Atensiku teralihkan pada kantung plastik yang berada dinakas ranjang ini.
Kubuka isinya. Dan ternyata dia membelikanku sup rumput laut dan bubur panas. Aku mengulas senyuman manis dikedua sudut bibirku. Perlakuan hangatnya ini membuat jantungku kembali berdebar. Walaupun aku mempunyai anggapan bahwa dia membenciku, tetapi setidaknya ternyata dia masih peduli padaku.
Aku juga menemukan secarik kertas surat. Senyum manis diwajahku seketika pudar setelah aku membaca beberapa deret tulisan korea disana.
'Jangan terlalu lama dirumahku. Setelah kau selesai memakan bubur dan supnya, kau boleh pulang. Pintunya akan tertutup secara otomatis setelah kau sudah berjarak dua kaki dari apartemenku.'
"Selalu saja begini. Berakhir dengan sangat menyebalkan."
Aku sudah terbiasa akan sisi menyebalkan dari kakak tiriku itu. Jadi aku tidak ingin terlalu ambil pusing. Langsung saja aku memakan sup rumput laut dan bubur yang dia belikan sebelum makanan itu mendingin.
Setelah selesai, tiba-tiba aku terbatuk karena tersedak. Astaga, aku bahkan lupa untuk minum karena terlalu menikmati makanan gratis dari seorang Min Yoongi. Haha.
"Uh? Tidak ada minum? Huh. Baiklah, sepertinya harus aku sendiri yang menemukannya."
Aku berjalan menuju dapur untuk mencari segelas air putih untuk membasahi kerongkonganku, sekalian ingin membuang sampah plastik ditanganku. Dapurnya tidak terlalu jauh, hanya beberapa kaki dari kamar.
Aku membuang napas lega setelah berhasil meneguk minuman dingin dikulkas. Aku menemukan banyak bahan makanan mentah dipintu bagian bawah lemari pendingin ini. Seketika sebuah ide emas terlintas dibenakku. Mungkin memasakkannya sesuatu bisa membalas kebaikannya. Ya, walaupun ini mungkin yang pertama kalinya dia mentraktirku makanan.
.
"Tadah~ sudah jadi!" Aku bertepuk tangan senang setelah selesai menghidangkan beberapa makanan lezat dan tentunya juga minuman dingin.
Aku berlari mengambil sebuah kamera di tasku. Kebetulan aku selalu membawa benda itu akhir-akhir ini. Waktunya untuk berselca ria. Aku mengambil selca dengan makanan masakanku yang telah kuhidangkan dan tidak lupa untuk tersenyum.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, hasil fotonya pun keluar. Aku sedikit mengibas-ibaskan foto itu. Aku kembali tersenyum senang ketika melihat betapa cantiknya aku, hihi. Semua orang termasuk Taehyung mengatakan styleku berpakaian berubah menjadi layaknya seorang perempuan normal yang memerhatikan penampilan.
'Makanan lezat dari seorang gadis cantik. Selamat menikmati~'
Aku menuliskan kalimat itu dibelakang foto itu. Aku juga tidak tau kenapa bisa sesenang ini dan harus melakukan hal itu. Yang pasti, sejak beberapa menit yang lalu, rasa canggungku padanya menghilang begitu saja.
"Omong-omong, kemana perginya dia?"
Aku meletakkan selembar foto ditanganku ke samping hidangan makanan dan menutup makanan tersebut. Aku berjalan mengitari seluruh ruangan yang ada di apartemen ini. Dan, kalian tau bagaimana keadaan setiap tempat disini?
Sangat berantakan.
Apakah kehidupan setiap lelaki selalu berantakan seperti ini? Bukan, maksudku rumahnya. Astaga, tempat ini seperti kapal pecah. Makanan, pakaian, bantal, semuanya bertebaran tidak teratur.
Tanganku terlalu gatal untuk melihat hal ini terlalu lama. Langsung saja aku bergerak untuk membereskannya.
Memasak sudah. Mencuci pakaian sudah. Membereskan seluruh benda yang berantakan juga sudah. Baik, sepertinya aku melupakan satu hal. Membersihkan barang-barang dari debu jahat.
Langsung saja aku mengambil alat penyedot debu sambil bersenandung kecil. Entah kenapa hal kecil begini saja bisa membuatku bahagia.
Namun belum selesai aku mengerjakan pekerjaanku, tiba-tiba suara petir disertai badai menggelegar mengejutkanku bukan main. Sepersekon kemudian listrik disini juga mati. Aku tidak bisa melihat apapun sekarang.
Tubuhku bergetar takut begitu mendengar suara pintu terbuka dan derap langkah kaki mendekat kearahku secara perlahan. Aku bergerak sambil meraba-raba bermaksud untuk sembunyi dan menyelamatkan diri. Tetapi sialnya, kakiku malah tersandung sesuatu.
Aku menutup mataku karena sangat takut. Seseorang tengah menahan berat badanku. Kurasa dia sedang menatapku dengan dalam. Dapat kurasakan suara dan napasnya menerpa wajahku.
Cahaya kilat kembali muncul menandakan sebentar lagi akan kembali disertai petir. Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Aku membesarkan kedua bola mataku. Kali ini bukan karena suara petir itu.
Melainkan karena orang yang sedang menahan tubuhku ini adalah Yoongi.
.
To be continue ~
.
Kalian lebih suka pasangan Hyera-Yoongi? atau Hyera-Taehyung? Alasannya?
Atau malah suka Hyera-mr. x? .no
Yuk yuk, dicomment ya~ jangan lupa vote juga! ~
Xoxo, Lilly Chan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top