14. What actually happened?

Chapter 14 ~
.

"Taehyung, lepaskan tanganku. Kurasa kita terlalu berlebihan,"

"Berlebihan apanya?" Aku menghela napasku dengan kasar. Ku pandangi Taehyung dan tanganku yang dia genggam sedari tadi secara bergantian. Dan pada saat pandanganku teralih padanya kembali, dia tersenyum memamerkan senyum kotak andalannya itu. Yap, salah satu hal favoritku darinya.

"Tidak perlu memandangiku seperti itu, karena semua orang tau bahwa pacarmu ini memang sangat tampan."

"Omo? Kau sangat percaya diri sekali," Ucapku dengan datar walau tak dapat kupungkiri sekarang jantungku sedang berdetak tak nyaman. Aku melepaskan genggaman tangannya lalu meninggalkannya.

Ya, Taehyung telah resmi menjadi pacarku semenjak beberapa hari yang lalu. Aku tidak tau juga kenapa dengan cukup mudahnya aku menyetujui permintaannya malam itu. Kurasa sudah waktunya aku memberinya kesempatan. Aku hanya bisa berharap semoga aku tidak menyesal akan keputusanku ini dan bisa membalas perasaannya dengan tulus.

"Kim Hyera, tunggu aku!" Taehyung menghentikan langkahku dan tentu saja aku pun membalikkan badanku menghadapnya. Taehyung mengambil paksa permen lollipop kecil dari mulutku. Aku berusaha menggapainya kembali, namun ia meninggikan tangannya. Baik, dia tengah memperlakukanku seperti seekor anak anjing yang mengharapkan tulangnya kembali. Aku menyerah.

"Kau mau permenmu kembali?" Aku mengangguk sebagai jawabannya.

Betapa kesalnya aku saat melihat dia memasukkan permenku ke mulutnya lalu mengemut permenku.

"Ini aku kembalikan permenmu, sayang~"

"Ambil saja. Aku sudah tidak menginginkannya lagi," Ketusku kesal lalu benar-benar berlalu meninggalkannya menuju kelas.

Aku mendudukkan diri di samping Seulgi karna saking kesalnya pada Taehyung. Biarkan aku merajuk kali ini padanya. Tetapi apa? Dia malah tertawa geli dan mengatakan ekspresiku ketika marah itu sangat lucu baginya. Menyebalkan.

Tidak lama kemudian, dosen Park datang memasuki kelas kami. Seketika kelas yang tadinya bising menjadi meredam tidak ada suara. Hal yang biasa terjadi di kelas, bukan?

Tetapi sialnya dosen tua ini kemari hanya ingin memberi kami tumpukkan tugas dan mengambil absen, lalu pergi keluar kelas tanpa merasa berdosa. Terkutuk kau dosen Park!

Kulirik Taehyung yang duduk diseberang sana bersama Jungkook yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Bisa kupastikan dia sedang memainkan games 'mobile legend' yang memang sudah menjadi games populer di setiap kalangan usia. Tidak apa dia menjadi seorang pemain dari sebuah game. Asalkan bukan pemain dari hati perempuan, aku khususnya.

"Kim Hyera, dengarkan aku! Aaaa!"

"Yak yak, kau kenapa huh?" Tanyaku bingung pada Seulgi yang masih saja berteriak girang disebelahku.

"Kau tau? Jimin mengungkapkan perasaannya padaku semalam! Ah, betapa senangnya aku!"

"Omo? Jinjja? Woah chukkae! Aku ikut senang mendengarnya."

Sekarang aku dan Seulgi sedang berpelukan sambil melompat lompat girang karna saking senangnya. Apalagi mengingat Seulgi sering menceritakan seluruh tentang Jimin padaku beberapa hari terakhir ini. Dia mengaku bahwa telah lama jatuh ke dalam pesona seorang Park Jimin. Itulah alasan kenapa dia selalu rajin berkunjung ke club dimana tempat Jimin bekerja.

"Lihat! Ah, dia mengajakku kencan malam ini! Hua aku harus bagaimana? Aku sangat gugup sekarang..." Aku ingin tertawa begitu melihat ekspresi temanku ini saat ini. Dia masih saja bergerak tidak jelas karena saking gugupnya. Astaga, baru saja Jimin mengajaknya kencan dia sudah gugup setengah mati begini. Bagaimana jika suatu saat nanti Jimin mengajaknya menikah? Hahaha.

"Astaga, aku benar-benar baru menyadari beginilah yang terjadi jika dua orang gadis dibiarkan bersama. Sangat heboh sekali seperti tengah mendapat undian." Aku menaikkan ujung bibirku sebelah sambil bergidik tidak peduli pada apa yang dikatakan Taehyung barusan.

"Perempuan memang begitu, Tae. Jadi kau tidak perlu heran. Mereka selalu saja berlebihan ketika berekspresi. Terlalu over namun juga terlalu sensitif."

Aku baru menyadari Jungkook telah berpindah tempat duduk disampingku. Dengan santai dia berucap demikian sembari tetap fokus pada benda persegi panjang ditangannya. Sontak aku menendang kaki kursi yang dia duduki.

"Apa? Aku berkata benar bukan?" Jungkook bertanya, menunjukkan ekspresi polosnya dengan bibir yang mengerucut.

"Nde, nde, kau benar." Jungkook dan Taehyung menatap aneh ke arah Seulgi yang masih saja tersenyum-senyum sendiri sambil menarik-narik pelan dress yang kukenakan. Aku tidak masalah akan hal itu, karena aku memakluminya.

"Hyera, dia kenapa? Apakah dia salah makan pagi ini?"

"Ani, hanya saja hatinya sedang berbunga-bunga. Seseorang telah mengungkapkan isi hatinya pada Seulgi. Jadi biarkan saja dia," Ucapku pelan sambil terkikik geli.

"Park Jimin telah mengatakannya padamu? Haha, dia bahkan sempat meminta pendapat padaku." Taehyung memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, lalu duduk angkat kaki disebelah Jungkook yang masih saja setia bermain games.

"Yak, keparat kau Taehyung! Lihat, karenamu aku sudah kalah!" See? Bahkan pria lebih over menanggapi masalah daripada perempuan.

"Pendapat apa?" Tanya Seulgi.

"Bukan apa-apa."

"Sekarang tinggalah kau seorang yang tidak memiliki pasangan, Tae." Taehyung tersenyum miring, membuang arah pandangannya begitu mendengar apa yang dikatakan Jungkook barusan.

"Aku dan Hyera akan menyusul," Astaga. Demi apapun, aku ingin tertawa sekarang. Jungkook mengatakan hal itu tanpa merasa berdosa sedikitpun. Dengan segera Taehyung memukulkan botol minuman dingin yang kebetulan ada dimeja yang dia tempati sekarang ke kepala Jungkook membuat namja bergigi kelinci itu meringis pelan.

"Simpan saja mimpimu itu. Karna Hyera sudah menjadi milikku. Right baby?" Taehyung merangkulku dengan sangat possesive membuatku sangat ingin mencubit perutnya habis-habisan. Beraninya dia melanggar komitmen yang telah ku buat. Namun sudah terlambat. Tampaknya mereka sudah mempercayainya.

"Aku kuat menerima kenyataan ini."

"Kau berutang penjelasan padaku, Hyera!" Aku meringis pelan saat Seulgi mencubitku.

Brakk.

Sontak saja kami berempat menoleh ke sumber suara secara bersamaan. Itu Jung Nara. Dia terlalu keras menggeser kursi dan membanting pintu. Aku tidak tau dia kenapa kali ini. Kurasa dia mendengar pembicaraan kami dari tadi. Lalu kalaupun dia mendengar pembicaraan kami, apakah itu menjadi masalah baginya?

Yang membuatku heran, kenapa Taehyung menatap kepergian Nara barusan setajam itu?

Selang beberapa saat kemudian namun masih dimenit yang sama, atensiku teralihkan ketika ponsel Taehyung berbunyi sekali menandakan sebuah pesan masuk. Aku heran kenapa Taehyung membaca pesan yang baru masuk itu dalam diam dan agak sedikit menjaga jarak dariku.

"Siapa?" Tanyaku.

"Huh? Hanya pesan operator saja."

"Taehyung, aku meminjam pacarmu sebentar. Kami ingin izin makan sebentar dan masih banyak lagi cerita yang ingin ku sampaikan pada Hyera. Bolehkan?" Langsung saja Seulgi menarik lenganku bergegas keluar dari kelas setelah Taehyung mengangguk. Baik, sepertinya kali ini kau selamat Kim Taehyung.
.

Aku dan Seulgi tertawa saat mendengar cerita Seulgi barusan. Dimana dia pernah ketahuan mengikuti kemanapun Jimin pergi. Sungguh sebuah perjuangan yang cukup berat, pikirku.

Sudah lama kami bercerita satu sama lain tapi pesanan kami tak kunjung tiba. Ya ya ya, memang selalu begini mengingat pelanggan cafe ini selalu menumpuk. Mau tidak mau, kami harus memakluminya. Untung saja minuman dingin yang kami pesan sudah tiba, jadi kami bisa menyeruput cairan dingin sambil menunggu makanan kami tiba.

"Omong-omong, sepertinya tadi aku melihat Yoongi." Aku terbatuk begitu mendengar nama itu kembali. Sudah lama aku tidak melihatnya, dan ini Seulgi mengatakan melihat Yoongi?

"Gwaenchana?" Aku mengangguk. Seulgi tampak khawatir. Dia mengusap tengkukku pelan.

"Kau tidak sedang bercandakan? Kau melihatnya dimana?"

"Sungguh, aku tidak berbohong. Tadi aku melihatnya disekitar kampus. Tapi aku tidak tau kenapa dia tidak masuk kelas hari ini. Percaya atau tidak, dia tampak berbeda dari sebelumnya."

Pikiranku mulai berkecamuk. Dia telah kembali? Darimana saja dia selama ini? Kenapa dia tidak masuk kelas? Apakah dia sengaja ingin menghindariku? Tapi kenapa? Apa salahku? Demi apapun, aku saat ini sangat ingin memakinya dan membunuhnya dengan tanganku sendiri karena saking kesal dan khawatirnya.

Dia tampak berbeda dari sebelumnya? Kira-kira bagaimana wajah dan keadaannya yang sekarang? Berbeda dari segi mananya? Atau jangan-jangan? Berbeda karena wajahnya ada yang terluka? Atau?

"Kim Hyera? Hello? Kau sedang memikirkan apa?" Seulgi melambaikan tangannya didepan wajahku, membuyarkan pikiranku.

"Huh? Ah, ani. Bukan apa-apa. Aku permisi ke toilet dulu." Seulgi agak kebingungan begitu melihat reaksiku setelah dia memberitahu bahwa Yoongi telah kembali. Namun aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Sekarang dimanapun dia berada, aku harus menemukannya hari ini juga.

Aku berjalan cepat, bahkan berlari mendatangi semua tempat di bangunan besar ini. Karna aku yakin dia belum meninggalkan kampus ini. Aku mencari dimana tempat yang biasa dia kunjungi. Mulai dari parkiran depan, UKS, sampai taman halaman belakang. Aku lelah mencarinya kesana kemari. Sesak napas melandaku. Sempat terlintas dibenakku untuk menyerah saja. Namun ternyata Tuhan masih menyayangiku. Tuhan mempertemukanku dengan Yoongi. Lapangan basket. Aku menemukannya disana.

Kulihat seorang pria cukup tinggi dengan warna rambut merah maroon dan peluh yang bercucuran membuat warna kulitnya menjadi semakin mengkilat. Pria itu membelakangiku. Awalnya aku sempat tidak percaya bahwa orang itu Yoongi. Pria yang selalu memacu detak jantungku diatas batas normal setiap kali aku melihatnya.

Kutatap setiap gerakkannya. Tangannya yang tampak mahir memainkan bola basket itu. Berkali-kali dia memasukkan bola ke ring dengan mulus. Tetapi sepertinya dia sedang tidak baik. Dia tampak emosi memainkan bola itu. Hal inilah yang membuatku menunda niatku untuk berlari menghampirinya.

Tetapi logika dan perasaanku tidak sejalan. Logikaku berkata jangan dulu muncul dihadapannya. Namun perasaanku terlalu sesak jika hanya memandangnya dari kejauhan setelah sekian lama tidak melihatnya. Dengan spontan, kakiku tergerakkan turun dari lantai dua dan menuju lapangan basket yang ada dibawah sana.

Namun tiba-tiba kakiku berhenti bergerak setelah melihat orang itu lagi. Si pria gila, Kim Kai. Orang gila yang mempunyai niat jahat padaku beberapa hari yang lalu. Aku tidak tau bagaimana jadinya aku jika tidak ada Taehyung menyelamatkanku saat itu. Yang membuatku menjadi cemas adalah ketika dia menghampiri Yoongi saat ini. Sontak aku bersiap bergegas ke bawah karena sangat khawatir Kai akan melakukan hal buruk pada Yoongi.

Namun ternyata dugaanku salah. Kai malah melemparkan sebotol minuman dingin pada Yoongi. Aku menyipitkan mataku dengan sengit. Sebentar, apa ini? Kenapa mereka malah tampak akrab?

Aku sangat ingin memisahkan mereka. Menjauhkan pria gila itu dari hadapan Yoongi. Namun disisi lain aku masih trauma atas kejadian saat itu. Aku takut Kai kembali mengincarku. Sempat berdebat dengan pikiranku, akhirnya aku memilih untuk kembali menghampiri Seulgi. Pasti dia sudah lama menungguku.

"Kau darimana saja?"

"Ah, maaf. Anu, tadi antrian di toilet wanita sangat panjang. Jadi aku harus menunggu sedikit lebih lama, hehe." Aku menyengir dan menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal. Namun tetap saja, sepertinya Seulgi tidak mempercayaiku.

"Oh ya? Sepertinya kau harus membangun toilet pribadi kalau begitu," Ucapnya dengan tampang datar.

"Dimana pesananku?" Seulgi memutar kepalaku 90°. Sekarang aku mengerti apa yang dia maksud. Bodohnya aku baru menyadari bahwa tempat ini sudah sepi. Hanya ada kami berdua sebagai pelanggan.

"Aku bahkan tidak jadi makan hanya karena menungguimu sedari tadi."

"Hehe, maafkan aku. Besok aku akan
Mentraktirmu sebagai gantinya."

Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Seulgi menyetujuinya. Dia mengajakku kembali ke kelas. Sepertinya Taehyung sudah lama menanti kami kembali. Kulirik ponselku. Tidak ada panggilan ataupun pesan masuk darinya. Tidak seperti biasanya. Kurasa ia sengaja melakukannya karena dia tau aku sedang bersama Seulgi.

Diperjalanan menuju kelas, pikiranku kembali melayang pada Yoongi. Selalu saja dia yang memenuhi pikiranku, sekalipun sekarang aku sudah menjadi milik Taehyung. Rasa rindu, khawatir, dan kesal berkecamuk menjadi satu karenanya.

"Hyera, sebentar. Bukankah itu Taehyung dan Nara? Apa yang sedang mereka bicarakan?"

Seulgi menghentikan lamunan dan langkahku secara bersamaan. Benar. Itu Taehyung dan si jalang, Nara. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu hal yang amat penting. Terbukti dari ilustrasi yang kulihat saat ini. Tapi sedang membicarakan apa?

Entah kenapa, kurasa ada sesuatu hal yang mereka sembunyikan dariku.

.

To be continue ~

.

Halo, masih ada yang stay nungguin cerita ini kan? Lalu, bolehkah aku melihat nama pengguna kalian muncul dinotif ponselku?

Kalian pasti mengerti apa yang kumaksud, terimakasih.

Lilly Chan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top