12. Who are you?
Chapter 12~
.
Author's pov.
Suasana club favorit di kota Seoul masih sama dari hari-hari sebelumnya. Bahkan bisa dibilang lebih ramai dari kemarin. Ya, Yoongi bisa pastikan itu setelah dia men-cek keadaan di luar beberapa saat yang lalu. Kini dia sedang berada didalam kamar 'khusus' pada club ini. Kamar yang hanya boleh dimasuki oleh orang-orang penting saja. Yoongi salah satunya.
Dia berjalan malas ke arah ranjang. Lalu mendudukkan diri di pinggiran kasur. Hening menerpanya, sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu. Namun sesaat kemudian, ia menepis pikirannya. Ia menggeleng kasar lalu mengerang kecil.
"Brengsek!" Sekarang dinding yang tak bersalah menjadi korbannya. Berulang kali dia meninju dinding putih itu sekedar untuk menumpahkan amarahnya sejenak. Tangan yang terluka tak ia pedulikan.
Setelah puas, dia kembali duduk terdiam. Selang beberapa detik, dia mengangkat kepalanya dan entah kenapa dia menelusuri tiap sudut ruangan ini sampai-sampai matanya tertuju pada sesuatu yang ada di dinding disana.
Pria itu berjalan menghampiri sebuah stiker kecil disudut dinding.
"Haha, 'V-Y.K'? Ternyata tanda bodoh ini masih ada disini?" Dengan sigap tangannya bergerak untuk merobek stiker itu. Namun hasilnya nihil. Stikernya tidak bisa dirobek karna sudah terlalu lama menempel disana.
Lalu ia juga melihat sebuah foto berbingkai terletak disudut nakas. Sebuah fotonya bersama seseorang yang dulu notabenenya 'seorang sahabat'. Dia tersenyum miris saat menyadari bahwa wajahnya dicoret dengan spidol hitam.
"Hahaha, apa ini? Aku jadi terlihat seperti seorang tersangka dengan wajah dicoret beㅡ" Tangannya bergerak kembali untuk menghempaskan foto itu. Namun niatnya tertahankan saat menyadari sesuatu. Menyadari bahwa ia bisa dibilang sudah tidak memiliki kuasa disini. Alhasil sekarang ia malah terkekeh sendiri.
"Kau kenapa?" Yoongi berbalik. Ternyata itu Taeyeon.
"Noona, tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?"
"Apakah aku mengejutkanmu?" Tanya Taeyeon lalu tertawa kecil saat melihat ekspresi masam Yoongi.
"Percuma saja, kau pasti tidak akan mendengarnya karna pengaruh suara dari luar. Lagipula pintunya tidak kau kunci hahaha,"
"Wae? Kenapa kau masih saja tertawa?" Tanya Yoongi dengan wajah garangnya.
"Aku hanya heran saja. Bagaimana jadinya jika kau tidak mengunci pintu kamarmu, lalu seorang gadis memasuki kamarmu dan berakhir kalian melakukannya. Ah sial, perutku sakit hahaha!"
Yoongi kembali terdiam begitu mendengar ucapan Taeyeon barusan. Ia jadi teringat pada adik tirinya, Hyera. Salah satu faktor penyebab ia diusir oleh Ayahnya. Kira-kira dia apa kabar? Kali ini Yoongi tidak dapat menjadi seseorang yang munafik. Dia sedikit merindukan Hyera walau dia juga membencinya.
"Hello? Anda sedang melamunkan apa 'Mr. Y.K'?" Taeyeon bertanya dengan sengaja menekankan nada 'Mr.Y.K' sekalian ingin melihat bagaimana reaksi pria ini.
"Berapa kali harus ku bilang? Jangan panggil aku dengan sebutan 'Y.K' lagi, karena aku sudah tidak menyandang nama itu lagi." Yoongi berkata demikian dengan wajah datarnya yang jarang ia perlihatkan didepan Taeyeon.
Taeyeon menghembuskan napasnya dengan kasar lalu berjalan dan duduk dipinggir ranjang dengan posisi membelakangi Yoongi.
"Aku sangat sedih tiap kali kau mengatakan kalimat itu." Yoongi diam, menatap punggung kecil itu.
"Aku pernah bermimpi bahwa suatu saat nanti kalian akan kembali seperti dulu lagi. Sangat menyedihkan melihat kalian seperti ini. Mau sampai kapan kalian begini?"
Masih hening, Yoongi tidak mengubris ucapan manajer club ini.
"Aku, m-merindukan kalian seperti du-lu..."
.
***
Hyera's pov.
"Kau yakin ini jalan menuju rumahnya?"
Dari tadi kami berjalan, namun belum juga sampai. Sebenarnya rumah anak ini dimana? Kenapa sangat jauh? Bukannya aku keberatan untuk mengantarnya, namun melihat jalanan sepi yang gelap begini membuatku takut. Tapi kenapa anak ini tidak merasa takut sedikitpun? Ia malah tampak bersemangat sambil menarik-narik tanganku. Sementara Kai masih setia berada dibelakang kami.
Merasa tidak direspons, aku menghentikan langkahku lalu membalikkan badan. Hal yang pertama kulihat, Kai yang masih saja tersenyum miring dan menatapku dengan tajam. Sebenarnya pria ini kenapa?
"Wae?" Kai berhenti tersenyum. Ia tampak gegalapan saat tertangkap basah olehku.
"A-apanya yang kenapa?" Aku menatapnya dengan intens.
"Kenapa kau tersenyum begitu?"
"Oh? B-bukan apa-apㅡ"
"Tapi aku tidak suka kau tatap begitu!" Aku memotong ucapannya karna saking kesalnya. Sangat tidak sopan sekali dia berani menatap tubuhku dari belakang dengan sangat tajam.
"Maafkan aku,"
"Eonnie, oppa, kita sudah sampai yeay!" Aku menghembuskan napas lega. Akhirnya sampai juga.
"Kalian tunggu dulu ya, aku akan segera kembali!" Aku mengangguk tersenyum menanggapi anak kecil itu. Kalau dilihat-lihat, ternyata dia sangat cantik dan menggemaskan.
Tapi seketika jantungku berdetak tidak normal dan disertai rasa cemas. Ada apa ini? Aku tidak tau juga kenapa. Disini benar-benar sepi dan gelap. Sekarang hanya ada aku bersama Kai dilorong gang ini.
Aku terkejut bukan main, tiba-tiba Kai memelukku dari belakang. Sontak saja membuat tubuhku tersentak seketika.
"Apa yang kau lakukan?!" Aku bertanya membentaknya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Namun ia semakin mepererat pelukannya pada tubuhku.
Dia malah terkekeh mesum. Kemudian dia meletakkan kepalanya dengan manja dibahu kananku dan menghembuskan nafasnya dengan kasar diperpotongan leherku. Hal ini berhasil membuat bulu kudukku kembali meremang.
"Sudah lama aku ingin melakukan ini padamu. Ah, ternyata mengamatimu dari kejauhan memang tidak menyenangkan." Aku memejamkan mataku sambil berusaha menetralkan getaran tubuhku saat dia bersuara pelan tepat ditelingaku.
Baik, feeling ku dari tadi ternyata benar. Kai sepertinya menjebakku. Pria kurang ajar. Sekarang dia mulai menggerayangi tubuhku. Tubuhku terasa kaku, tapi aku tidak boleh hanya tinggal diam saja. Aku menginjakkan kakiku yang kebetulan mengenakan heels yang tinggi Dan runcing, lalu meninju perutnya.
Berhasil. Aku terlepas dari pelukannya.
"Namja brengsek! Kau mau apa, hah?!" Bentakku sambil emosi padanya.
Kai mengaduh kesakitan sambil memegangi perutnya yang tadi sempat ku tinju sekuat tenaga. Setidaknya sekarang dia dan aku sudah ada jarak walau beberapa langkah. Namun selang beberapa saat kemudian, dia melemparkan tatapan mematikan padaku.
Sungguh, ekspresinya saat ini sangatlah mengerikan. Seketika nyaliku menciut. Dengan langkah tidak teratur, kakiku bergerak mundur menjauhinya. Namun tetap saja dia mendekatiku dengan tatapan tajamnya.
"Seseorang, tolong selamatkan aku!" Batinku.
"Akh!" Aku mengerang kesakitan saat Kai si pria gila ini mendorong kasar tubuhku ke tembok. Sedetik kemudian, dia menamparku. Bisa kurasakan sudut bibirku mengeluarkan cairan merah. Tidak bisa kutahan lagi, bulir airmataku turun karna kesakitan.
"Ternyata kau lebih menyukai cara kasar, ya sayang." Tubuhku bergetar hebat saat tangannya mengelus pipiku. Sebenarnya apa yang diinginkan namja ini? Dia memiliki dendam apa padaku? Aku bahkan tidak mengenalnya.
"H-hentikan. Am-puni aku Kai," lirihku tak berdaya. Aku memejamkan mataku saat tangannya bersiap memukulku lagi. Dugaanku salah, ia ternyata menangkup wajahku lalu menyambar bibirku dengan paksa. Namun aku berusaha mengelak yang berhasil memuncakkan amarahnya. Sempat kulihat dia yang sudah melepaskan dua buah baju teratasnya sambil berusaha menciumku.
"Hmpptt,"
Bruuk.
Bug! Bug! Bug!
Aku masih menutup kedua mataku. Tetapi indera pendengaranku menangkap suara kegaduhan. Dan kurasakan, Kai sudah tidak menyentuhku lagi. Aku memberanikan diri membuka mataku.
Taehyung, menyelamatkanku.
"Brengsek kau! Beraninya kau menyentuh milikku!" Taehyung menghajar Kai habis-habisan. Tangannya terlalu keras meninju setiap sisi wajah Kai. Kemudian dia menarik kerah Baju Kai lalu mencampakkannya ke sisi tembok.
Bugh!
Aku membelalakkan mataku sambil menutup mulutku dengan tanganku saat Kai memukul Taehyung sampai ambruk. Kini gilirannya yang tengah menghabisi Taehyung.
Aku bingung harus berbuat apa. Tetapi aku terlalu bodoh jika membiarkan Taehyung dipukuli seperti ini. Kebetulan mataku menangkap ada sebuah kayu besar diseberang sana. Aku berlari mengambil kayu itu, lalu memukul punggung Kai dengan sekuat tenaga.
Pergerakkannya berhenti. Ketakutan mulai menguasaiku. Aku berjalan mundur. Dan ternyata usahaku membuahkan hasil. Dia langsung ambruk, pingsan.
"Uhuk, uhuk." Aku berlari menghampiri Taehyung, lalu membantunya bangun.
"Maafkan aku. Maaf, karna setiap kau menolongku kau pasti celaka. Harusnya kau tidak perlu memㅡ"
"Lepaskan aku. Aku bisa sendiri." Seperti tersambar petir dahsyat, jujur aku sangat terkejut mendengar respons dari Taehyung. Ini pertama kalinya dia menolak bantuanku dengan cara dingin seperti ini.
"K-kau, marah padaku?" Taehyung tidak menjawabku. Taehyung menarik paksa tanganku menuju sedan hitamnya. Setelah sampai, dia membukakan pintu untukku lalu menyuruhku masuk dengan bahasa isyarat. Setelah aku masuk, dia langsung menancap gasnya dengan kecepatan tinggi.
***
"Kim Taehyung, dengarkan aku. Aku tidak mungkin melakukan hal kotor dengannya!" Aku berjalan cepat menyusul Taehyung masuk ke apartemen. Biar ku tebak, pasti dia kecewa padaku atas apa yang dia lihat beberapa saat yang lalu. Mendapatiku bersama Kai dilorong gang yang gelap, walau hal pertama yang dia lihat adalah penyiksaan yang diberikan Kai padaku.
"Lalu tadi itu apa?"
"Aku juga tidak tau kenapa dia ada disana, tadi. Dan aku juga tidak mengenalnya. Tapi yang jelas, tadi aku menemukan anak kecil sedang menangis dan pria gila itu tiba-tiba ada disana lalu kami mengantarnya pulang. Aku tidak tau kenapa dia tiba-tiba ingin melakukan hal kotor tersebut padaku. Demi apapun, aku tidak berbohong. Kau harus percaya padaku, Taehyung..."
Aku menjelaskan panjang lebar berharap dia mengerti dan mempercayaiku. Namun yang membuatku sedih adalah sorotan tajam matanya yang tak kunjung lepas mencekamku.
"Baik, aku bisa saja mempercayaimu. Kenapa kau tidak menjawab teleponku? Dari sekian kali aku menghubungimu, baru kau menelponku lalu dengan sesuka hati kau memutus teleponnya?"
Aku terdiam. Bibirku terasa kelu walau sekedar berucap satu kata untuk menjawab pertanyaan Taehyung.
"Kau masih sibuk mencari si brengsek Min Yoongi?"
"..."
"Berapa kali harus kubilang? Kau tidak perlu repot-repot mencarinya lagi! Kalau dia mau, dia pasti akan kembali dengan sendirinya!"
"Lihat sekarang apa yang telah kau lakukan? Kau malah menjerumuskan dirimu pada zona berbahaya! Tidakkah kau mengerti apa maksudku ini?!" Aku menunduk diam saja ketika Taehyung membentakku. Jarang sekali aku melihat sisi mengerikan dari seorang Kim Taehyung. Aku tau kesalahanku. Aku masih setia menunduk sambil memilin ujung baju yang kukenakan.
"Mianhae, jeongmal mianhae. Arrasseo..." Tanpa kusadari, airmataku jatuh mengenai rok ku dan Taehyung melihatnya.
Dari lantai aku bisa melihat bayangan tangannya terulur hendak menenangkanku. Tetapi sepertinya ia mengurungkan niatnya.
"Obati lukamu."
Selang beberapa saat kemudian setelah berucap demikian, suara bantingan pintu terdengar. Dia pergi.
.
.
To be continue~
Part ini pendek dan membosankan ya? Yea i know that. But, can u still gimme vote and comment? Aku sangat berharap akan hal itu.
Lilly Chan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top