11. We don't talk anymore
Chapter 11 ~
Suasana kelas masih bising, seperti biasanya. Dosen kami belum masuk. Entah tidak datang atau terlambat. Semuanya tampak sibuk dan bahagia. Terbukti dari tawa canda mereka. Semuanya masih sama, menurut mereka. Tapi tidak halnya denganku. Disini aku, merasa kesepian dan kehilangan.
Ya, aku kehilangan. Kehilangan seorang Min Yoongi. Kakak tiriku dan sekaligus perebut ciuman pertamaku. Namja brengsek yang masih saja menguasai pikiranku semenjak beberapa hari yang lalu.
Hari ini genap sudah dua bulan ia menghilang. hilang bagai ditelan bumi, tanpa kabar.
"Aku merindukanmu, Min Yoongi! Kau ada dimana?!" Batinku berteriak.
Semenjak peristiwa itu, dia menghilang. mengabaikan semua telepon dan pesan dariku. Apakah ia tidak merasa bersalah sedikit pun karna telah membuatku merasa khawatir begini?
Dia sedang berada dimana? Sedang apa? Apa dia tinggal dilingkungan yang layak? atau malah dia sudah menemukan kehidupan yang baru? Oh Min Yoongi, ayolah. Sampai saat ini pun aku masih memikirkanmu.
"Apa jangan - jangan? Dia, sudah tiada?"
Sontak saja aku langsung berdiri dari posisiku semula dan hal ini menimbulkan suara decitan kursi yang amat menggangu pendengaran seluruh manusia disini. Tetapi aku tidak peduli.
Aku segera berkemas dan bergegas. Tidak perlu ditanya hendak kemana. Mencari kabar atau sesuatu hal informasi mengenai Yoongi. Namun pergerakkanku terhentikan barang sejenak saat Seulgiㅡteman baruku, menghampiriku.
"Kau mau kemana?" Tanya Seulgi padaku.
"Ah, tidak kemana - mana. Aku hanya ingin mencari angin saja." Elakku sembari menyunggingkan senyum yang dipaksakan.
"Mencari angin harus berkemas dan membawa tas begini? Atau, kau ingin pulang?" Aku hanya tersenyum menyengir sebagai jawabannya. Bisa kulihat, Seulgi menunjukkan ekspresi masamnya.
"Kim Hyera, ayolah. Kita ini teman. Kenapa kau masih saja berbohong padaku?"
"Bukan apa - apa. Aku hanya ingin sendiri, untuk saat ini," Ucapku pelan lalu menunduk.
"Dia masih belum kembali?"
"Huh?" Aku menegakkan kepalaku dan seakan berakting tidak mengerti akan apa yang dimaksud oleh temanku ini.
"Dia pasti kembali." Seulgi tersenyum lalu mengusap bahuku pelan bermaksud untuk memberi semangat padaku. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Taehyung, dimana? Aku belum melihatnya hari ini.
"Dia tidak masuk hari ini. Kurasa dia sedang tidak enak badan." Seulgi mengangguk mengerti.
"Aku pamit dulu ya. Jika dosen Kim masuk, tolong izinkan aku." Aku pergi berlalu setelah Seulgi mengangguk.
Disini aku, dilorong kampus ini. Aku juga tidak tau akan kemana. Semenjak pria itu menghilang, aku juga merasa ada yang hilang dari tubuhku. Aku hanya ingin tau dan memastikan apa dia baik - baik saja. Tapi sayangnya ia masih saja mengabaikanku.
Aku merindukan sosok Min Yoongi. Yoongi kakak tiriku yang sangat dingin dan datar. Yoongi yang sering marah jika aku berbuat sesuatu yang buruk menurutnya. Yoongi yang penuh kejutan, setiap aku bertemu denganya. Dan Yoongi yang aku sayangi, mungkin lebih dari seorang kakak.
"Hei kau, jalang jelek!" Aku menoleh kearah sumber suara. Orang itu, Jung Nara.
Plak.
Sebuah tamparan keras telak mengenai pipiku. Aku terdiam sebentar sambil mengusap pipiku ini.
"Dimana kau menyembunyikan Yoongiku, huh? Kenapa kau masih saja tidak tau diri, menganggu dan menempelinya terus menerus? Tidakkah kau tau diri sedikit?!"
Dia memakiku setelah menamparku seenak jidatnya ketika aku masih dalam keadaan terpuruk begini. Aku menegakkan kepalaku lalu menatapnya tajam sambil mengumpulkan tenaga untuk membalasnya.
Sepersekon kemudian, aku menjambak rambutnya dengan keras.
"Dan tidakkah kau memiliki cermin? Kurasa kau perlu bercermin sebentar, dan lihatlah siapa jalang yang sesungguhnya."
"Akh l-lepaskan aku," Jeritnya kesakitan. Setelah puas, aku melepaskan peganganku.
"Aku tidak pernah menyembunyikan Yoongi. Kau pikir itu suatu pekerjaan yang menyenangkan untukku? Memyembunyikan kekasihmu? Ck."
"Oh ya, omong-omong. Bukankah kau ini kekasihnya? Kenapa kau malah bertanyaan keberadaannya padaku? Bukankah seharusnya kaulah yang harus paling tau mengenainya? lalu kenapa malah bertanya padaku?" Aku memberi jeda ucapanku, dan bisa kulihat Nara tampak mulai memanas kembali. Aku tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapanku.
"Ah iya, aku lupa. Kau kan hanya sebatas pelampiasan nafsunya saja. Hahaha." Aku tertawa miring. Ia bersiap mengangkat tangannya hendak menamparku lagi jika seseorang tidak menggagalkan niatnya.
Tangan itu, milik Kim Kai. Anak dari salah satu dosen disini dan sekaligus mahasiswa baru yang amat populer.
"Menurutku apa yang dikatakan Hyera itu benar. Seharusnya kau tidak bertanya keberadaan kekasihmu pada orang lain." Nara melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Kai barusan.
"Kau, anak baru. Tidak usah ikut campur. Tunggu saja peringatan dariku." Setelah berucap demikian, yeoja gila itu akhirnya pergi juga. Kini, perhatianku teralihkan pada namja yang sedang berdiri didepanku ini.
"Kau mengenalku?" Aku bertanya. Pria ini malah tertawa kecil mendengar pertanyaanku barusan.
"Budayakan ucapkan terimakasih terlebih dahulu setelah kau menerima bantuan dari seseorang, kekeke."
Aku membalikkan bola mataku dengan malas. Aku sedang tidak ada mood bagus hari ini. Namun ucapan pria ini ada benarnya juga.
"Gomawo."
"Kekeke~ kau terlihat lucu." Ia kembali tertawa. Kurasa pria ini sudah gila.
"Maaf, apa kau mengenalku?" Tanyaku to the point.
"Mengenalmu? Aku juga tidak tau kau ini siapa."
"Tapi kau tau namaku."
"Oh? Jadi namamu benar Hyera? Aku bahkan hanya asal menebak saja. Namamu sangat pasaran sekali, kekeke."
Aku menatap pria ini dengan datar. Dari tadi ia selalu tertawa. Baik, pria ini benar - benar sinting sepertinya. Tidak mau berlama - lama berhadapan dengan pria sinting ini, aku pun berlalu meninggalkannya.
"Salam kenal, Hyera!"
Aku tidak memperdulikannya. Aku melanjutkan langkahku yang tadi sempat tertunda lalu mempercepat langkah kakiku.
.
***
Tidak terasa, senja telah pergi dan digantikan oleh sang malam. Ya, malam yang kabut dan kelam. Kelam? Hanya menurutku saja. Diluar sana dapat kulihat banyak manusia yang sedang bergembira, tertawa riang. Diantaranya terdapat keluarga dan pasangan yang bahagia membuatku kembali terpikirkan akan keluargaku dimasa lalu.
"Ayah, apa kabar?"
Cukup lama aku terdiam. Tidak lama kemudian aku pun menepis pikiranku yang tadinya ingin mengingat masa laluku. Aku menggeleng kuat lalu menyeka cepat bulir airmataku yang berjatuhan.
Aku mengeluarkan headset dan ponselku dari dalam tas ku. Headset iniㅡmilik Yoongi. Ya, aku belum sempat mengembalikannya. Aku tersenyum getir memandang headset hitam ditanganku ini. Dan dengan bodohnya, aku malah mengecup dan memeluk headset ini seakan tengah memeluk pemiliknya.
Setelah puas, aku mendengarkan musik dari headset ini seperti yang biasa Yoongi lakukan. Mendengarkan alunan melodi piano Yoongi berjudulkan canon saat pernikahan Ibu beberapa bulan yang lalu. Aku juga tidak tau kenapa dia malah memainkan melodi itu. Tetapi yang jelas, aku menyukainya.
Ya, disinilah aku. Di dalam bus, tepatnya dibangku sudut paling belakang. Sudah dari tiga jam yang lalu aku didalam bus ini tidak mau turun karna memang tidak tau kemana tujuanku sekarang.
"Tujuan terakhir!"
Aku masih setia mendengar dan memutar kembali alunan musik itu sambil melamun.
"Ahgashi yang dibelakang, apa kau tidak mau pulang?"
"Ah, nde?" Bodohnya aku baru menyadari bahwa bus nya sudah berhenti dari tadi.
"Ini adalah tujuan terakhir kami pada hari ini. Semua penumpang sudah turun, dan kurasa tempat tujuanmu disini."
"Ah, begitu. Baik, terimakasih ahjusshi. Saya turun disini saja."
Aku bergegas keluar dan membayar ongkos bus yang kutumpangi sedari tadi. Pikiranku masih kosong. Mungkin duduk sebentar di halte bus akan jadi lebih baik.
Keheningan menimpaku. Malam yang sunyi dan dingin menambah faktor pendorong keterpurukanku. Ah sial, aku tidak bawa jaket. Jangan tanya kenapa, karna aku memang tidak merencanakan hal ini.
Drrttt... drrttt...
Ponselku bergetar menandakan ada panggilan masuk. Taehyung menelponku. Ternyata sudah dari tadi dia menghubungiku dan mengirimiku pesan mungkin hanya sekedar menanyai kenapa aku belum pulang juga. Aku mengabaikan panggilan itu. Aku benar - benar butuh waktu sendiri untuk saat ini.
Namun ketika dalam suasana hening, tiba - tiba bulu kudukku merinding. Aku melihat ke sekitarku. Tidak ada orang disini. Perasaan tidak enak mulai mengekelabutiku. Aku bangkit lalu bergegas meninggalkan halte bus ini.
Awalnya aku masih berjalan santai seperti biasanya. Namun tetap saja aku merasa ada yang aneh seakan seseorang tengah mengikutiku saat ini. Aku pun menghentikan langkah kakiku barang sejenak, lalu memberanikan diri membalikan tubuh kebelakang.
Hasilnya nihil. Tidak ada siapa -siapa. Tapi aku sangat yakin bahwa memang ada yang mengikutiku. Jantungku berdetak kencang, tanganku mulai mendingin. Dengan cepat aku mencari kontak Taehyung diponselku lalu menghubunginya.
"Halo T-taehyung," Ucapku setelah Taehyung mengangkat teleponku sambil berjalan cepat.
"Y-yak Kim Hyera! Darimana saja kau dari tadi?! Kenapa sampai sekarang masih belum pulang? Kau dimana sekarang?"
"A-aku..."
Seketika perhatianku teralihkan pada seseorang yang berada didepan sana. Aku melihat ada seorang anak kecil menangis.
"Kau kenapa? Hyera jawab aku!"
"Kim Hyera!"
Aku tidak memerdulikan pembicaraan Taehyung dari seberang sana. Aku mematikan sambungan teleponnya dan segera menghampiri anak kecil tersebut. Sekarang aku sudah berada tepat didepannya. Anak kecil ini tengah duduk meringkuk memeluk lututnya sambil menangis.
Dengan segenap keberanian yang kupunya, aku ikut duduk didepannya lalu mengajaknya bicara.
"Halo, permisi adik kecil. Kenapa kau menangis?"
Hening. Anak kecil itu berhenti menangis sebentar, namun belum juga mengangkat kepalanya untuk menatapku. Aku mengangkat tanganku dengan ragu, lalu mengelus surai rambut panjangnya.
"Menangis seorang diri malam hari begini tidak baik. Kau boleh bercerita padaku. Jangan ragu," Ucapku untuk meyakinkan anak ini.
Akhirnya ia mengangkat kepalanya, dan menatapku. Aku sedikit terkejut melihat matanya yang merah dan bengkak. Bisa kupastikan, anak ini sudah lama menangis.
"Tadi, hiks- aku bersama seseorang. Dan dia tidak mau mengganti ice cream ku yang terjatuh, hiks."
Aku mengernyitkan dahiku setelah mendengar ucapan anak ini barusan.Seseorang? Seseorang siapa? Apakah orangtuanya? Tapi orang tua mana yang tega meninggalkan anaknya seorang diri dimalam hari begini?
"Aigoo, uljjima. Kita bisa membeli ice cream baru untuk-"
"Hyera? Ah disini kau ternyata. Aku sudah dari tadi mencarimu kesana kemari. Akhirnya aku menemukanmu."
"Kim Kai? Apa yang dia lakukan disini? Dia mencariku sedari tadi?" Tanyaku dalam hati.
"Oh, ada kau juga? Kau yang telah menemukan adikku? Ah, terimakasih banyak." Baik, sekarang aku sudah tau. Hyera yang dimaksud adalah anak ini, bukan aku. Dan sekarang aku sudah tau apa alasan dia tau namaku dan mengatakan bahwa namaku pasaran, sering ditemui.
"Namamu Hyera? Ah, nama kita sama. Perkenalkan, aku Kim Hyera," Ujarku sambil mengulurkan tanganku pada anak itu. Namun sialnya dia tidak mengubrisku.
"Haha, maafkan Hyera. Kurasa dia memang anak yang pemalu."
Aku menatap Kai yang tertawa dengan intens. Aku merasa ada hal yang aneh pada dirinya. Adiknya katanya? Lalu kenapa dia meninggalkan adiknya menangis seorang diri disini?
"Kenapa kau menatapku begitu? Hei, aku bukanlah seorang penjahat."
Aku tidak mengacuhkan ucapannya.
"Kang Hyera, ayo ku antar pulang."
"Ku antar pulang?" Batinku.
Namun yang kulihat anak ini malah menggeleng. Sepertinya ia menolak tawaran Kai.
"Aku mau pulang kalau eonnie cantik ini ikut mengantarku."
"Tapi eonnie ini sepertinya ada urusan. Dia tidak bisa ikut mengantarmu pulang, sayang."
"Eonnie, kau mau kan? Please~"
Aku berpikir sebentar. Tiba - tiba ponselku kembali berdering untuk yang kesekian kalinya. Taehyung menghubungiku lagi. Aku tidak menjawab panggilan dari Taehyung. Dan pada akhirnya, aku mengangguk mengiyakan permintaan anak kecil ini.
Sebelum kami pergi, aku sempat melihat Kai sedang tersenyum miring.
Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk.
.
.
.
To be continue ~
Bolehlah aku mendapatkan vote dan komen dari kalian? Beri aku semangat jusseyo, ideku buntu nih:(
Follow! LillyChan07
Xoxo, lillychan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top