10. Hurt

Chapter 10 ~

"AAAAAAA!!" Aku berteriak kencang melihat Yoongi saat ini. Bagaimana tidak berteriak? Kini aku melihat ia sedang bertelanjang dada, balutan handuk putih kecil menutupi bawahannya, dan jangan lupakan rambutnya yang basah itu.

Aku berhenti berteriak begitu ia menutup mulutku dengan paksa. Dapat kurasakan dada bidang nan polosnya itu menempel di punggungku.

"AAAAAAA!" Kali ini bukan aku yang berteriak. Melainkan si namja mesum Min Yoongi. Kenapa dia berteriak? Karna aku menggigit telapak tangannya yang tadinya menutup paksa mulutku. Siapa suruh menutup mulutku harus memelukku juga?

"Apa kau sudah gila?!" Dia mengibaskan tangannya kesakitan.

"Kau yang gila! Kenapa harus memelukku apalagi dengan keadaan seperti ini?" Ujarku garang tidak mau kalah.

"Dan kenapa juga kau harus berada dikamarku tanpa izin padaku terlebih dahulu? Bagaimana tadi kalau aku sedang bertelanjang?" Dia ada benarnya juga. Aku mulai mati kutu sekarang. Memasuki kamar orang tanpa izin bukan suatu hal yang baik. Namun niatku kesini baik. Lagipula aku ingin mengembalikan ponselnya secara diam - diam. Itu saja.

"Tapi untungnya kau tidak sedang bertelanjang."

"Aku sudah setengah telanjang. Apa kau ingin melihatnya secara full?"

"A-apa - apaan kau i-ini. Yasudah, aku permisi dulu." Aku mulai gegalapan dan bisa kalah melawan Yoongi. Benar feelingku kemarin. Yoongi adalah namja yang mesum. Tidakkah dia ingat bahwa aku ini adalah adiknya?

"Tidak semudah itu, Kim Hyera." Yoongi menarik pergelangan tanganku lalu menghempaskanku ke ranjang miliknya. Kemudian dia menyusulku naik keranjang lalu menindih tubuhku. Dari sini aku bisa melihat tetesan air berjatuhan dari surai pirangnya itu.

Dia menatapku dengan intens dan jangan lupakan kedua tangannya ia tumpukan disampingku seakan mengunci pergerakkanku. Demi apapun, kini jantungku berdegup kencang. Posisi seperti ini mengingatkanku pada kejadian dua bulan yang lalu.

Ya, dimana ia pulang dalam keadaan setengah sadar. Mengucapkan kalimat yang tidak jelas dan entah kenapa ia menarik tanganku. Alhasil waktu itu aku terjatuh diatasnya. Walaupun ia melakukan hal itu dalam keadaan mabuk, tapi hal itu sukses menyuratkan sebuah moment yang tak bisa kulupakan.

Dan sekarang, ia menindihku. Apa yang akan ia lakukan? Apa yang ia mau dariku?

"K-kau m-au apa?!" Aku berbicara dengan gugup, namun menaikkan nada suaraku pada kata 'apa' berniat untuk tidak terlihat gugup sekarang.

"Kau ingin aku melakukan apa, hm?" Badanku bergetar hebat begitu ia menyentuhkan kulitnya ke permukaan wajahku walaupun sekedar untuk menyelipkan anak rambut ke balik telingaku. Namun jujur, aku amat tidak nyaman dengan posisi seperti ini.

"L-lepaskan aku!" Aku mencoba untuk meronta - ronta agar ia mau membebaskanku. Namun usahaku tidak membuahkan hasil sama sekali. Malah sebaliknya, memperburuk keadaan.

"Jangan membantah, atau aku akan melakukan suatu hal yang lebih buruk dari yang kau kira." Ia mengeratkan pegangannya pada tanganku. Sekarang aku tidak bisa berbuat apa. Ia terlalu erat mengunci pergerakkanku.

"Yoongi j-jangan bertindak gila... " Aku menggeliat resah dengan mata yang tertutup begitu ia mulai mendekatkan wajahnya padaku.

Cup. Cup. Cup.

Dia menciumku lagi.

Dibibir dan di'leher'. Ia meninggalkan sebuah kissmark dileherku. Aku tidak tau apa maksud dari ini semua. Selang beberapa detik, ia kembali mencium bibirku lalu melumatnya dengan pelan. Aku terdiam kaku, tidak membalas pergerakkan bibirnya.

Menyadari tidak ada repons dariku, dia menggigit bibir bawahku. Alhasil aku membukakan mulutku lalu dia memasukkan lidahnya menyapa lidahku. Dia semakin bersemangat menciumi dan melumati bibirku. Bisa kupastikan, bibirku sebentar lagi akan membengkak.

Setelah puas, dia kembali turun ke leher jenjangku. Perlu ku ingatkan, dia bukan yang pertama mengecup leherku. Taehyung lah yang pertama saat di mobil beberapa hari yang lalu.

Ia kembali melumat leherku ditempat yang berbeda dari sebelumnya. Setelah itu, dia mengecup lembut tanda itu.

"MIN YOONGI, APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Sontak saja kami terkejut bukan main. Yoongi menghentikan aktivitasnya dan aku memberanikan diri membuka kedua kelopak mataku. Betapa terkejutnya aku begitu melihat siapa orang diseberang sana yang tengah mengamati kami.

Orang itu, Ayah tiriku.

***

'Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi.'

"Ah Yoongi, ayolah. Angkat telepon dariku. Kau dimana?!" Aku bergerak kesana kemari dengan raut wajah cemas. Sedari tadi aku masih setia untuk menghubunginya. Namun sekalipun ia tidak menjawab panggilan dariku.

"Ya Tuhan, bagaimana ini?"

"Jangan terlalu memaksakan diri. Telepon lagi nanti. Nanti dia pasti mengabarimu." Taehyung melipatkan kedua tangannya di dadanya sembari menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Tapi aku khawatir padanya, Taehyung." Aku masih saja melakukan hal yang sama. Menghubungi Yoongi, lagi dan lagi.

"Jangan terlalu menghawatirkannya. Ia baik - baik saja. Lagi pula ini semua salahnya. Mengapa ia malah memperkosa adiknya sendiri? Pengecut."

Aku tidak mengacuhkan ucapan Taehyung barusan. Aku mendudukkan diriku pada pinggir ranjang milik Taehyung. Ya, kini aku sedang berada di apartemen Taehyung.

"Ini semua salahku. Harusnya aku tidak sebodoh itu memasuki kamarnya diam - diam. Seharusnya aku mengembalikan ponselnya secara terang - terangan. Dan kami tidak akan diusir seperti ini. Argh, bodohnya aku!" Aku mengerang frustasi sembari menjambak rambutku sendiri.

"Kau memang bodoh." Taehyung menyusulku. Kini ia duduk disebelahku tepatnya di ranjangnya. Ia menarik kerah bajuku dengan kasar.

"Ini, dia yang melakukannya?" Taehyung menunjuk kissmark yang diberikan Yoongi tadi sore padaku. Aku mengangguk pelan, lalu menunduk malu.

"Ck. Lelaki bodoh. Memberi tanda pada adik sendiri." Taehyung melepaskan kerah bajuku.

Hening. Tidak ada suara. Aku tidak tau harus berbicara apa semenjak Taehyung mengucapkan kalimat terakhirnya tadi. Dan baru kali ini aku melihat Taehyung memasang wajah tidak suka saat bersamaku.

Aku mengangkat kepalaku begitu aku baru mengingat sesuatu. Ahiya, Jung Nara. Bukankah ia kekasih Yoongi? Pasti dia tau dimana keberadaan Yoongi sekarang. Tapi, aku tidak punya nomor ataupun id line nya.

"Apa kau punya kontak Nara?"

"Jung Nara?" Taehyung bertanya dan aku mengangguk sebagai jawabanku.

"Tidak punya. Jangan pernah berurusan dengannya." Taehyung melangkah maju menjauhiku dan sekarang malah membelakangiku.

"Kenapa?"

"Dia jalang murahan. Sangat murah." Taehyung berucap dengan nada tidak suka. Ia membelakangiku, dan aku tidak tau bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Tapi yang jelas, aku melihat ia mengepalkan kedua telapak tangannya.

Ada apa sebenarnya?

"Ya, aku tau itu. Aku juga tidak suka padanya."

"Bagus kalau begitu."
.

Author's pov.

Sebuah motor sport hitam sedang berlaju dengan kecepatan tinggi. Seseorang yang mengendarai motor ini juga belum menunjukkan tanda - tanda kemana ia akan berhenti. Namun ternyata tidak selang beberapa menit kemudian, si pengendara berhenti disebuah tempat yang amat ramai.

Pengendara itu, Min Yoongi. Kini ia sedang mengunjungi club malam, yang sepertinya merupakan club terbesar di kota ini.

Yoongi masih berdiam diri sambil menatap tempat ini dari luar. Tampaknya ia sedikit masih ragu untuk mengunjungi 'kembali' tempat ini. Akhirnya ia melangkah masuk ke dalam setelah meyakinkan dirinya sendiri.

Semua pengawas yang berada disetiap sudut tempat ini tunduk memberi hormat padanya seakan mereka sedang menyambut kembali tuan mereka. Semua orang juga minggir memberikan jalan padanya. Tempat ini jauh lebih ramai dibandingkan terakhir kali Yoongi kesini.

Tampak seorang wanita tengah mengatur dan mengawasi cara kerja oleh setiap pekerja atau yang disebut bartender. Wanita itu berkacak pinggang sembari menunjuk - nunjuk botol arak disana. Tampaknya ia merupakan seseorang yang penting disini.

Dengan langkah sedikit ragu, Yoongi menghampiri wanita tersebut.

"Noona." Panggil Yoongi pelan. Wanita itu menoleh, lalu menyerngitkan dahinya. Karna kerlap - kerlip cahaya lampu club sedikit mengganggu penglihatannya, ia mendekati Yoongi seperti mencoba mengingat - ingat siapa namja ini.

"Yoongi? Kau Min Yoongi, bukan?" Wanita itu bertanya, dan Yoongi mengangguk. Sepersekon kemudian, wanita itu langsung memeluk Yoongi dengan erat.

"Yak! Kau sudah kembali? Kau darimana saja? Sudah lama kau tidak kemari," Yoongi malah tertawa menanggapi pertanyaan wanita itu.

"Ani, Taeyeon noona. Aku tidak kembali. Aku kemari hanya sebentar saja karna salah satu pegawai disini mengirimiku pesan ancaman."

"Mungkin si pengirim itu adalah Jimin? Jika benar ataupun tidak,maafkan saja. Dia selalu saja begitu. Tapi yakinlah, dia tidak seburuk yang kau bayangkan."

Yoongi mengangguk mengerti. Pria ini membalikkan tubuhnya, lalu mengedarkan penghilatannya keseluruh sisi tempat ini. Dentuman musik yang dapat memecahkan gendang telinga dan tatapan lapar dari para yeoja jalang bukanlah hal yang aneh lagi untuk Yoongi. Bahkan ada dua orang jalang menggandeng tangannya mengajaknya untuk 'bermain'. Tapi Yoongi menolak. Para jalang itu pergi dengan wajah yang kecewa.

"Jika kau butuh kami, panggil kami saja. Kami akan memuaskanmu, tampan." Begitulah kira - kira kalimat yang tertangkap oleh indera pendengaran Yoongi sebelum dua jalang itu pergi meninggalkannya.
Sementara Taeyeon malah terkekeh geli pada Yoongi.

"Kau kenapa? Tidak biasanya kau menolak seperti tadi," Ucap Taeyeon sambil menahan tawa.

Hening, tidak ada jawaban. Yoongi malah mendudukkan diri dikursi pelanggan dan diikuti oleh Taeyeon dibelakangnya.

"Apa kau ada masalah? Aku akan sangat senang jika kau bersedia bercerita padaku."

Yoongi mengambil dua botol arak dengan kadar alkohol cukup tinggi. Ia menuang arak tersebut ke gelas lalu meminumnya dengan kasar. Taeyeon menyergitkan dahinya.

"Sepertinya anak ini benar - benar sedang ada masalah."

"Baiklah jika kau tidak mau. Aku lebih baik perㅡ" Taeyeon berucap sambil berdiri hendak pergi. Namun belum selesai ia bicara, Yoongi telah memotong pembicaraannya.

"Aku diusir oleh Ayahku." Taeyeon menampilkan ekspresi terkejutnya lalu kembali terduduk.

"Dua bulan yang lalu, dia menikah lagi. Memulai kehidupan yang baru, menurutnya. Namun tidak denganku. Aku tidak suka dengan keluargaku yang sekarang, sangat. Sekarang aku benar - benar hancur. Aku tidak memiliki harapan untuk hidup lagi. Apalagi sekarang aku diusir oleh Ayahku sendiri, dan harus berpisah denganㅡ" Yoongi tidak melanjutkan ucapannya.

"Dengan siapa?"

"Bukan, huks- siapa - siapa. Hanya gadis sampah-" Sekarang Taeyeon makin heran. Tidak mengerti siapa dan apa maksud pria ini mengatai seseorang dengan gadis sampah?

"Baiklah, aku mengerti. Tetapi, tadi kau bilang Ayahmu menikah lagi? Orangtuamu bercerai kenapa?" Yoongi malah tertawa miris mendengar pertanyaan yang dilontarkan Taeyeon barusan. Tidak tau juga apa penyebabnya. Ia kembali menuang arak tersebut kegelasnya lalu meneguknya dengan sekali tegukkan sampai habis.

"Seokjin hyung mantanmuㅡ"

"Kenapa dengan Seokjin?" Taeyeon semakin penasaran. Kenapa Yoongi menyangkut pautkan ceritanya dengan Seokjin? Apa sebenarnya yang terjadi?

"Jawab aku, Min Yoongi!"

"Dia meninggal dunia. Saat mengambil biaya siswanya di Jepang. Namun pesawatnya mengalami kecelakaan dan ia meninggal. Ibuku masih tidak bisa menerima kenyataan dan pada akhirnya dia mengalami gangguan kejiwaan. Sekarang dia masih dirumah sakit jiwa. Ayahku menceraikan Ibuku sebelah pihak. Dan mengancamku jika tidak mau ikut dengannya."

Di detik terakhir Yoongi berbicara, Taeyeon tidak dapat menahan dirinya lagi. Bulir airmatanya akhirnya jatuh juga. Ia benar - benar tidak tau harus berkata apalagi. Seokjin dan cerita menyedihkan Yoongi. Karna sejujurnya, sampai detik ini Taeyeon masih mencintai Seokjin.

Taeyeon dan Yoongi memang tidak memiliki hubungan keluarga. Namun ia dan adiknya telah lama mengenal Yoongi dan Seokjin. Mereka sudah akrab dari beberapa tahun yang lalu, sehingga Taeyeon telah menganggap Yoongi sebagai adik sepupunya bahkan adiknya sendiri.

Tangisan Taeyeon semakin pecah saat melihat betapa hancurnya Yoongi saat ini. Apalagi ketika pria itu kembali meminum arak tersebut sampai habis.

"Hentikan itu bodoh! Jika kau terus - terusan begini, itu sama saja kau juga menyakitiku!" Dengan sekali tarikan, Taeyeon berhasil membawa Yoongi kepelukannya dan semakin memecahkan tangisannya bersama Yoongi.

"Noona, please kill me now."
.

To be continue ~

.

.

Bisakah kalian memberikan vote dan komentar sekedar untuk menyemangatiku menulis? Aku sangat berharap akan hal itu. Terimakasih.

Xoxo, lilly chan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top