Bab 30. 3Some

Mata Bastian berkilat. Hidung lelaki itu mendengkus dan berkerut geram. Kedua tangannya bahkan sudah mengepal menahan emosi.

"Kamu bilang apa? Mau resign?!" sentak Bastian.

Amara mengangguk. Itu adalah keputusan paling tepat.

"Setelah Pak Keenan menawarkan posisi VP Marketing padaku dan kamu bilang mau resign, Mara?!" Intonasi Bastian meninggi. "Kamu yang bener aja, ya!"

"Aku tidak lagi ingin mengajar Julie, Mas. Dia layak mendapatkan guru kesenian yang lebih baik. Dan itu bukan aku."

"Alah!" Bastian menggebrak meja makan. "Bilang aja ini caramu untuk mendapatkan perhatian dariku. Karena kamu tahu kalau kamu nggak berguna dan hanya bisa kuandalkan soal ini. Dasar wanita licik tidak tahu diri!"

"Mas Bastian ... tolong. Hanya satu ini permintaanku."

Bastian tak lagi mampu menbendung amarah. Dengan bringas, lelaki itu menyapu habis segala piring dan mangkuk yang berada di atas meja. Membanting semua yang ada di sana hingga terjatuh bebas ke atas lantai. Suara gaduh pun tercipta dari bunyi pecahan peralatan makan.

Bastian bagai kesetanan.

"Mas ...!" pekik Amara ketakutan.

Bastian gelap mata dan mendorong Amara hingga menatap dinding. "Kamu dengar, ya, Amara," ancamnya. "Sekali lagi kamu ngomong resign-resign, aku tidak akan pulang lagi ke rumah."

Badan Amara gemetaran. Ia terisak menahan segala kengerian.

"Apa pun yang terjadi jangan berpikir untuk mengundurkan diri sampai aku menempati jabatan Vice President Marketing. Paham kamu?" Bastian mencengkeram dagu Amara kuat-kuat.

"Hmm ... mmm ..." Amara mengangguk gentar.

"Kamu dan Julia itu sudah sangat akrab hingga melelehkan manusia kaku seperti Keenan. Semua kebaikannya padaku akan lenyap jika kamu berhenti mengajar anaknya!"

"Iya, Mas." Tangis Amara pecah. Tetapi ia sekuat tenaga menelannya dalam tenggorokan.

"Jangan bikin mood-ku nggak enak terus, ya. Kamu suka lihat aku marah, hmm? Suka mengakibatkan aku makin enek lama-lama sama kamu, huh?"

Amara menggeleng. "Ma-maaf, Mas ..."

Bastian lantas melepaskan Amara. Ia melenggang santai seolah tak terjadi apa-apa.

"Bersihkan ini semua. Aku nggak mau kakiku nanti luka karena terkena beling," titah Bastian. Ia pun membanting pintu utama dan hilang begitu saja.

***

Senyum pada bibir Bastian pudar. Ia mengerutkan kedua alis ketika sang kekasih mempersilakannya masuk ke dalam rumah. Semua karena ada wanita lain sedang duduk di ruang tamu.

"Apa-apaan?" bisik Bastian. "Kok ada temanmu di sini? Mana bisa kita bercinta kalau ada orang lain!"

"Dia bukan temanku, Mas," terang si kekasih. "Aku sudah baca pesanmu tentang acara makan malam bersama Pak Keenan kemarin. Kurasa, kabar baik itu harus kita rayakan."

"Terus?" Bastian makin jengkel. Apa hubungannya perayaan mereka dengan kehadiran wanita asing tadi? Ia berharap bercinta dengan simpanannya bisa menghilangkan kesuntukkan akibat Amara. Sekarang Bastian malah bertambah kesal.

Si kekasih membisik pelan pada telinga Bastian. "Dia pelacur."

"Huh? Apa?!"

"Aku ingin menghadiahimu sesuatu yang menggairahkan. Kurasa tak ada salahnya main bertiga. Malahan aku yakin makin menambah sensasi dari pergumulan kita."

Mata Bastian melotot semakin lebar. "Yang bener kamu?!" serunya.

"Iya. Benar. Masa bohong?" Wanita bertubuh sintal itu cekikikan. "Tapi kamu hanya boleh memasukkan milikmu di punyaku. Selebihnya terserah Mas mau ngapain."

Bastian memeluk erat tubuh montok kekasihnya. "Gila! Baru kali ini aku menemukan wanita seperti kamu. Kamu betul-betul soulmateku, Sayang!"

"Ah, basi. Kalau aku memang betul soulmate-mu, kenapa kamu belum juga menceraikan istrimu dan menikahiku?"

"Sabar, ya, Cinta." Bastian mencubit gemas hidung mungil simpanannya. "Kamu tahu, kan, dia favorit Julia, putri Pak Keenan. Tunggulah sampai aku menduduki jabatan VP Marketing. Setelah itu aku tak lagi membutuhkan si mandul itu."

"Janji?"

Bastian mengecup mesra pipi sang kekasih. "Janji."

Bibir wanita berambut sebahu itu pun mengembang. Ia mengaitkan lengan Bastian dengan manja. "Kita mulai main sekarang, yuk."

"Boleh." Bastian menyeringai.

Ia lantas menatap wanita tuna susila yang di-booking oleh kekasihnya. Body aduhai dengan paras rupawan. Belum apa-apa - adik Bastian sudah menegang saja.

"Siapa namamu?" tanya Bastian.

"Sesil."

"Kita masuk ke kamar sekarang, ya, Sil." Bastian mengulurkan tangan.

Sesil mengerling genit dan menerima ajakan Bastian. Mereka bertiga lantas berjalan bersama dengan Bastian yang berada di tengah.

Sesampainya di kamar, Bastian bergegas menerjang sang kekasih. Ia mencumbu bibir kekasihnya penuh gairah. Tak mau menunggu diam - Sesil pun melepaskan pakaian yang ia kenakan satu per satu. Wanita itu sudah tampil polos di depan Bastian dan si kekasih.

"Oh, God ..." gumam Bastian yang terangsang hebat.

Kedua buah dada Sesil terlihat begitu menggiurkan. Menggantung sempurna dengan ukuran yang pas. Sementara bagian bawah pelacur itu begitu merah - kontras dengan kulitnya yang putih. Sayang - kejantanan Bastian tak bisa mencicipi liang itu. Tapi, sudahlah!

Melihat Sesil sudah telanjang, kekasih Bastian tidak mau kalah. Ia turut melucuti pakaian demi menggoda Bastian. Soal ukuran, dia jelas menang. Bukit kembar simpanan Bastian itu relatif besar dan melebihi rata-rata wanita Asia.

"Kalian mainin punyaku, dong." Bastian menurunkan jeans-nya. Melepaskan kungkungan celana dalam hingga miliknya melonjak keluar. Teracung menanti dimanja dua wanita seksi.

Mereka menurut.

Secara bergantian, Sesil dan sang kekasih memainkan kejantanan Bastian yang perkasa. Berebut seolah-olah batang itu merupakan permen lolipop.

"Oh, ya .." desis Bastian keenakan.

Ia lalu menarik tangan Sesil dan menuntun pelacur itu untuk mencumbunya. Sementara sang kekasih masih asyik mengulum batang menegang di bawah sana.

Bastian menyusu pada pucuk Sesil dengan lahap. Menarik tonjolan merah muda itu karena gemas. Ini pertama kalinya Bastian main dengan wanita panggilan. Dia enggan membayar demi bercinta. Bastian bisa mendapatkannya cuma-cuma dari sang kekasih. Untuk apa mengeluarkan uang.

Mana Bastian sangka ternyata sensasi dari seorang pelacur bisa senikmat sekarang.

"Kemarikan punyamu," kata Bastian.

Sesil pun mengarahkan miliknya pada bibir Bastian. Dengan posisi berbaring - Bastian pun memainkan lidah pada milik Sesil. Area itu beraroma wangi dan semakin memerah parah.

"Ah ..." Sesil mendesah.

Bosan menjilati lolipopnya, kekasih Bastian lantas beralih pada Sesil. Ia meremas dua bukit kembar lacur itu seraya memilin-milin pucuknya. Sesil pun kini menjadi objek jamahan dari kedua manusia binal.

Jemari Bastian meraba-raba kewanitaan kekasihnya. Sudah basah rupanya. "Beb, aku udah ngga tahan. Masukkinlah. Kamu di atas," titahnya.

Si Kekasih menurut. Ia lantas menaiki tubuh Bastian yang masih asyik menggerayangi kewanitaan Sesil.

Tanpa lama, batang itu sudah bersarang di dalam liang terlarang. Kekasih Bastian lantas menggoyangkan pinggulnya agar kejantanan itu keluar - masuk secara intens.

Pergumulan mereka bertiga berlangsung liar bak hewan.

Bastian membaringkan tubuh kekasihnya di bawah dan menghunjamkan miliknya masuk. Netra Bastian nyalang mengagumi tubuh Sesil yang ikut berbaring di samping si wanita simpanan. Besar keinginan Bastian untuk mencicipi liang si lacur.

Jemari Bastian pun mengusap gemas area bawah Sesil yang terekspos. Mengobrak-abrik tiap jengkal dinding-dinding rapat itu dengan jari. Menggerayang pada bagian sensitif yang terlarang untuk dicicipi kejantanannya.

Desah dan rintih mereka bertiga memenuhi ruangan. Suasana kian memanas hingga si kekasih rahasia akhirnya mencapai klimaks pertama. Tak ketinggalan Sesil yang juga ikut menggelinjang karena perbuatan tangan Bastian.

Bastian merasa berkuasa dan hebat. Ia berhasil memberikan kenikmatan pada dua wanita sekaligus. Lelaki itu pun mempercepat tempo gerakan. Tak lama, rautnya pun mulai mengeras dan mengejan. Bastian memilih untuk memuntahkan cairan klimaks pada bibir Sesil yang mungil.

***

Bastian memiringkan tubuh menghadap Sesil. Kekasihnya ada di sisi satunya - tertidur pulas karena permainan tadi. Sudah kebiasaan wanita itu selalu tertidur selepas bercinta - Bastian sudah hafal.

"Hei, Sil," sapa Bastian.

Sesil yang masih telanjang dan hanya tertutup selimut pun membaringkan badan menatap Bastian. "Ya, Mas ...?" sahutnya lembut.

"Kamu di-booking sampai jam berapa?"

"Sore, Mas."

"Bentar lagi dong." Ekspresi Bastian murung. Ia menelisik tiap jengkal tubuh molek sang pelacur.

"Iya, tapi tunggu Mbak Firda bangun. Soalnya dia baru separuh membayarku," terang Sesil.

Bastian menyeringai dan membisik.

"Sudah jadi kebiasaan Firda buat tidur selepas bercinta. Stamina dia emang kurang oke."

Sesil terkikik. "Iya, sih."

Bastian lantas merapatkan tubuh mendekati Sesil. Ia tak ragu menggoda wanita panggilan itu meski Firda ada di sampingnya.

"Kita main, yuk. Mumpung dia masih ngorok."

Sesil membelalak. "Nanti ketahuan, Mas. Kita, kan, ada di dalam satu ranjang. Pindah ajalah."

"Jangan. Di sini aja." Bastian menggeleng. "Biar adrenalin makin naik. Lagian, aku jamin, deh. Biar gempa bumi sekali pun, Firda nggak akan bangun!"

"Sungguh?"

"Suer." Bastian mengangguk mantap. "Udah, kamu sekarang hadap sana. Kumasukin dari belakang."

Sesil menurut. Ia miring ke arah sebaliknya dengan pantat yang agak menungging. Wanita itu menahan erangan saat Bastian memasukkan batang kejantangan ke dalam.

Bastian mengeraskan rahang. Hidupnya benar-benar seperti di surga.

***

Dugaan Bastian benar - Firda masih pulas meski si lelaki menggenjot wanita lain di sampingnya. Dia seperti pasien yang dibius obat tidur.

"Kamu hebat dan cantik banget, Sil." Bastian memuji.

Sesil mengulum senyum seraya membersihkan sisa cairan kental Bastian yang menempel pada perut dan buah dadanya. "Mas Bastian juga jago. Mbak Firda beruntung banget punya pacar Mas."

Bastian tersungging.

Melayang di atas awan karena sanjungan wanita bayaran. Apa lelaki itu lupa kalau Sesil memujinya hanya karena ingin mendapatkan tip besar? Begitulah jika terlalu narsistik.

"Betewe, kamu kelihatan muda banget. Masih kuliahan apa gimana?"

"Aku masih kuliah, Mas. Semester akhir," ujar Sesil.

Bastian meneguk saliva. Ia kecanduan bermain dengan pelacur. Ternyata sensasinya luar biasa berbeda dan dahsyat.

"Kamu mau main sama aku lagi minggu depan?" tanya Bastian sedikit membisik.

Sesil menyeringai. "Maulah, Mas. Masa nolak?"

"Kalau ada teman kamu yang seumuran juga boleh," imbuh Bastian.

"Emang Mas Bastian berani bayar berapa?" pancing Sesil.

"Semakin muda semakin aku berani bayar mahal," jawab Bastian.

"Berapa?"

"Sepuluh juta long time."

Sesil terkesima. Nominal itu cukup besar bagi dirinya. "Oke. Kita tukeran nomor, ya."

Darls, sudah ada bayangan kira-kira kekasih gelap Bastian siapa? Dan, bagi kalian yang penasaran sama Sesil, bisa kenalan di POLY . KINKY, FORBIDDEN DESIRE, SUGARBABY, satu universe, ya . Hehe

Silakan baca jalur cepat di Karyakarsa cz di sana sudah tamat 🖤

Jangan lupa klik vote dan sisipkan komentar kalian supaya Ay makin semangat upload di wattpad. Salam sayang 🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top