37. Wanita Bayaran
Hotel Majapahit adalah sebuah hotel bintang lima yang terletak di Jalan Tunjungan, Surabaya. Tempat ini menjadi salah satu bangunan bersejarah karena sudah ada sejak tahun 1910. Letaknya juga tepat pada jantung Kota Pahlawan. Sedangkan di seberang - Tunjungan Plaza mal berdiri tegak menambah kestrategisan lokasi hotel.
Amara sengaja berangkat mendahului Bastian.
Ia membelokkan mobil menuju lahan parkir khusus pengunjung Jalan Tunjungan. Jalan Tunjungan sendiri merupakan kawasan wisata yang menjual pemandangan tengah kota. Di sana berderet kafe, mau pun restoran sebagai pilihan para pengunjung.
Suasana masih agak lengang karena hari masih siang dan terik. Biasanya tempat itu ramai menjelang sore hingga tengah malam.
Amara menarik napas dalam - sibuk mengatur pikiran yang berkecamuk. Ia memilih kafe tepat di seberang hotel. Amara akan diam mengawasi sampai kendaraan Bastian tiba. Menghitung berapa lama lelaki itu berada di hotel. Netranya tak bisa lepas memandangi jalan masuk hotel.
Setelah hampir satu jam menunggu - napas Amara pun terhenti sesaat. Fortuner hitam yang ia kenal memasuki halaman hotel. Itu jelas Bastian, Amara hafal plat nomornya.
Mata Amara mulai memanas dan tergenang air. Namun ia masih berusaha mengatur hati. Bisa saja Bastian hanya sedang menemui klien. Ia harus berbaik sangka demi keutuhan rumah tangga. Wanita itu lantas merogoh ponsel dan mencoba menghubungi Bastian. Tetapi lagi-lagi Amara dibuat sakit jantung. Bastian menolak panggilannya.
Tak lama, lelaki itu mengirim sebuah pesan singkat.
[ Sedang rapat penting. Chat saja, ya, Sayang. ]
Sekujur persendian Amara melemas. Tulang-tulangnya seolah tak lagi mampu menyangga beban tubuh. Kini harapan Amara hanyalah Je. Ia harus tahu siapa Je itu. Dan Amara berdoa semoga semua hanya salah paham.
***
Langit mulai meremang. Gelap dan diterangi oleh pendar-pendar lampu jalan.
Amara sudah berada di kafe selama hampir empat jam. Tatapan penuh tanya berulang kali ia dapatkan dari waiter. Wanita itu hanya bengong ke luar jendela. Tak sedang bekerja menghadap laptop atau sibuk mengobrol bersama teman. Amara mungkin dipandang sebagai wanita aneh. Tetapi ia tak peduli. Ada hal lain yang lebih penting dari penilaian sepihak para pegawai kafe.
Kemudian, saat Amara hampir putus asa, kendaraan hitam Bastian pun meluncur keluar. Sontak wanita itu gelagapan bukan main. Ia mengambil ponsel dan mengetik sebuah pesan - untuk Je.
[ Hai, Je. Bisa kita bertemu? ]
Amara menggigiti kuku karena gugup. Ia memelototi layar ponsel demi menanti balasan dari si Je. Betapa terkejutnya Amara karena Je langsung membalas pesannya.
[ Ini siapa? Dapat kontak saya dari mana? ]
Jemari Amara pun langsung mengetik pesan balasan.
[ Dari Bastian. Jadi bisa kita ketemu sekarang? Kalau mau kamu bisa menemui saya di kafe Amore - Jalan Tunjungan. ]
Amara mulai ragu si Je akan menemuinya. Cara yang ia gunakan terlalu agresif. Tetapi tidak ada lagi yang bisa Amara lakukan. Menit demi menit berlalu dan Je belum membalas pesan terakhir Amara.
Ia lantas meletakkan ponsel dan mengusap dahi yang pening. Amara sudah kehilangan kesempatan untuk menemukan kebenaran. Persiapannya memang kurang matang.
Ting.
Sebuah pesan tiba-tiba membuat Amara belingsatan. Ia tersungging tatkala melihat balasan dari Je.
[ Kafe Amore? Kebetulan saya berada di sekitar sana. On the way. ]
[ Hanya ada aku satu-satunya di kafe ini. Kamu akan mudah menemukanku. Sampai ketemu.]
Amara meneguk impulsif es americano-nya yang sudah hambar. Dada wanita itu bergemuruh. Ia merapal doa-doa dalam hati, semoga Je adalah rekan bisnis Bastian. Seorang Digital Strategist, atau Media Planner yang Bastian minta bantuannya. Semoga!
Pintu kaca kafe pun dibuka. Berdiri seorang wanita bertubuh semampai memandang Amara penuh kebingungan. Rambut hitam nan tebal wanita itu dikuncir tinggi. Sementara tubuh langsingnya dibalut kaos hitam polos ketat. Menampakkan payudara berisi yang mengintip bak menggoda. Wanita itu juga mengenakan hot pants berbahan jeans untuk memamerkan kedua kaki yang jenjang.
Amara berdiri dari duduk. Ia gemetaran.
"Kamu Je?" sapa Amara.
Wanita bernama Je itu mengangguk gamang. "I-iya. Mbak yang barusan chat saya?" tanyanya.
"Duduklah, Je." Amara tersenyum pahit.
***
Amara tersedu sedan sebelum memasukkan mobil ke dalam garasi. Ia menatap Fortuner Bastian dengan tatapan penuh amarah. Amara sangat kecewa dan sakit hati.
"Pak Bastian habis menggunakan jasamu?"
"Iya."
"Jadi ... kalian tidur bersama?"
"Iya."
"Ini yang keberapa kali dia menyewamu?"
"Baru pertama." Wanita bernama Je tertunduk.
"Jangan bohong. Aku tahu sebelumnya kamu pernah tidur dengannya. Kalau tidak salah sekitar tiga minggu yang lalu," cecar Amara.
Je menggeleng. "Tidak. Saya tidak bohong. Ini pertama kali saya bertemu dengan Pak Bastian."
"Dari mana kalian kenal?"
"Teman saya yang lebih dulu melayaninya," aku Je. "Lalu mengenalkan saya padanya."
"Temanmu ini namanya siapa?" buru Amara.
"Sesil ..."
Amara akhirnya paham. Kenapa kontak itu diberi nama 'Je-Sesil'. Amara menduga kalau Sesil adalah pelacur yang Bastian tiduri saat mereka akhirnya bertengkar hebat.
Di balik semua kebaikan dan perhatian Bastian, ternyata suaminya itu menyimpan kebohongan. Tega sekali Bastian mengkhianati pernikahan mereka dengan berulang kali main gila dengan pelacur. Semua pengorbanan yang Amara lakukan terasa sia-sia.
Dengan sisa tenaga dan perasaan yang pecah berkeping-keping - ia pun masuk ke dalam rumah.
"Udah pulang, Mar? Gimana treatment-nya? Badan jadi lebih segar, kan?" sapa Bastian dari ruang tengah.
Amara menoleh sepintas. Ia memutuskan tak menjawab dan menaiki tangga. Mata wanita itu sembab sekaligus bengkak karena tangis.
"Mar?" Bastian keheranan. Tidak biasanya Amara begitu.
Bastian pun mematikan televisi dan menyusul Amara. Setibanya dalam kamar, ia melihat Amara sedang membongkar pakaian di lemari. Meletakkan semua barang-barang miliknya ke dalam sebuah koper besar.
"Kamu ngapain, Mar?" sentak Bastian.
Amara bergeming. Tetap sibuk memasukkan baju-baju dalam tas.
"Amara!" Bastian menahan tangan Amara. Lelaki itu memaksa istrinya untuk saling bertatapan.
"Bukanlah lebih bagus kalau aku pergi, Mas?"
"Maksud kamu apa, sih?!" bentak Bastian.
"Kalau aku nggak ada, kamu bebas bermain-main dengan Sesil dan Je. Kukira saat kamu bilang mau menikah lagi, kamu akan mencari wanita baik-baik. Ternyata kamu justru lari ke dalam pelukan wanita panggilan."
Mata Bastian berkilat. Ia mencengkeram rahang Amara kuat-kuat. "Kamu ngomong apa, huh?!"
"Lepas!" Amara meronta.
Bastian berganti mencekal kedua tangan Amara dan mendorong tubuh istrinya ke arah dinding. Kepala Amara sontak terantuk dengan tembok keras. Wanita itu menengadah untuk melihat wajah sang suami. Ekspresi Bastian sama beringasnya seperti saat ia pertama kali memukulnya.
"Berhenti menyakitiku, Mas!"
Amara menahan semua caci dan serangan verbal yang Bastian beri selama bertahun-tahun. Ia bahkan menerima dengan lapang dada saat suaminya itu menghajarnya habis-habisan. Tetapi kali ini Bastian sudah kelewatan.
Bastian mendengkus dan kembali mendorong Amara. Ia menghimpit tubuh sang istri merapat ke dinding.
"Apa maksud kamu, Mar? Sesil? Je?" tanya Bastian.
"Jangan berkelit lagi. Mereka wanita panggilan yang kamu sewa, kan? Kamu bahkan baru saja bertemu dengan salah satunya di Majapahit. Aku memang bodoh tetapi bukan budak yang bisa terus menerus kamu tindas."
Bastian melayangkan tatapan bengis. "Kamu ngecek hapeku? Udah berani, kamu?" Ia lantas menampar pipi Amara keras. "Dikasih hati malah nggak tahu diri!"
"Aku nggak tahu diri apa? Kamu yang selingkuh!" Amara memegangi pipinya yang memanas. Wanita itu lalu menegakkan badan untuk membalas Bastian.
Sayang - kekuatan Bastian lebih besar. Rutin mengangkat beban di gym membuat Bastian dengan mudah menghalau tangan Amara. Sebaliknya dia justru menjorokkan tubuh sang istri hingga jatuh ke lantai.
Pandangan Amara terasa berkunang-kunang. Hidung wanita itu basah karena darah yang meleleh. Dunia Amara serasa berputar. Ia pun tak lagi sanggup melawan atau sekedar melontarkan teriakan.
Cari tahu lebih banyak tentang Je / Jen Nera di novelku Poly!
Forbidden Desire sudah tamat di Karyakarsa, silakan pindah ke sana buat baca jalur cepat. Salam sayang!
Your Virtual Sugar - Ayana Ann 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top