For You
Pagi hari adalah saat yang menyegarkan sekaligus menyenangkan bagi Son Chaeyoung untuk datang ke sekolah. Ia tak begitu suka dengan keramaian jika berangkat agak siang.
Sekolah dimulai saat jam berdentang pada pukul delapan pagi. Untuk Chaeyoung, ia datang satu jam lebih awal untuk sampai ke sekolah.
Ia cukup pendiam dan terlihat sering ditindas maka sikap diamnya adalah senjata ampuh baginya.
"Son Chaeyoung"
Seseorang memanggilnya. Seorang perempuan yang agak berandal. Dilihat dari cara ia berpakaian. Kancing seragamnya sepenuhnya terbuka dan ia memakai kaus ketat, juga rok yang dipotong lebih pendek.
Chaeyoung hanya melihatnya agak terpaku. Ia tak mengenal perempuan ini sama sekali.
"Permisi, tapi... Anda siapa?" Tanya Chaeyoung dengan nada berhati-hati.
"Woah... Sudah gila ya? Kau tidak tahu aku? Heol..." Jawab wanita itu agak kesal, ia ingin memberi kebijaksanaan karena baru menemui Chaeyoung pertama kali.
"Sungguh... Aku tidak mengenalmu" ujar Chaeyoung.
"Namaku Park Ari, kelas 12-1" ujar wanita itu dengan penuh percaya diri.
Kini Chaeyoung mulai mengingat, Park Ari, perempuan yang memiliki kakak di kelas yang sama dengan Chaeyoung. Gadis itu memang pintar namun sering bermasalah.
"Ah... Senang berkenalan denganmu, namaku-"
"Son Chaeyoung, ketua kelas 12-2, seorang yang menutup diri dari dunia luar sejak penindasan tahun lalu terjadi pada sahabatmu sendiri. Aku tahu"
Ari sangat lancar memotong kalimat Chaeyoung, Chaeyoung agak terkejut kemudian tersenyum miris.
"Masa lalu itu..." Gumam Chaeyoung.
Ari merasa salah bicara pada pagi hari, ia gadis yang terus terang. Ia tidak seperti Chaeyoung yang menutup diri dari yang lainnya hanya saja Ari adalah tipe perempuan yang bertolak belakang dengan sikap kakaknya yang talkative dan ceria. Gadis ini terlihat sering menunjukkan wajah flat dan bicara apa yang ia mau.
"Masalah itu aku minta maaf, aku hanya ingin meminta bantuan"
Chaeyoung menatap Ari dan menemukan sebuah permohonan yang tulus dari Ari.
"Bantuan?"
.
Sudah 15 menit sebelum sekolah dimulai, para siswa perlahan meramaikan kelas dan Ari kembali ke kelasnya setelah memberitahu maksudnya.
"Yo! Park Chanyeol!" Teriak seorang pria dengan senyuman yang manis pada pria bernama Chanyeol yang baru saja kembali dari kamar kecil.
Chaeyoung memperhatikan kakak dari Ari. Mereka terpaut satu tahun namun Chanyeol masih ditingkat yang sama dengan adiknya.
"Kau selalu menyebut namaku dengan lantang, Byun Baekhyun!" Teriak Chanyeol frustasi dan memiting kepala Baekhyun sebagai ungkapan kesal dengan maksud bercanda.
"Kudengar tadi Ari berbicara dengan Chaeyoung, dia berbuat masalah lagi?" Bisik Baekhyun pada Chanyeol.
Chanyeol melirik Chaeyoung yang kini sudah kembali membaca buku biologinya. Lalu menatap Baekhyun kembali.
"Ia bukan tipe orang yang mencari masalah dengan gadis seperti Chaeyoung" jawab Chanyeol, Baekhyun mengangguk beberapa kali tanda ia mengerti.
"Lalu ada apa ya?" Gumam Baekhyun bingung.
Ttak!
Keningnya tercentil pelan oleh Chanyeol.
"Urus urusanmu sendiri, biarkan aku yang bertanya padanya nanti" ujar Chanyeol.
"Nanti beritahu aku ya?"
"Tidak!!"
Lalu guru biologi sebagai pelajaran utama hari ini memasuki kelas lebih awal.
.
Chaeyoung termenung selama 10 menit sebelum pelajaran berakhir. Ari sangat memohon padanya untuk membantu Chanyeol.
"Kakakku tidak pernah peduli dengan nilai akademiknya, jika ia gagal di ujian semester kali ini maka ia tak dapat kesempatan untuk memilih universitas yang ia inginkan. Tolong bantu dia... Aku mohon"
Permohonan itu memenuhi otak Chaeyoung dan beberapa kali menatap siluet Park Chanyeol yang kerap bercanda saat pelajaran berlangsung dengan sahabatnya, Byun Baekhyun.
"Membantunya...?" Ujar Chaeyoung dalam hati, dan melempar pandangan ke luar jendela.
.
Istirahat tiba, Chaeyoung yang berniat ke kantin dicegah oleh Chanyeol tanpa Baekhyun. Kelas lumayan sepi dan ia duduk disebelah Chaeyoung.
"Apa yang dikatakan Ari?" Tanya Chanyeol to the point.
Sedekat ini dengan pria populer tidak membuang kemungkinan bagi siswa minoritas seperti Son Chaeyoung untuk tersipu malu.
"Ayolah beritahu aku" mohon Chanyeol dengan merengek lucu.
Chaeyoung hanya diam dan tersenyum canggung.
"Ia hanya mengatakan beberapa hal, kenapa kau bertanya?" Tanya Chaeyoung balik pada Chanyeol.
Chanyeol mendesah frustasi dan mengusap wajahnya kasar.
"Aku tidak percaya. Gadis itu mengancammu?" Tanya Chanyeol lebih intens.
"Tidak! Park Ari tidak mengancamku! Sungguh!" Jawab Chaeyoung tegas.
Chanyeol mengangguk percaya.
"Katakan padaku jika gadis itu benar mengancammu"
Chaeyoung memutar otaknya dengan cepat. Ia memikirkan taktik yang bagus kali ini.
"Park Chanyeol..." Panggil Chaeyoung lembut, Chanyeol yang sudah berjalan sampai pintu membalikkan tubuhnya.
"Ada apa, Son Chaeyoung?"
Deg
Deg
Deg
Ia tak menyangka bahwa pria populer ini mengetahui namanya, bahkan Chaeyoung sendiri tidak menghafal nama teman kelasnya.
"Ia mengancamku untuk tidak mendekatimu"
"Pastikan jika aku akan membuatnya kesal untuk terus mendekatimu"
"Park Chanyeol.."
"Kau tak perlu khawatir, dia adikku dan aku tahu apa yang dapat menghentikannya"
Perkiraan otak cerdas Chaeyoung selalu tepat sasaran. Inilah strategi yang agak terlihat jahat namun memiliki tujuan yang sama yaitu mengabulkan permohonan Ari dan menolong Chanyeol.
.
Chaeyoung bertemu dengan Ari saat ke kantin dan Ari mengedipkan matanya pada Chaeyoung.
Chaeyoung memiliki rambut sebahu dengan warna hitam pekat dan seragam yang normal. Memiliki kontras yang berbanding 180 derajat dengan Ari, ia memalingkan wajahnya pada Ari dan mengurungkan niatnya untuk membeli makanan hingga menyebabkan Ari gagal dalam memahami Chaeyoung.
Dan interaksi keduanya tertangkap basah oleh Chanyeol.
.
Chaeyoung memutuskan untuk mendengarkan musik bergenre retro sebagai alunan untuk menemani ia belajar.
Chanyeol datang ke kelas dan tersenyum. Ia menghampiri Chaeyoung yang duduk sendirian disudut kelas karena tak ada yang duduk bersamanya.
"Kau akan aman jika kau bersamaku" ujar Chanyeol tiba-tiba, walaupun ia memakai earphone namun Chaeyoung mendengar perkataan Chanyeol.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Chaeyoung keheranan.
"Sesuatu yang besar akan terjadi" ujar Chanyeol menghela nafas berat namun tersenyum.
Brak!
Ari datang dan menghampiri Chaeyoung dan Chanyeol, ia menarik Chanyeol untuk menyingkir dan menarik kerah Ari.
"Maksudmu apa!?" Bentaknya didepan wajah Chaeyoung, Chaeyoung melotot kaget.
"Park Ari... Apa yang kau maksud??" Tanya Chaeyoung gugup.
Ari mendorongnya sampai terjatuh duduk di kursinya. Tubuh Ari ditahan oleh kakaknya namun Ari berontak.
"Aku tidak mengerti kenapa kau berlaku seperti itu!" Teriaknya pada Chaeyoung, Chanyeol terus menghalau Ari namun kekuatan Ari memang seperti pria.
"Kau diam saja jika tidak tahu permasalahannya!"
"Katakan padaku apa permasalahnnya, Park Ari"
"None of your business!"
"Remember! I'm your brother and I do know your business!"
"Mind your own business! Its my business with her! Go away!"
Ari mendorong Chanyeol hingga terjatuh dan menarik Chaeyoung kasar keluar dari kelas. Semua orang yang berada dikelas tak ada yang mau peduli. Ia menarik Chaeyoung ke atap sekolah. Chanyeol tak dapat mengejar keduanya karena Baekhyun datang untuk menghalaunya.
"Ari tak akan melukainya, aku yakin itu, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri!"
"Ia adikku! Dan Chaeyoung adalah temanku! Jika ia berani mengancamnya, aku akan benar-benar membunuhnya!"
.
Ari menutup pintu atap sekolah dengan kasar dan situasi berubah menjadi menegangkan. Chaeyoung masih kebingungan akan sikap Ari yang berubah.
"Park Ari... Apa salahku?!"
Ari mendecih dan menatap Chaeyoung dengan sangat tajam.
"Katakan padaku, jika kau tidak mau membantuku!"
"I'm positive help you!"
"Bulshit!!!"
Ari menarik kerah baju seragam Chaeyoung dan terengah-engah akan emosinya.
"Kenapa kau bersikap menyebalkan saat dikantin seolah kau tidak berniat membantuku huh?!"
"Park Chanyeol memperhatikan kita berdua, Park Ari"
"Apa?!"
"Byun Baekhyun mengatakan pada Chanyeol bahwa kau datang padaku tiba-tiba hingga Chanyeol menegurku dan bertanya apa yang terjadi"
"Bajingan tengik itu selalu saja!"
"Tidak mungkin aku membocorkan rahasiamu jadi maaf aku mengatakan sesuatu yang membuat Chanyeol bertindak seperti itu"
"Apa?!"
"Aku mengatakan bahwa kau mengancamku dan dengan seperti itu Chanyeol akan dekat padaku kemudian kami bisa menyusun rencana untuk belajar bersama"
"Heol"
"Sungguh... Aku bukan menjebak kalian. Hanya saja... Sulit untukku mendekati pria populer seperti Park Chanyeol"
"Populer? Heol"
Ari melepaskan cengkramannya dan bernafas lebih teratur. Ia sangat panik.
"Kau memiliki gangguan kecemasan yang lumayan berat, jangan cemaskan apapun, aku sungguh ingin membantu kalian berdua namun..."
"Namun???"
"Dengan caraku..."
.
Park Chanyeol mengejar keduanya dan ia berlarian dari lantai dua ke lantai empat dimana keduanya berada namun keduanya sudah menuruni tangga dan Ari tidak menunjukkan ekspresi emosinya sehingga cukup meyakinkan Chaeyoung tidak lagi bermasalah dengan adiknya.
Chaeyoung mengibaskan tangannya dengan tersenyum dan Ari menabrak bahunya lalu pergi ke kelasnya terlebih dahulu.
"Apa yang terjadi?!"
Chaeyoung menepuk bahu Chanyeol untuk tenang.
"Ia hanya kembali mengancamku..."
Chanyeol mengepalkan tangannya erat, ia tak ingin adiknya dalam masalah.
Memang benar jika akademik Ari jauh lebih bagus dibandingkan dengan Chanyeol namun kelakuan buruknya tidak membuang kemungkinan jika Ari akan dimasukkan kedalam blacklist anak bermasalah.
.
Jam tiga mulai berdentang dan waktunya pulang sekolah, beberapa siswa memutuskan untuk belajar di perpustakaan dan Chaeyoung salah satunya tetapi yang agak canggung adalah Chanyeol kerap mengikutinya.
"Park Ari sudah pulang, kau bisa pulang, Park Chanyeol..." Bisik Chaeyoung pada Chanyeol yang duduk didepannya, Chanyeol hanya tersenyum.
"Para kawannya belum pulang dan aku khawatir padamu"
Deg
Deg
Deg
Jantung Son Chaeyoung berdetak tak beraturan saat Chanyeol tersenyum sambil mengatakan hal tersebut.
Walaupun ia tahu Chanyeol khawatir jika adiknya berbuat masalah lagi tapi sekali lagi, Chanyeol adalah pria populer yang kini jadi perbincangan karena mendekatinya.
"Kalau begitu, kau mau belajar bersamaku?" Tanya Chaeyoung pada Chanyeol.
"Boleh juga..."
Kemudian mereka belajar bersama hingga jam lima berdentang, dimana waktu jam sekolah ditutup dan mereka pulang bersama.
"Rumahmu tak jauh dari rumahku" ujar Chanyeol tiba-tiba, Chaeyoung menoleh kearah Chanyeol dan menatapnya kebingungan.
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku tahu begitu saja"
"Park Ari bukan adik yang nakal, aku yakin itu"
"Yakin? Dia mengancammu, lho"
"Menurutku kau tidak begitu mengenal adikmu, Park Chanyeol"
Chaeyoung berjalan didepan Chanyeol yang termenung. Mungkin benar juga apa yang dikatakan Chaeyoung.
"Kau benar" ujar Chanyeol pelan namun dapat didengar oleh Chaeyoung.
Chaeyoung menghentikan langkahnya dan memutar balikkan tubuhnya kearah Chanyeol yang berhenti melangkah.
"Coba perlahan bicara dengannya, jika kau butuh bantuanku, aku akan positive membantumu" ujar Chaeyoung dengan tersenyum.
Deg
Kali ini jantung Chanyeol berdesir hangat menatap tatapan tulus Chaeyoung kepadanya.
"Bantu aku, Son Chaeyoung"
.
Hari esok menjadi hari yang lebih bersemangat bagi tiga insan yang berbeda.
Chaeyoung yang bersemangat membantu kakak beradik populer.
Chanyeol yang bersemangat untuk bertemu dan mendapat tuntunan dari Chaeyoung.
Ari yang bersemangat menunggu akan rencana misteri Chaeyoung.
Kini Chaeyoung mengajari pelajaran matematika pada Chanyeol.
"Berkatmu, aku mulai paham akan pelajaran ini, terima kasih Chaeyoung" ujar Chanyeol dengan ceria.
Melihat kecerian pria populer hanya kepadanya, membuat Chaeyoung senang.
Ia menyukai Chanyeol.
Begitupula dengan Chanyeol.
Hey, ini baru saja satu hari berlalu tapi benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Bukan hanya tentang kepopuleran tetapi ini adalah tentang ketulusan.
Ari yang mengintip dipintu masuk kelas hanya tersenyum namun ia tertangkap basah oleh Byun Baekhyun.
"Ya... Park Chanyeol, adikmu menyeramkan!" Teriak Baekhyun hingga membuat Chanyeol dan Chaeyoung menoleh.
Ada apa lagi?
Ari masuk ke kelas tersebut dan menarik kerah Baekhyun lalu mendekatkan wajahnya pada Baekhyun.
"Kau mau mati huh?" Tanya Ari, Baekhyun menatap Ari dengan takut.
"Tidak. Sungguh. Aku hanya bercanda!" Jawab Baekhyun dengan tergagap, Ari mendekatkan bibirnya ke telinga Baekhyun.
"Jika kau berisik lagi dihadapanku, kubunuh kau, mengerti?" Bisik Ari dengan menyeringai.
Baekhyun melepaskan dirinya pada Ari dan Chanyeol menahan tangan adiknya.
"Kembali ke kelasmu dan jangan berbuat ulah lagi, Ari-ya" ujar Chanyeol tegas, Ari mengangkat kedua tangannya lalu kembali ke kelasnya.
"Tak heran adikmu tak memiliki pacar, semua pria juga takut padanya" ujar Baekhyun berpura-pura bergidik ngeri.
Sementara Chaeyoung terkekeh pelan dibelakang saat ia sekilas melihat kedipan mata Ari padanya.
.
Sudah lebih dari sebulan Chanyeol dan Chaeyoung belajar bersama tanpa Chanyeol sadari, Chanyeol sepenuhnya mengerti pelajaran-pelajaran yang pernah tertinggal.
Mereka berada di perpustakaan umum pada hari sabtu, sudah menunjukkan haru mulai petang dan Chanyeol agaknya sudah bosan di perpustakaan.
"Chaeyoung-ah, ayo kita pergi keluar untuk makan" bisik Chanyeol karena takut mengganggu para pengunjung yang sedang belajar.
"Chanyeol-sshi, kau belum tuntas mengerjakannya..." Jawab Chaeyoung dengan terkekeh melihat sikap bosan Chanyeol yang sangat imut dimatanya.
"Eyy... Aku bisa melakukannya sendiri..." Ujat Chanyeol dengan nada meremehkan yang ditambahkan nada candaan.
"Kenapa kau tidak meminta bantuan adikmu?"
Chanyeol memajukan bibirnya dan terlihat berfikir, wajah frustasi lucunya membuat Chaeyoung tersenyum.
"Aku hanya tidak berani mengganggunya karena ia sangat tekun dan tak suka diganggu..." Jawab Chanyeol dengan serius.
"Boleh aku bertanya?"
"Tentu saja"
"Apakah kau pernah bertanya pada Ari bahwa kau meminta bantuan padanya?"
Kini Chanyeol menunjukkan senyum mirisnya.
"Tidak pernah"
Chaeyoung menutup bukunya dan memasukkan buku miliknya dan Chanyeol ke tas mereka masing-masing.
"Sebaiknya kita istirahat sebentar"
Lalu mereka memutuskan untuk pergi makan ke restoran makan bernama Subway yang kini menjadi tempat mereka makan sekaligus belajar.
"Ku yakin Ari akan bersedia membantumu" ujar Chaeyoung tiba-tiba.
"Mungkin..?" Jawan Chanyeol ragu dengan menggigit hotdog yang ia beli.
"Kenapa kau kelihatannya ragu?" Tanya Chaeyoung penasaran.
Chanyeol menatap Chaeyoung dan tersenyum.
"Ada apa???" Tanya Chaeyoung bingung saat melihat Chanyeol tertawa pelan.
"Seorang gadis melakukan ini dihadapanku, tidak ku percaya begitu imut" ujarnya pelan.
Chanyeol menyeka bibir Chaeyoung yang kotor karena mayonnaise hotdog milik Chaeyoung.
Debaran diantara keduanya membuat suasana seketika menjadi canggung, Chanyeol mendeham dan Chaeyoung menyeka bibirnya lagi karena salah tingkah.
.
Ari sebetulnya tahu jika Chanyeol tak mau meminta bantuan padanya karena keduanya tidak begitu dekat sebagai keluarga. Maka dari itu ia memilih gadis pendiam dari kelas kakaknya agar gadis itu juga terbuka pada yang lainnya.
"Aku ini bertingkah baik? Sudah gila?" Gumam Ari dengan memukul keningnya sendiri.
"Hey gadis sinting!"
Baekhyun tak pernah absen dalam berteriak pada Ari namun Ari menghiraukan Baekhyun karena Ari sedang dalam mood yang baik.
"Kali ini kau ku maafkan Byun Baekhyun"
.
Chanyeol dan Chaeyoung pulang bersama dengan bis. Mereka duduk berdua dan saling berbagi earphone menunggu halte pemberhentian mereka.
"Chanyeol-ah..." Panggil Chaeyoung.
"Jangan Chaeyoung-ah... Aku saja" jawan Chanyeol melantur, Chaeyoung menautkan alisnya keheranan.
"Kau ini kenapa sih?"
"Aku menyukaimu" ujar Chanyeol menoleh ke arah Chaeyoung dengan tatapan serius, Chaeyoung mengedipkan matanya cepat
"Kau demam? Pipimu merah" tanya Chaeyoung menyakinkan Chanyeol.
Namun yang didapatkan Chaeyoung bukan jawaban namun ciuman manis yang kilat dipipinya oleh Chanyeol.
"Itu karenamu"
.
Kini mereka berjalan agak canggung setelah turun dari bis menuju kompleks rumah mereka. Chanyeol sesekali menoleh kearah Chaeyoung dengan tersenyum malu.
"Chaeyoung-ah..." Panggil Chanyeol, Chaeyoung terhentak dan tersenyum.
"A..ah?? Ada apa??" Tanya Chaeyoung kaget, Chanyeol terkekeh.
Ia berhenti di hadapan Chaeyoung dan menggenggam tangan Chaeyoung yang mendingin. Nervous.
"PARK CHANYEOL ADIKMU KECELAKAAN!!!"
Keduanya menoleh horor kearah Baekhyun yang berlarian sembari menunjuk perempatan jalan yang ramai dengan orang.
"T..tidak... Tidak..." Gumam Chanyeol yang perlahan melepaskan genggaman tangannya pada Chaeyoung dan berlari kearah kerumunan itu.
"Aku sudah menelpon ambulan dan berniat kerumah Chanyeol namun aku menemukan kalian belum berjalan ke belokan rumah kalian jadi aku berteriak" jelas Chanyeol.
Namun mata Chaeyoung sudah basah karena shock.
Ia berjalan pelan kearah tempat kecelakaan terjadi dan perlahan berlalu begitu saja dari Baekhyun.
Ia melihat Chanyeol tengah memangku kepala adiknya yang berbalut darah dengan memeluk Ari sesekali dan menangis frustasi.
Ia berbalik melihat Baekhyun yang sudah berlumuran darah dan mata yang sembab.
Kecelakaan ini sudah terjadi lama dilihat dari darah yang menempel di tangan Baekhyun sudah agak mengering.
"Kenapa ambulannya belum datang juga, Baekhyun-sshi?" Tanya Chaeyoung dengan mata yang kosong.
"Ada kecelakaan besar diarah timur dan ambulannya agak bergerak lambat" jawab Baekhyun dengan nada sedih.
Chaeyoung memanggil taksi dam menyuruh Baekhyun untuk menunggu taksi tersebut.
Chaeyoung berlari kearah kerumunan dan mengatakan pada Chanyeol jika lebih lama disana, adiknya akan mati kehabisan darah maka keduanya membopong tubuh tak berdaya Ari ke taksi yang sudah Baekhyun naiki.
.
Mereka menunggu dengan khawatir didepan ruang operasi.
Chanyeol tak percaya adiknya dapat mendapatkan kecelakaan mengerikan seperti itu.
Kepalanya harus dioperasi karena pendarahan internal yang harus dihentikan secepatnya.
"Chanyeol-ah... Ari adalah gadis yang kuat... Kau harus percaya padanya" ujar Baekhyun menenangkan Chanyeol yang menundukkan kepalanya.
Ketiga siswa itu dalam keadaan kotor karena darah Ari. Mereka tak mencemaskam penampilan mereka karena pikiran mereka sedang mencemaskan keadaan Park Ari diatas mejas operasi.
"Bagaimana kau bisa ada disana Baekhyun-ah?" Tanya Chanyeol pelan.
"Kami bertemu dijalan dan aku ingin mengantarkan ia pulang sekalian main ke rumahmu" jawab Baekhyun dengan tatapan lurus kedepan yang kosong.
"Kudengar bahwa supir mobilnya meninggal ditempat karena ia mabuk, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata dan menabrak adikmu padahal itu adalah waktunya sang pengendara berhenti" ujar Chaeyoung pelan.
Chanyeol memegang tangan Chaeyoung erat.
"Terima kasih sudah berbaik hati pada adikku" ujar Chanyeol dengan penuh syukur.
Baekhyun tersenyum dan menepuk bahu Chanyeol dengan bijaksana.
"Chanyeol-ah... Kalian memang saudara dengan ikatan batin yang kuat ya.." ujar Baekhyun pelan dengan tersenyum.
Chanyeol mengangkat kepalanya dan menoleh kearah Baekhyun, Chaeyoung hanya mendengarkan keduanya kali ini.
"Aku menemuinya sedang berada di kafe dan berbincang sebentar" lanjut Baekhyun yang mengerti tatapan Chanyeol.
"Apa?" Tanya Chanyeol.
"Ia mengatakan padaku bahwa ia berterima kasih padaku karena sudah menjadi temanmu, konyol sekali 'kan?" Jawab Baekhyun yang tak kuasa membendung airmatanya.
Chaeyoung menutup mulutnya dengan satu tangan dan tak terasa airmatanya turun begitu saja.
"Chanyeol-ah... Adikmu malaikat..." Gumam Chaeyoung dengan suara serak.
Chanyeol dan Baekhyun menatapnya dengan heran.
"Ia... Ia memintaku untuk membantumu belajar dengan memohon menggunakan cara yang baik dan sopan. Ia sangat tulus mengatakannya karena ia ingin kau bisa memilih universitas yang kau inginkan, maka ia memintaku untuk membantumu belajar... Itulah kenyatannya" jawab Chaeyoung yang diakhiri dengan pecahnya tangisannya.
Chanyeol meneteskan airmatanya seperti air yang mengalir. Ia tak tahu begitu pedulinya Park Ari, padahal sejak kecil Ari adalah anak yang cuek dan tak peduli namun ia sangat terkejut bahwa adiknya bertingkah diluar nalarnya.
"Kalian tidak berbohong padaku, kan?"
Cklek...
Dokter operasinya keluar dari ruang operasi dan ketiganya mengerubungi dokter tersebut.
"Dokter! Bagaimana operasinya?!" Tanya Chanyeol panik, dokter tersebut tersenyum.
"Operasinya berjalan lancar, nak" jawab dokter tersebut, Chaeyoung dan Baekhyun menghela nafas lega bersamaan.
"Kenapa ia belum keluar??" Tanya Chanyeol penasaran.
"Namun terjadi gagal jantung disebabkan tulang rusuk yang patah menekan organ dalamnya"
Chanyeol tak dapat berfikir jernih dan tak mengerti.
"Maaf nak, kami sudah berusaha semampu kami namun sistem organ tubuh adikmu menolak pertolongan kami"
"Kau dokter hebat! Kembali ke dalam dan berikan ia shock!!" Teriak Chanyeol mulai naik pitam.
Dokter tersebut kebingungan.
"Bagaimana bisa kami membangunkan pasien yang meninggal nak?"
Seketika dunia Park Chanyeol runtuh.
.
Pemakaman Park Ari dilakukan esok hari. Meninggal saat operasi karena gagal jantung.
Chanyeol masih tidak percaya. Bahkan Baekhyun dan Chaeyoung sama sepertinya.
Baekhyun dan Chaeyoung membantu Chanyeol melewati ini semua dengan ketabahan.
"22.18, Park Ari... Jangan khawatirkan apapun lagi..." Gumam Chanyeol yang berdiri diruang kremasi.
Kedua orangtua Chanyeol, Park Chanyeol, Son Chaeyoung dan Byun Baekhyun berdiri disana melihat proses kremasi Park Ari.
Ibu Chanyeol pingsan saat peti Ari memasuki tungku kremasi membuat sang Ayah menggotongnya keluar dari sana. Mungkin mereka tak sanggup melihat ini.
Sementara Chaeyoung melihat Chanyeol yang menatap lurus kedepan dimana peti itu sudah sepenuhnya masuk kedalam tungku kremasi. Tubuh kuat dan wajah menyebalkan itu sudah hancur dilahap api, mereka tak akan melihat sosok Park Ari lagi.
Chaeyoung menangis dengan menahannya dan sepasang tangan menarik bahunya kedalam pelukkannya. Chanyeol pelakunya.
"Menangislah dengan kencang" ujarnya dengan tegar.
"Byun Baekhyun, aku tahu bagaimana sakitnya ditinggal orang yang sudah lama kau cintai, menangislah dengan kencang"
"Karena aku tidak mau menangis sendirian"
Ketiganya menangis saat melihat proses kremasi.
.
Ketiganya izin dari sekolah dan pergi ke pulau Jeju untul menebarkan sebagian abu Park Ari.
Mereka pergi dengan kapal pribadi ayah Chanyeol.
Ketiganya menikmati angin semilir laut di dek kapal dan berbincang.
"Kau mencintai gadis itu 'kan, Byun Baekhyun?" Tanya Chanyeol menggodanya dengan menyenggol bahu Baekhyun.
Baekhyun hanya tertawa.
"Dimana lagi kau menemukan gadis yang begitu menyeramkan dan sering melontarkan 'aku akan membunuhmu' pada semua orang yang mengganggunya dan kakaknya" jawab Baekhyun dengan tertawa.
"Apakah kalian sudah berteman sejak kecil??" Tanya Chaeyoung yang penasaran akan hubungan ketiganya.
"Ya, kami selalu satu sekolah dan pernah satu kelas dengan Ari selama tiga tahun, hahaha" jawab Baekhyun.
Melegakan bagi Chaeyoung mendengar keduanya mengingat Ari dengan cara yang baik dan tidak terlarut dalam kesedihan.
"Kau sangat beruntung mengenalnya cukup lama, Byun Baekhyun" ujar Chaeyoung.
"Heol... Kau bercanda, Chaeyoung-ah?? Bagaimana bisa kau menyebut cinta sepihak ini dengan beruntung?" Cibir Baekhyun sebal.
Ketiganya tertawa lepas.
.
Sesampai di Jeju, mereka bertiga menaiki mobil Audi yang cukup besar untuk pergi ke ladang bunga.
Mereka tak lagi tertawa, kesedihan kembali merundung hati mereka. Mereka harus melepaskan Park Ari sebentar lagi.
.
Sesampainya, ketiga anak sekolah itu melihat penaburan abu Ari yang dilakukan oleh Ayah Chanyeol. Ibu Chanyeol cukup tertekan, anak perempuan satu-satunya meninggalkannya secara nyata.
Ketiganya yang berada di belakang mendengar bisikan dengan suara Ari. Pesan yang berbeda namun mereka menatap satu sama lain dengan mata yang basah seolah mereka memang mendengarnya.
.
Hari kelulusan tiba dan di mimbar terdapat foto Park Ari untuk menghormati kepergiannya maka kepala sekolah juga 'meluluskannya'.
Acara pelepasan sudah selesai dan Chanyeol mengajak Chaeyoung ke kelas yang sudah sepi.
"Ada apa kau menarikku kesini?" Tanya Chaeyoung bersemu.
Bagaimana gadis itu tidak bersemu? Chanyeol hanya tersenyum malu padanya.
"Anu... Kau tahu 'kan kalau aku menyukaimu?" Tanya Chanyeol tergugup.
Wajah Chaeyoung sudah seperti kepiting rebus. Sangat merah.
Chaeyoung hanya mengangguk.
"S...sepertinya begitu..." Jawab Chaeyoung tak kalah gugupnya.
Chaeyoung mengipaskan wajahnya dengan tangannya tanpa ia sadari Chanyeol mengeluarkan sebuah kotak berlapis kain beludru berwarna merah yang terbuka kini disodorkan kepadanya.
"Maukah kau menjadi kekasihku? Son Chaeyoung?"
Deg
Deg
Deg
Debaran mereka seketika menjadi satu irama. Tatapan malu-malu mereka membuat keduanya terlihat sangat manis.
"Aku... Aku juga menyukaimu, Park Chanyeol..." Jawab Son Chaeyoung dengan menunduk malu setelahnya.
Chanyeol memakaikan cincin yang adalah isi dari kotak tersebut pada Son Chaeyoung.
"Kau benar... Adikku itu malaikat"
Lalu Chanyeol mendekatkan wajahnya pada Chaeyoung.
Berhenti saat sudah sangat dekat.
"Bolehkah aku menciummu?"
Chaeyoung tersenyum dan memberanikan diri untuk merespon Chanyeol.
Chup!
Chaeyoung mencium Chanyeol dengan mata tertutup lalu kabur dari hadapan Chanyeol karena ia sangat malu.
Chanyeol hanya terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Park Ari, lihatlah... Kau memberikanku kehidupan, terima kasih malaikat kecilku"
***
@skyishaneul
Monday, September 18th, 2017.
00.33
*Note : Better you set a playlist with these song
1. Beautiful by Exo
2. Heaven by Exo
3. Don't Go Today by Chanyeol
4. Peterpan by Exo
This story is dedicated for my lovely jenjencecan Hope you like it dear!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top