For My Heart 2 : Chapter 32
Siang itu Boboiboy, Fang, Ying dan Gopal duduk di pojok aula sambil menunggu seseorang yang tak lain Yaya.
Ying terlihat cantik dengan balutan dress kuning tanpa lengan, rambutnya yang digerai terlihat bagus saat terkibas angin.
Fang tetap terlihat cool memakai stelan formal berwarna ungu dengan sepatu fantovel coklat dan rambut yang terlihat acak-acakan seperti landak dan kacamata ungu.
Gopal lebih memukau dengan stelan jas berwarna susu, menambah kesan angkuh namun lembut.
Saat acara dimulai, mereka hanya duduk saja menunggu Yaya padahal mereka disuruh berdiri untuk dansa. "Itu macam Yaya." kata Gopal. Boboiboy, Fang, dan Ying menoleh ke arah yang ditunjuk Gopal.
Boboiboy beranjak pergi meninggalkan yang lain. "Kalau pasal Yaya je langsung pergi, kemarin kemana saat tengah sama Afia." ujar Ying tak suka, Ying menanggapi prilaku Boboiboy dengan wajah sinis dan julit.
"Aku yakin sikit Boboiboy ragu nak pilih siapa, waktu Afia datang diorang dekat sangat." kata Gopal.
"Ck! Jantan macam tu lah, tak cukup satu wanita." sambung Fang sambil memakan eskim lobak merahnya.
Cring
"Oh... Tak cukup satu wanita ya?"
Fang mematung dan perlahan menoleh pada gadis disampingnya yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam, garpu besi yang ia gunakan untuk memakan cake kini tertancap di roti itu.
"Eh... Tak tak tak..."
"Abang Fang tak macam tu, Adek Ying..."
"Ha ha tak tau, Ying dah marah Fang... Huyyy mengerikan... Habislah kau Fang..." ledek Gopal disamping telinga Fang, sontak laki-laki itu langsung menyumpal mulut temannya dengan eskrim lobak merahnya.
.
.
.
Acara berlalu dengan cepat, Boboiboy pulang kelelahan. Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya. Jasnya tergeletak begitu saja disamping tubuhnya yang masih terbalut kemeja putih dan dasi hitam yang sudah melonggar.
Beberapa kali ia tersenyum sendiri ketika mengingat momen-momen saat ia dan Yaya berdansa. Ruangan hampa ini akan terasa ramai jika Boboiboy terus mengingat Yaya, segembira itu seorang Boboiboy jika mengingat momen manisnya tadi.
Kriet
Pintu kamarnya terbuka, sudah bisa dipastikan itu Ochobot yang membawakan Hot Chocolate untuknya. Boboiboy mendudukkan tubuhnya lalu meminum coklat panas itu.
Ochobot memicingkan matanya, bisa dilihat dari mata Boboiboy sedang bahagia.
Seperti lelahnya telah hilang, Boboiboy berdiri dan mengganti pakaiannya. Ochobot membuntuti tuannya ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.
"Tengah gembiralah tuuu." goda Ochobot sambil mengikut-nyikut lengan Boboiboy.
"Apahal kau ni, biasa je aku." balas Boboiboy sambil menahan senyum.
"Alahh..."
"Betul Ochobot, aku biasa je." Boboiboy membasuh wajahnya dengan air.
Gruduk gruduk
Boboiboy menegakkan tubuhnya melirik ke atap lalu menatap Ochobot yang sama-sama menatapnya, "Suara apa tuh?"
"Entahlah, sebelum ni tak pernah ada suara macam tu kat atas genting."
Boboiboy berlari keluar dari jendela dan memanjat ke atap kamarnya. Kosong, hanya ada angin malam disana. Dari jendela, Ochobot berteriak "Ada apa-apa tak?"
"Tak de!"
"Kucing kot." ujar Ochobot saat Boboiboy sudah kembali masuk ke kamarnya dan mengunci jendela.
.
.
.
Lantunan adzan mulai terdengar, Subuh sudah memasuki awal pagi. Boboiboy terbangun karena alarm ponselnya berbunyi.
Masih dengan kantuknya, Boboiboy terbangun sambil mengucak-ucak matanya. Ia turunkan kakinya ke lantai yang biasanya dingin, tapi kali ini dingin sekaligus lembek. Boboiboy merasa kakinya menginjak sesuatu.
"Ochobot! Apa yang ada kat kaki aku ni!"
Robot bulat itu terperanjak mendengar teriakan Boboiboy, "Hishhh apa hal kau teriak ni?! Kacau tidur aku je." kesalnya sambil menyalakan lampu kamar Boboiboy.
"Aku pijak sesuatuuu." rengek Boboiboy, sudah seperti bayi raksasa saja.
"Iiiiiiiiii kau pijak kotorannn."
"Ochobotttt Kau tak bersihkan bilik aku yee?" Boboiboy semakin merengek.
"Bilik kau kenapa pula kau suruh-suruh aku? Kau yang tak nak bersihkan bilik kau." Sarkas Ochobot lalu terbang ke tempat pengisi dayanya untuk kembali tidur.
"Kaupun duduk kat bilik akuu!" protes Boboiboy tak terima.
Kebisingan dari lantai atas turun sampai ke telinga Amato, pria dewasa itu pergi ke atas untuk melerai anak kecil dan robot kuno yang berusia lebih dari satu abad.
Ceklek
"Apa bising-bising ni?" tanya Amato dengan malas, pasalnya ia yang sedang mengopi santai terganggu dengan suara gaduh mereka.
"Ni Ayah... Ochobot tak bersihkan bilik."
"Apa pula aku."
Amato hanya menggeleng-geleng, "Dah-dah tak payah ribut, nanti beli obat serangga je. Sekarang bersihkan bilik korang sama-sama." ucap Amato sebelum menutup pintu.
.
.
.
Setelah kejadian Boboiboy menginjak kotoran tadi subuh, siangnya Boboiboy langsung membeli racun tikus paling ampuh se-pulau rintis.
Menjelang malam, Boboiboy menyebarkan racun tikus itu di seluruh sudut rumahnya terutama kamar miliknya. Rasanya sudah tidak sabar melihat tikus-tikus itu mati ditangannya. Huh dasar psikopat.
.
.
.
Pagi ini Yaya termenung menatap langit-langit kamarnya, ia menghembuskan nafasnya karena kelelahan membantu ibunya. Sejak pertengkaran orang tuanya malam itu, ayahnya sudah tidak pulang lagi. Yaya bingung, bagaimana jika ayahnya tidak akan pulang? Siapa yang akan menafkahi mereka, ya bisa saja Yaya bekerja sedikit-sedikit, tapi nanti siapa yang akan membantu ibunya berberes di rumah? Yaya juga masih memiliki tanggung jawab di TAPOPS.
"Iya kah Abah lakukan semua ni untuk kesenangan dirinya? Tapi... Setahu aku, Abah tak macam tu." monolognya. Yaya mendudukkan dirinya, ia harus mencari tahu semua ini. Dia belum bisa memastikan bahwa ayahnya benar-benar melakukan semua ini.
Gadis itu pegi ke ruang kerja ayahnya, mencari-cari petunjuk yang berkaitan dengan wanita yang kemarin ia temui dengan ayahnya. Ah! Tidak ketemu!
"Apa sebaiknya aku tanya rekan-rekan kerja Abah?"
Baru saja Yaya berdiri hendak pergi, tiba-tiba Ochobot menelfonnya. "Yaya!!!"
"Ochobot? Ada apa ni Ochobot?" terdengar nada suara Ochobot cemas saat memanggilnya.
"Cattus! Cattus termakan racun tikus tadi!! Boboiboy tengah sedih bawa dia ke Klinik Haiwan!" Ucap Ochobot, Yaya terkejut. "Aku akan cepat ke Boboiboy! Terimakasih Ochobot!"
Yaya berlari keluar rumah, terlihat Boboiboy juga baru saja keluar rumah dan terbang dengan kuasa taufan sambil membawa kucing berwarna hijau.
Tanpa aba-aba lagi Yaya langsung mengejar Boboiboy dan Ochobot yang sudah lebih jauh darinya, tapi ia tau dimana letak klinik hewan di Pulau Rintis.
Sedampainya disana Boboiboy sedang duduk di kursi lobby sambil menangis dan ditemani Ochobot, Laki-laki itu menangis sesenggukan. Yaya mendekati Boboiboy dan duduk disampingnya, laki-laki itu memeluk tubuh mungil Yaya sambil meluapkan air matanya.
"Macam mana ni Yaya?" gumam Boboiboy sambil menangis di bahu Yaya, baju Yaya sudah dibuat basah beserta ingus Boboiboy pun ada. Namun Yaya tidak peduli, ia membalas pelukan Boboiboy seraya menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan laki-laki itu.
Bukannya berhenti, tangisan Boboiboy semakin pecah, ia terus meracau dan Yaya hanya bisa mendengarkan, karena hanya itu yang Boboiboy butuhkan saat ini.
"Aku... Aku tak tahu kalau Cattus datang ke rumah aku."
Setelah beberapa masa Boboiboy, Yaya dan Ochobot menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan pemeriksaan. "Syukurlah, kucing kamu tidak apa-apa."
"Tapi pelik sikit, sepatutnya makan racun sebanyak tu boleh sampai meninggal. Tapi daya tahan tubuh kucing kamu ini kuat sangat, agaknya disebabkan kelainan genetik dari kucing-kucing yang lain, ini suatu kelangkaan. Mana kamu dapat kucing kamu, Boboiboy?"
.
.
.
Singkat cerita, Yaya pamit pergi kepada Boboiboy karena ada urusan yang perlu ia selesaikan.
Saat ini Yaya sudah berada di depan gedung kantor ayahnya. Kakinya melangkah ingin membuka pintu kaca didepannya, namun seorang satpam menahan tangannya.
"Cik adik, tak dibenarkan orang awam masuk ke kantor ni." kata satpam itu.
"Saya nak cari Cik Yah, sekretaris perusahaan ni." kata Yaya, satpam itu mempersilahkan Yaya masuk. Di depan ruangan utama ada meja resepsionis. Yaya berlari kecil ke sana.
"Selamat siang, saya Yaya. Saya nak jumpa Cik Yah, sekretaris perusahaan ni." kata Yaya pada resepsionis itu.
"Maaf, sebelum ni sudah ada janji atau belum?"
"Belum Cik."
"Bila belum, saya tak dapat panggil Cik Yah sebab beliau mahu pergi meeting." kata resepsionis itu tidak jadi mengambil telefon.
"Tapi ini penting Cik, sekejap je..." Yaya memohon, namun resepsionis itu tetap tidak mengijinkan Yaya menemui Pak Yah.
"Sekejap je saya nak jumpa beliau..."
"Bolehlah..."
Terlihat dari jauh ada seorang wanita berambut coklat panjang yang berpakaian elegan. Wanita itu menghampiri Yaya. "Ada apa ribut-ribut ni?" tanyanya, Yaya menoleh. Itu wanita yang bersama ayahnya malam itu.
"Selamat siang Miss, adik ini datang mahu mencari Mr. Yah tapi belum ada janji. Hari ini Mr. Yah ada jedwal meeting dengan Miss kan?" ujar resepsionis tersebut, Wanita itu menoleh pada Yaya.
"Eh? Kau adik yang jatuh malam tu kan?"
"Maafkan kesilapan saya hari tu yah. Ini kartu nama saya, bila ada kerusakan atau cedera berlebih, kamu boleh hubungi saya lewat nomor yang ada kat name card ni." wanita itu memberikan yaya sebuah kartu nama.
"Jessica Huzdan, Director of Huzdan Company." Yaya membaca kartu nama itu dengan teliti.
"Miss Jessica, kereta dah siap. Meeting akan dimulai 30 minit lagi— Ya... Yaya?" laki-laki yang mengenakan stelan rapi itu mematung menatap Yaya yang sedang bersama wanita bernama Jessica.
Seketika suasana menjadi hening dan canggung. "Abah kena balik sekarang juga." pinta Yaya dengan nada dingin.
"Abah? Siapa budak ni Sayang?"
Yaya menoleh dengan tatapan terkejut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hi everyone!
Maaf lama ga up ya...
Hari ini aku up dengan melanjutkan alur yang sama sekaligus aku mau mempromosikan fancic terbaruku. Terimakasih...
See you next time guys...
"Hello Kaizo"
Cerita ini menceritakan tentang Kaizo, Alien dari Planet Elit Gogobugi yang terkenal sebagai seorang Pemberontak Legenda berpangkat Kapten di organisasi TAPOPS. Kaizo terkenal dengan sifat ketus dan dinginnya, dia pendiam namun sangat berwibawa. Di umurnya yang menginjak 23 tahun, gadis-gadis Gogobugi bertanya-tanya kapan putra sulung Gubernur itu akan menikah. Padahal tak terlintas sekalipun di pikiran Kaizo untuk menikah. Sampai suatu misi penting mempertemukannya kembali dengan gadis aneh bernama Carrien, yang merupakan rekannya di Akademi Laksamana Maskmana dulu.
Pada cerita ini, kita akan dikenalkan dengan flash back masa lalu kedua orang tua Kaizo dan Fang, Maskmana dan Amato serta masa lalu Carrien.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top