For My Heart 2 : Chapter 31

Matahari sudah terbenam, adzan sudah berkumandang sejak tadi, menandakan malam telah tiba. Ditengah gang, berdiri sebuah rumah yang cukup mewah dengan desain amerika putih.

Ying baru saja sampai, ia dipersilahkan duduk oleh Fang. Sementara Fang pamitan membuatkannya minuman ke belakang.

"Let's kita tengok drama korea terbaru yang tengah popular ni." monolog Ying sambil mengeluarkan ponselnya.

Sudah beberapa saat sejak ia memutar episode pertama, Ying bahkan bisa mengerti kalaupun film itu dicepatkan 2x karena kekuatan manipulasi waktunya. Sampai dimenit tertentu drama korea 'Business Proposal' itu menampilkan alur kencan buta Shin Ha Ri dan Kang Tae Moo.

"Samantha dengan Rachel? Uuuuuuuuuuu." Ying tersenyum, "Macam Romeo dengan Juliet kah?" gumam gadis itu.

Sambil menatap layar itu, Ying mengerutkan dahinya. "Apa maksud Shin Ha Ri ni?" Ying menggaruk dahinya yang tak gatal.

Fang yang baru datang dan sedang bersenandung kecil tiba-tiba membulatkan matanya saat mendengar gumaman Ying yang bertanya-tanya tentang Samantha dan Rachel. Ia langsung meletakkan minuman Ying dan merampas ponsel gadis itu.

Ying terkejut, "Apa kau buat Fang! Bagi balik handphone aku!"

Fang mengangkat ponsel Ying tinggi-tinggi agar gadis pendek itu tidak bisa mengambilnya. "Bagi balik cepat!" tegas Ying sambil menatap Fang dengan tatapan datar, tangannya mengadah didepan badannya.

Fang menggeleng. "Tak nak!"

"Cepat!"

"Kau tonton Samantha dengan Rachel buat apa?!" tanya Fang serius.

Sementara di luar sana, dua wanita muda baru saja mendaratkan kendaraan canggih dari langit. "Jadi, adik Kaizo tinggal kat Bumi?" tanya salah satu dari mereka.

Kristél mengangguk, "Kenapa dia pilih tinggal kat Bumi dari pada tinggal kat Gogobugi? Kan jauh dari orang tua dia?" tanyanya lagi sambil menyeret koper-kopernya.

Kristél menaikkan bahunya lalu mengetuk pintu, namun terdengar keributan dari dalam rumah itu dan sepertinya Fang tidak mendengar suara ketukan pintunya.

"Agaknya dia tak dengar, kita masuk je lah." kata Kristél lalu membuka pintu itu.

Ruangan pertama sepi dan tidak ada orang, suara Fang dan Ying terdengar di ruang tengah.

"Aku tonton sebab Samantha dengan Rachel nampak serasi!—"

"Oh my ghost... Samantha and Rachel?" gadis berambut pink itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Akak! Fang tak bolehkan aku tonton Samantha dengan Rachel!" adu Ying pada Kristél.

"Ying, kau tahu Samantha dengan Rachel tu apa?" tanya Kristél sambil terkekeh kecil.

"Em... Macam Romeo dengan Juliet kan?"

Kristél terkekeh melihat kepolosan Ying sedangkan Fang hanya menepuk dahinya saja, ia melempar kesal ponsel Ying ke sofa.

Gadis mungil itu mengambil ponselnya yang baru saja dilrmpar Fang ke sofa. Ia memperlihatkan drama korea yang ia tonton tadi.

"Aku tengok ni, Shin Ha Ri cakap ada Samantha dengan Rachel." kata Ying masih dengan wajah polosnya.

"Kau betul-betul tak tahu apa tu Samantha dengan Rachel?" tanya gadis berambut pink disamping Kristél sambil terkekeh, Ying menggeleng.

"Tu yang ada kat tubuh kau." jawabnya.

Sontak Ying membulatkan matanya lalu menoleh pada Fang, ia tersenyum kikuk saat mengetahui apa itu Samantha dan Rachel. Kristél hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Ying yang malu-malu.

Sementara Yaya dan Boboiboy yang baru datang kebingungan dengan suasana rumah Fang ini.

"Hai semua..." sapa Boboiboy.

"Eh? Korang datang sama-sama?" tanya Fang, setaunya Yaya sedang kurang nyaman dan sedikit cemburu pada postingan snapgram Boboiboy.

"Iya—"

"Eh, tak. Tak sengaja berpapasan kat depan." sahut Yaya. Boboiboy langsung menoleh, jelas-jelas tadi mereka berangkat bersama, walaupun dijalan Yaya diam saja.

"Ah... Kalau macam tu, korang pilih je lah dress yang nak korang pakai." sahut gadis yang berada di samping Kristél.

"Eh? Siapa dia ni?" tanya Boboiboy bingung.

Wanita itu mengulurkan tangannya, "Saya, Pinky." tuturnya sambil berjabat tangan dengan Boboiboy. Melihat itu Yaya semakin gerah, padahal hanya berjabat tangan saja. Mungkin sebagian besar perempuan itu seperti Yaya, dan mungkin Yaya dalah perempuan paling pencemburu diantara sekian perempuan yang pencemburu.

.
.
.

Pulang sedikit larut, sekitar pukul setengah sepuluh malam Boboiboy dan Yaya sampai di depan rumah kediaman keluarga Yaya. Niat awalnya hanyalah ingin mengantar Yaya pulang, tapi Boboiboy jadi ikut berlari ke dalam rumah Yaya setelah mendengar beberapa barang yang pecah.

Prang

Brak

Piar

"Saya akan jelaskan semua! Semua yang saya lakukan kat belakang awak!"

"Apa yang perlu awak jelaskan?! Semua sudah jelas!"

"Saya dah tahu semua perangan awak."

"Tak ada Yah yang saya kenal, memang munafik. Munafik kau, Yah!"

Prang

Taar

Terdengar jeritan seorang wanita setelah suara benda terjatuh. Yaya melihat ruang tengah rumahnya sudah berantakan dengan pecahan barang dan beberapa barang yang sudah acak-acakan. Sontak ia berlari menghampiri adiknya yang menangis dipojok ruangan, tangisnya semakin deras saat Yaya memeluknya erat.

Boboiboy langsung melerai ayah dan ibu Yaya yang beradu emosi. Ia tak menyangka keluarga seharmonis keluarga Yaya juga akan berselisih seperti ini. Tanpa mereka sadari, anak bungsu mereka yang masih kecil akan mengalami trauma jika pertengkaran itu berkelanjutan.

Setelah suasana mulai menghangat, Boboiboy yang mendudukkan kedua orang tua Yaya duduk disofa mulai bertanya. "Saya minta maaf apabila lancang masuk rumah tanpa seizin Pakcik dan Makcik."

"Saya tak bermaksud nak ikut campur, tapi saya rasa Pakcik dan Makcik tak boleh gaduh macam tadi, depan anak pulak."

"Saya minta maaf sekali lagi."

Sementara Yaya berada dikamarnya dengan Totoitoy untuk menenangkan adiknya dan menidurkannya supaya melupakan peristiwa yang terjadi malam ini.

"Saya pamit dahulu."

Boboiboy berdiri hendak berbalik, namun ia kembali menghadap Pakcik Yah dan Makcik Wawa.

"Saya tak nak lancang tapi bila terjadi sesuatu pada mereka berdua, Pakcik dan Makcik ialah otang pertama yang akan saya minta tanggung jawab." ucap Boboiboy lalu pergi.

Sejujurnya ia tak yakin untuk meninggalkan Yaya dan Titoitoy di rumah itu, ia tidak yakin kedepannya Yaya akan baik-baik saja. Tak biasanya keluarga Yaya yang harmonis itu ada kesalah pahaman, bahkan tidak pernah.

.
.
.

"Huis, rapi betul kau ni. Nak kemana?" tanya Ochobot yang sedang menyiapkan makanan di meja makan tiba-tiba menyambut Boboiboy yang baru saja turun dari kamarnya.

"Dia nak ada acara pesta topeng kat sekolah." sahut Tok Aba.

"Sebab tu aku handsome." Boboiboy menaik-naikkan alisnya sambil bergaya jarinya dibawah dagu membentuk huruf 'V' antara ibu jari dan ibu telunjuk.

"Ha... Tengoklah siapa bapak dia." sambung Amato tak kalah narsis dengan putra.

"Helehh, perasan." sahut Mara, Amato langsung tercengang sekaligus kena mental mendengar balasan istrinya.

"Dua-dua pun sama." gumam Ochobot.

Stelan Boboiboy kayak gini ya. Tapi kok... kayak mau nikah anjr ≥﹏≤

Setelah makan sarapan dan berpamitan,Boboiboy keluar rumah. Ujung matanya tertarik pada objek benda mati berupa bangunan di samping rumah kakeknya, itu rumah kediaman keluarga Yaya.

Pikirannya teringat kejadian tadi malam, apa suasana rumah itu sudah hangat? Apa dia akan mengganggu jika mengetuk pintu rumah itu? Pikir Boboiboy.

"Assalamualaikum."

Saat sedang menatap rumah Yaya dengan seribu pertanyaan dipikiran, Boboiboy dikejutkan dengan salam dari suara gadis dibelakangnya. Afia namanya.

Boboiboy hampir jantungan kalau yang datang bukan manusia. "Wa'alaikumussalam, oo—oh Afia? Terkejut aku." kekeh Boboiboy.

"Sorry buat kau terkejut, tapi kau rapi macam ni nak kemana?" tanya Afia.

"Nak ke pesta topeng kat sekolah, jadi kena pakai pakaian formal macam ni." jawab Boboiboy.

"Ooh, macam tu. Pakcik, Makcik dengan Tok Aba ada? Afia nak pamit balik ni." ucap Afia. Boboiboy sedikit terkejut, "Balik ke Kota Hilir sekarang? Awalnya..."

"Ha ah, inipun terburu-buru sangat sebab mendadak." Afia mengangguk.

Jadi gais, aku harusnya nulis Kota Hilir bukan Kuala Lumpur kemarin. Tapi dulu aku kurang paham dan kurang nyimak update-an Boboiboy jadi kayak gini deh.

"Ayah dengan Mak, Tok Aba ada kat dalam. Kau masuk je lah, aku dah lambat ni, pergi dulu ya..." Boboiboy langsung pergi begitu saja dengan motornya. Padahal ingin sekali Afia berbincang panjang sebelum ia pulang ke Kota Hilir.

.
.
.

Yaya sudah siap dengan pakaiannya, dress panjang berwarna peach yang diberikan Pinky tadi malam.

Sebenarnya Yaya sangat gugup karena waktu pembukaan acara sudah lewat, tadi ia kesiangan jadi Yaya sedikit terlambat menyiapkan diri, apalagi perempuan kalau siap-siap lama banget.
Yaya berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka benda itu, ia dapati anak kecil yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Terlihat Totoitoy sudah siap dengan pakaiannya, Yaya bingung kenapa adiknya berpakaian formal dengan celana formal hitam, kemeja putih lengkap dengan dasi kupu-kupu dan sepatu fantovel hitam, tuxedo yang terlipat ditangannya.

"Eh? Totoitoy nak kemana?" tanya Yaya sedikit menunduk menatap adiknya yang berusia 6 tahun sudah rapi dengan pakaian formal.

"Dia nak ikut kamu ke sekolah.." sahut ibunya tiba-tiba. Yaya menoleh, mungkin akan lebih baik jika Totoitoy bersamanya. Yaya tau ibunya butuh waktu lebih lama untuk menenangkan diri, jadi Yaya setuju dengan ibunya.

Mereka pergi berdua dengan berjalan kaki, tak lupa Yaya membawa topengnya dan topeng Totoitoy, tentunya tidak akan valid jika pesta topeng namun tidak menggunakan topeng.

Yaya dan Titoitoy berjalan di trotoar sambil berpegangan tangan.

Dari luar sekolah terlihat tidak terlalu ramai, tapi saat menuju meja daftar hadir di depan aula sudah terdengar ramai. Yaya memasuki aula yang sangat ramai itu.

Acara pembuka dan sambutan mungkin sudah lewat, tinggal acara pensi dan panggung yang diisi oleh anak-anak band kemudian acara dansa.

Yaya mungkin sudah sangat terlambat karena anak-anak band sudah turun dari panggung.

"Akak! Akak! Totoitoy nak tu!" tiba-tiba Totoitoy menunjuk permen kapas yang ada di meja hidangan. Yaya mendekatinya dan mengambilkan permen kapas itu.

Totoitoy duduk di kursi yang berada tak jauh dari meja hidangan. MC mengarahkan pada acara selanjutnya yaitu dansa, Yaya tak bisa ikut karena adiknya tapi seseorang mengulurkan tangan sambil menunduk ala-ala pangeran. Yaya tidak bisa mengenali orang itu, karena pesta topeng sifatnya menutupi identitas.

Mau tak mau Yaya menerima uluran tangan itu. Musik diputar dengan lagu Poison yang seakan mendukung kaki mereka untuk terus menari seperti racun yang digambarkan dengan orang yang kita cintai hingga menjadi candu ketika kita bersama orang itu.

Yaya dapat merasakan aroma tubuh pasangan dansanya. Bau orange mint yang menyegarkan seperti...

"Boboiboy?" Yaya menatap manik mata laki-laki itu, seketika topeng yang menutupi sebagian wajahnya tak ternilai lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mohon maap bila ada typo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top