Kapan Kita Seks?

Previously on Chapter 14

"Sangat enak. Sungguh!"

"Selamat bekerja, baby"

"Ada hubungan apa kau dengan pria itu?"

"Tentu saja! Ia keponakanku!"

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Enjoy!

"Kenapa kau meraba-raba penismu?"

Kai meletakkan bokongnya perlahan pada sofa. Bernapas lega setelah ia mendapat ketenangan fisik. "Keponakanku menendang penisku!"

"Eunha benar-benar memanfaatkan latihan karate nya." Ujar Chanyeol yang hanya direspon anggukan oleh Kai.

CEO itu mengingat bahwa ia membawa bekal buatan Baekhyun. Lantas ia kembali ke mejanya dan mengambil tas kain yang berisi kotak bekal, lalu menaruhnya di meja.

"Apa itu?"

"Bekal." Kai menaikkan sebelah alisnya. Bertanya-tanya bagaimana Chanyeol bisa membawa bekal pagi ini. Ini yang pertama kalinya.

"Baekhyun membuatka—"

"BAEKHYUN!?" Teriak Kai karena terkejut. Bagaimana mungkin Baekhyun menyempatkan diri untuk membuatkan Chanyeol bekal? Ini fenomena! Tunggu!

Mungkinkah?"

Chanyeol menyeringai setan, "Ia kekasihku sekarang."

"Kau hebat juga."

Pria bertelinga lebar itu dipuji dan ia merasa bangga atas pencapaiannya.  Sebenarnya mudah saja membuat Baekhyun jatuh cinta, hanya saja—semua usaha yang ia lakukan membuatnya terlihat lebih bodoh dari biasanya.

Langkah yang ia buat, yaitu membawa Baekhyun tinggal di rumahnya adalah hal yang brilian. Baekhyun akan senantiasa membangunkannya, memasak makanan rumahan untuknya, melakukan seks—tunggu.

Melakukan—

Seks

"Kai."

"Hm?" Jawab Kai dengan gumaman, karena ia tengah mengunyah salah satu roti isi Chanyeol.

"Bagaimana dengan seks?"

Kai tersedak hingga terbatuk kencang. Sialan, Chanyeol dari dulu memang tidak bisa mengendalikan kalimat yang keluar dari mulutnya. Selalu membuat orang terkejut bahkan pernah ada yang pingsan karena ia berbicara soal tingkah bajingan seorang pria di depan ibu pria itu.

"Sialan! Kau mau membuatk—"

"Seks, ya? Hm."

"KAU MENDENGARKAN, TIDAK?"

Chanyeol tetap abai. Mementingkan pemikirannya tentang seks bersama Baekhyun.

"Aku ingat kau gemetar saat ingin melakukan seks dengan Irene, bukan? Hingga kalian tidak pernah melakukannya." Kata Kai. Chanyeol mengangguk membenarkan. Ia malu sebenarnya, tapi ia memang setakut itu ketika menyentuh orang lain. Lebih-lebih lagi perempuan. Ia lebih memilih menjamah tubuh laki-laki saja. Ramping, putih, lembut, seperti Baekhyun.

"Ingat gunakan kondom, Chanyeol. Jangan lupa, pelumas."

Bos perusahaan besar itu bertanya-tanya. Untuk apa membeli pelumas? Mesin mobilnya sedang tidak macet. Lantas, "Untuk apa?"

"Anal itu tidak memiliki pelumas alami, jadi kau harus menggunakan pelumas!"

Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bahkan ia tak tahu mengapa tangannya terulur begitu saja lalu dengan kukunya, ia menggaruk kulit kepalanya yang sarat akan umur purba.

Ia menduga bahwa berhubungan seks akan jauh lebih rumit daripada sekedar mengutarakan perasaan.

Kai bangkit dan berjalan menuju kaca yang menampilkan kota pada siang itu. Ia memperhatikan ke bawah, beberapa restoran juga toko. Sepasang manusia berjalan beriringan, lalu beralih ke pasangan lain.

"Berhubungan seks bukan hanya tentang memasukkan penis, Chanyeol."

Benar, kan? Kai sedang mendramatisir presentasi tentang seks.

Chanyeol terkejut dengan tiba-tiba lampu terpadam dan menyala hanya di bagian Kai berdiri. Musik jazz pun mulai terdengar, "Huh, yang benar saja."

Walau semua imajinasi, namun Chanyeol ikut kesal dibuatnya.

"Berhubungan seks itu, adalah kegiatan yang sangat menyenangkan—"

"Tentu saja, kita bisa menikmati—"

"Diam!" Kai melotot tajam. Chanyeol mematung ngeri.

Pria dengan kulit yang lebih eksotis pun kembali berjalan mengitari kaca ruangan itu, "Berkegiatan panas itu dapat membuat kita merasa lebih mengenal pasangan kita. Kita akan merasa telah membelenggunya dari raga hingga hati. Itulah makna nyata dari berhubungan seks dengan orang yang kita cintai."

"Kenapa bersetubuh menjadi sangat rumit?"

Kai adalah pria yang sudah menikah, ia tentu berpengalaman dalam seks. Terutama dengan suaminya. Lagipula, Kai baru hanya melakukan seks dengan Kyungsoo. Ia mesum, namun pengecut.

Pengalaman Kai jauh lebih beragam daripada Chanyeol yang notabenenya pernah menangis karena disentuh Seulgi.

Kai merasakan bagaimana Kyungsoo berada di bawah perlindungannya, berada di bawah sayapnya. Duduk di singgasana hatinya, juga merasa memiliki pria beralis tebal itu seutuhnya. Hingga hadirlah putera mereka yang pertama, lalu putera kedua yang kini tengah dalam oven.

"Hal yang paling aku sukai ketika berhubungan seks bukanlah jepitan anus pada penis lalu semburan sperma hingga ke lambung, Chanyeol. Namun, sensasi dimana aku merasa lebih dekat dengan Kyungsoo. Seolah kita menjalin hubungan pertama kali. Maka dari itu aku lumayan sering berhubungan, hehe."

Bos Loeymonade itu tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya. Ia hanya memikirkan bagaimana nikmatnya penis yang dijepit lubang, lalu bagaimana mereka yang tertusuk mengalami rasa geli nikmat seiring torpedo itu keluar masuk.

"Kau hanya perlu meyakinkan Baekhyun saja. Jangan terlalu berharap pada permainan panas dan ganas. Karena kau sudah berumur, yang kau butuhkan adalah rasa saling memiliki dan sensasi romansa dalam hubungan seks, bukan hanya sekedar penis masuk."

Begitu kah?

"Aku tidak tahu seks bisa se-meaningful itu." Balas Chanyeol.

Kai meresponnya dengan anggukan seolah ia manusia paling bijak. "Mencari kenikmatan dalam seks hanya bonus, Chanyeol." Lanjutnya.

Ucapan Kai ada benarnya. Ia adalah pria berumur, tidak cukup waktu baginya untuk hanya bersenang-senang dengan kekasihnya.

Tahun depan umurnya sudah tiga puluh dua. Umurnya kelewat matang untuk menikah. Masalahnya ada di Baekhyun sekarang.

Usia mereka berbeda cukup jauh. Chanyeol khawatir ia dan Baekhyun justru berakhir bertengkar karena perbedaan pikiran mereka. Chanyeol melamunkan hal itu. Kai menyadarinya, "Ada apa dengan mu?" Tanyanya.

Chanyeol menghela napas lelah. Ia bangkit dan berjalan menuju kaca tepat di samping Kai berdiri. Mereka sama-sama menghadap kaca yang menampilkan kota.

"Kami memiliki perbedaan usia yang cukup jauh, Kai. Enam tahun." Kata Chanyeol.

"Lalu?"

"Aku takut. Nantinya mungkin akan muncul keraguan keraguan dalam dirinya, bahkan diriku. Kami takut, akan pertengkaran yang bisa saja terjadi karena perbedaan pemikiran kami. Aku takut menyakiti hatinya—"

"OMONG KOSONG!" Kai dengan emosi meraih kerah baju Chanyeol dan melotot ke arahnya. Chanyeol tidak pernah melihat Kai semarah ini sebelumnya.

Kai masih melotot dengan wajah yang kian memerah.

"Ada apa dengan mu, huh!? Kau tidak perlu berhubung untuk mendapat rasa sakit! Rasa sakit bukan hal yang seharusnya ditakuti! Rasa sakit yang membuat kau semakin kuat, kalian akan semakin memahami satu sama lain! Jangan takut pada peluang negatif!" Bentaknya di wajah Chanyeol.

Kai melepas kerahnya kemudian merapikan baju sahabatnya itu. Ia meminta maaf sekilas, lalu kembali berbicara. "Pelajarilah rasa sakit, jangan pernah takut padanya. Itu bukan hal yang harus ditakutkan, paham?"

.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.

Baekhyun meninggalkan gedung untuk bertemu Kyungsoo di sebuah restoran miliknya. Kyungsoo selain bekerja sebagai sekretaris Tuan Kim, ia juga mengelola sebuah restoran biasa dengan makanan rumahan ala dirinya sendiri. Tidak ada yang tahu, ternyata restoran itu justru meledak bahkan pernah super penuh dalam sebulan.

Chanyeol tadi sudah memberitahunya untuk makan siang tanpa dirinya. Baekhyun mengangguk saja dan kemudian pergi. Kebetulan, Kyungsoo mengundangnya.

Jarak antara restoran dan gedung kantor tidaklah terlalu jauh, hanya perlu berjalan kaki lima belas menit saja. Ia melihat gedung restoran bergaya modern victorian.

Seorang pelayan tengah menunggunya, "Ah! Permisi! Apa kau, Tuan Byun Baekhyun?" Tanya wanita berseragam putih dengan rok hitam itu.

"Benar."

"Mari, Tuan Kim sudah menunggu di dalam." Ucapnya. Wanita itu kemudian melangkah terlebih dahulu lalu diikuti Baekhyun.

Ia melihat sekeliling restoran itu. Nampak putih dan terlihat banyak ukiran indah. Dibuat simple, tidak seramai bangunan ala victorian pada biasanya. Restoran ini juga cukup ramai pada jam makan siang. Bisa dilihat dari orang-orang yang memenuhi tiap meja.

"Baekhyun!" Sapa Kyungsoo yang duduk di meja ujung dengan jendela di belakangnya.

Baekhyun membalas sapaan itu lalu melirik sekilas perut Kyungsoo yang terlihat semakin, ketat? Entah. Tapi, perutnya nampak akan meledak sebentar lagi.

"Hai!" Balasnya.

Sekretaris yang lebih muda itu mengambil duduk di hadapan Kyungsoo. Ia menoleh ke sekitar dan ternyata ini ruang privat. Dengan pemandangan langsung ke lapangan golf entah milik siapa.

"Wah, kau terlihat semakin sibuk setelah menjadi kekasih Chanyeol." Ujar Kyungsoo.

"Bagaimana—"

"Ya ampun! Sungguhan?! Padahal aku hanya asal tebak!"

Baekhyun sebenarnya berniat memberitahu Kyungsoo nanti sehabis makan. Namun, pria hamil itu justru menebaknya terlebih dahulu.

"Kau dan Chanyeol terlihat sangat cocok, tahu. Yah, walaupun terlihat sedikit pedofil, tapi ... bukan masalah."

Baekhyun menaikkan sebelah alisnya, "Menurutmu begitu?" Katanya. Dibalas anggukan semangat oleh Kyungsoo.

"Chanyeol adalah pria yang membosankan kau tahu. Ia pria yang menjunjung tinggi kesuciannya. Itu yang aku dapat dari Jongin, sih." Kata Kyungsoo.

"Kesucian?"

Ah, kesucian.

Kyungsoo menepuk dahinya sebab ia mengingat kekonyolan Chanyeol juga dengan kesuciannya itu. Chanyeol hanya menjaga kesuciannya di mata orang lain. Dalam kata lain, bertopeng. Diluar ia terlihat kaku, di dalam ... Pria mesum.

"Ia belum pernah melakukan seks, masih takut-takut bahkan. Namun, jika kau tahu kebiasaannya dalam menonton video porno—kau akan tercengang!" Kata Kyungsoo.

"Vi-video ... Porno?"

Sekretaris Chanyeol itu meneguk ludahnya merasa gugup. Kenapa tiba-tiba membahas seks, sih?

"Jangan heran jika kau tiba-tiba diajak berhubungan badan olehnya nanti!" Kata Kyungsoo. Baekhyun semakin gugup dibuatnya. Ia ... Entahlah, ia merasa ia menginginkannya juga. Ia belum pernah merasakannya.

Kyungsoo memicing melihat reaksi pria kecil di depannya, "Ada apa dengan wajahmu itu?"

"Um?Ti-tidak. Aku, aku hanya—"

"Jangan bilang kalau kau ingin seks juga?" Tanya Kyungsoo to the point. Baekhyun terkejut bukan main. Kyungsoo seakan menyadari cerita di balik kegugupannya.

Pria hamil itu mengangguk paham. Semangat muda di umur Baekhyun memang masih bisa membara bahkan dalam urusan ranjang. Terpenting, ia mengetahui resikonya nanti.

Di satu sisi Baekhyun yang mendambakan seks, di sisi lain Chanyeol yang mencoba menjaga kesucian Baekhyun hingga mereka bertukar cincin pernikahan, nanti.

Apakah mereka akan seks?

Atau, justru Baekhyun akan menyandang nama Park besok?

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top