Alibi Dan Alasan
Previously on Chapter 11
"Ah, Ini semua karena si hitam itu! Ck."
"Apa kau sudah ingin pulang-"
"Sudah ku bantu, kau kembalilah ke kamar."
"Harusnya aku tidak mempertemukannya dengan Si Irene itu. Aku menyesal sekali."
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Enjoy!
Tangannya bergerak sesuai instruksi Fotografer. Wajahnya terlihat sangat cocok untuk vibe royal dan mewah seperti ini. Ya, mau dirias bagaimanapun, wajahnya tetap memancarkan aura orang kaya. "Oke! Cukup! Kerja bagus, Jaehyun!" Ucap Sang Fotografer.
Sedangkan pria yang ditatapnya tersenyum ramah, "Terima kasih, Pak Kim. Kau juga!"
Semua adegan dari awal pemotretan hingga akhir tidak lepas dari pandangan Baekhyun yang berdiri di depan Chanyeol. Chanyeol merotasikan matanya tanda bahwa ia kesal. Kesal melihat Baekhyun melotot gemas pada Jaehyun seakan terperanjat hingga ke surga.
"Terus saja memandang seperti itu." Cibir Chanyeol.
"Kau mengatakan sesuatu?"
Chanyeol terkaget ketika Baekhyun menjawabnya, "A-ah, tidak! Kau salah dengar." Baekhyun hanya menoleh kembali ke arah Jaehyun sebagai respon.
Sekretarisnya itu melangka menuju arah Jaehyun yang melihat potret dirinya di komputer, meninggalkan Chanyeol dengan wajah super masam.
"Jaehyun-ssi?" Kata Baekhyun.
Pria yang dipanggil menengok untuk melihat siapa yang memanggilnya. "Perkenalkan, aku Sekretaris Tuan Park Chanyeol, Byun Baekhyun." Ucap Baekhyun sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Jaehyub membalas uluran tangan itu, "Salam kenal, Sekretaris Byun. Aku Jung Jaehyun."
Ah, lembut sekali.
Chanyeol disana merasa panas, emosi, dan geram. Apa-apaan itu?! Berani sekali Jaehyun menggenggam tangan kekasihnya.
Belum.
"Apa kau Sekretaris baru, Baekhyun-ssi? Aku tidak pernah melihatmu."
Baekhyun tersenyum centil, "Iya, haha. Bagaimana dengan mu? Sudah lama?"
"Sudah cukup lama." Balas Jaehyun. Chanyeol yang sangat muak melihat itu, menarik lengan Baekhyun menjauh. Hingga si kecil berteriak kesakitan dan sebal.
Seharusnya ia menolak keinginan Baekhyun kemarin, ia bisa saja membiarkannya pergi sendiri tapi ia tidak ingin Baekhyun terlena oleh Jaehyun. Seperti tadi.
Flashback
"Chanyeol, kau harus membawaku pada Jaehyun nanti." Ucap Baekhyun.
Chanyeol menginginkan pagi yang tenang. Bangun disambut suasana segar. Tapi yang ia dapatkan malah rengekan sekretarisnya yang sudah berpakaian lengkap. "Untuk apa?"
"Ini misi penting! Chanyeol!" Balasnya.
Yang lebih tinggi memutar mata jengah. Bingung dengan kelakuan pemuda pendek di depannya.
"Terserah kau saja." Balasnya.
Baekhyun mendudukkan dirinya di kursi sembari menaruh dua piring nasi goreng buatannya, "Nasi goreng?"
"Iya. Enak, lho!" Balas yang lebih kecil.
Chanyeol merasa heran dengan warna nasi goreng ini. Warnanya lebih kuning daripada biasanya.
"Aku menggunakan bumbu dari Indonesia. Sangat lezat!"
"Apa kau yakin?"
"Masukkan ke mulutmu cepat."
Chanyeol menatap sinis sekretarisnya itu. Lalu, memasukkan sesendok nasi goreng ala negeri khatulistiwa yang dimasak Baekhyun. Mulutnya menganga sembari membawa sendok itu masuk. Melahapnya dengan perlahan seolah ingin mengecap seluruh inci butiran nasi juga telurnya.
Matanya terpejam dengan kesunyian yang tiba-tiba datang tanpa undangan. Bibirnya masih mengatup rapat seperti mengunci rasa khas yang tidak ingin ia luapkan ke udara.
Baekhyun menatapnya berbinar sambil menarik tipis bibir tipisnya, "Bagaimana?"
Chanyeol melotot tragis. Menganga seperti singa dungu.
"Ini-"
"SANGAT LEZAT!"
Sekretarisnya itu tersenyum bangga. Dirinya berhasil membuat Chanyeol terkesan dan selangkah maju untuk menggali informasi tentang Irene.
Pria yang lebih tinggi melahap habis satu piring nasi goreng itu. Menutup matanya merasakan rasa puas tiada tara. Huh, membayangkan hidupnya bersama Baekhyun dalam beberapa tahun ke depan hingga menemui ajal nanti. Hidupnya akan sangat bermakna.
"Apa yang dibayangkan si tua ini?"
"Chanyeol."
"Ya?"
"Aku-boleh kah, aku.. uhm." Baekhyun menjadi gugup. Salah satu langkah untuk mengetahui soal Irene adalah ini. Hal ini. Iya, ini.
"Boleh apa, baby?"
Sial! Baekhyun jadi semakin gugup. Chanyeol dan mulut tebal manisnya itu!
"Aku ingin menemui Jung Jeffrey." Mata Chanyeol sukses membola. Apa-apaan itu? Setelah berhasil menggoda sekretarisnya dengan memanggilnya 'baby', mengapa ia memilih Jung Jeffrey?
Lagi pula,
Siapa itu Jung Jeffrey?
"Siapa yang kau maksud?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun menghela nafas. Ia hendak mengutarakan rencananya soal Taeyong dan Jeffrey. Ia hendak membuktikan ucapan dramatis Eunha kemarin. Namun, ia urungkan. Ia pasti akan ditertawai oleh Chanyeol.
"Seorang model di Sew Up. Aku-hanya ingin menyapanya."
Chanyeol menaikkan sebelah alisnya hingga menukik tajam seperti arena sirkuit. Ia menghela napas pasrah. Lebih baik mengiyakan saja, siapa tau ia bisa mendapat bonus lebih selain nasi goreng pagi ini.
"Tentu."
Baekhyun tersenyum senang, "Tapi-" Tuan Park melanjutkan bicaranya.
"Tapi?"
"Aku akan ikut."
What?
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Lihatlah mereka berdua. Berbicara dan asik sendiri seolah menganggap Park Chanyeol hanya oksigen tak nampak. Chanyeol menggeram dalam diam, tidak berniat membuat keributan. Ia tidak ingin bertengkar konyol.
Baekhyun duduk disana bersama Jung Jeffrey itu. Ah, melihatnya membuat jiwa-jiwa lelakinya muncul. Ia merasa tersaingi. Ia merasa posisinya terancam. Ia takut Baekhyun malah jatuh ke pria itu. Menikah. Berhubungan badan. Memiliki anak. Hidup sampai tua. Satu liang kubur-berlebihan. Chanyeol menggelengkan kepalanya menghapus imajinasi tragisnya.
"Aku menyukai wangi parfum itu." Ujar Baekhyun.
"Benarkah? Wah... Ini mungkin akan jadi parfum kesukaan ku juga. Haha." Balas Jaehyun.
Chanyeol hendak menginterupsi, "Ekhem!" Batuknya dengan sengaja.
Kedua insan yang sedari tadi asik mengoceh soal wangi parfum pun menoleh. "Baekhyun. Ini sudah jam makan siang."
Benar juga.
Sekretaris itu berdiri dan merapikan bajunya. Jaehyun pun ikut berdiri. Chanyeol justru mendekat. Meraih pergelangan sekretarisnya itu, "Kami pergi dulu, Jung." Ucapnya lalu menyeret Baekhyun pergi tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal.
Jaehyun tersenyum ramah sepeninggal dua sejoli itu. Melihatnya, perutnya terasa tergelitik. Mereka terlihat...
Konyol.
Tuan Park membulatkan tekadnya untuk terus menerus menarik Baekhyun bahkan di hadapan para karyawan lainnya. Hingga siksaan pada pergelangan tangan Sekretarisnya itu menemui garis finis yaitu mobil mereka.
"Kau terlalu dekat dengan Jaehyun." Ujar Chanyeol to the point.
Oh, ini mengejutkan. Baekhyun mengira Chanyeol adalah tipikal pria dengan gengsi melebihi tinggi Everest. Ternyata tidak. Walau dulu begitu.
Baekhyun menarik seringainya hingga nampak wajah horornya, "Kau cemburu, ya?" Tanyanya secara mendadak.
"Um?" Chanyeol merasa malu sekarang.
Omongan yang tadi sempat keluar dari mulutnya, itu-itu hanya kerasukan! Iya! Ia telah kerasukan sesuatu tadi hingga berucap begitu.
"Ah! Sudahlah! Ayo masuk! Aku lapar!" Ucap pria tinggi itu lalu berjalan cepat ke sisi lain mobil. Baekhyun tersenyum sambil arah matanya mengikuti pergerakan Chanyeol.
Baekhyun pun masuk mengikuti Chanyeol. Mobil mereka berangkat menuju sebuah kedai yang menyajikan ramen. Baekhyun berkata ia teringin sekali ramen super pedas hari ini.
Perjalanan mereka berakhir di sebuah kedai kecil dan mereka bisa menyadari kalau hanya mereka yang mengendarai mobil disana. Sepasang pria berbeda tinggi badan itu berjalan beriringan hingga suara mengagetkan terdengsr..
"SELAMAT DATANG!"
Chanyeol meraba dadanya karena terkejut. Sementara, Baekhyun di belakangnya terkikik manis.
"Ayo, Chan." Ia berjalan mendahului pria tinggi.
Ramen yang mereka pesan sudah dihidangkan di hadapan mereka. Duduk saling berhadap di meja dekat jendela, "Punyamu... Terlihat merah, Baek." Ujar Chanyeol dengan wajah ngeri.
"Hahaha. Aku sedang ingin."
"Apa kau sedang mengidam?"
"What?" Chanyeol ada-ada saja. Seperti imajinasinya kini tengah berterbangan bebas keliling dunia tanpa paspor. Ingin sekali memukul penisnya.
Baekhyun meniup sendoknya yang telah terisi ramen beserta kuahnya. Melahapnya dengan mengecap secara total rasa pedas yang ditawarkan.
"Kau kira ini acara mukbang?" Ujar Chanyeol.
"Bukan. Hanya saja. Aku sedang ingin."
"Kau benar-benar mengidam."
Abai dengan perkataan bosnya itu, Baekhyun teguh pendirian dengan menyesap rasa pedas dari ramen merah di mejanya.
"Baek, Apa yang kau maksud dengan misi penting tadi pagi?" Tanya Chanyeol.
Yang ditanya menatapnya sebentar lalu menaruh peralatan makannya. Ia mulai serius.
"Ini soal Lee Taeyong."
"Lee Taeyong?"
"Pegawai baru."
Chanyeol berpura-pura mengingat seakan ia mengenal si Taeyong ini padahal tidak. Ini salah satu taktik ketika kita ingin mendapat gosip. Pura-pura mengetahuinya.
"Ini juga tentang, Bae Irene."
"Irene!?"
Bagaimana? Hah? Kenapa Baekhyun tiba-tiba saja membawa-bawa penyihir itu? Chanyeol tak habis pikir.
"Kau ingat dulu Irene itu pernah membawa seseorang ke kantor. Ia tidak berhasil memasukkannya. Tak lama kemudian datanglah Lee Taeyong. Dalam waktu dekat. Aku curiga."
Ini terdengar menyenangkan.
"Aneh sekali. Taeyong baru sempat mengisi profilnya sehari setelah ia mulai bekerja. Seharusnya itu dilakukan bahkan sebelum ia mulai bekerja, bukan? Lalu aku berinisiatif untuk membantunya." Baekhyun mengeluarkan
smartphone-nya. Menggeser sesuatu hingga menyerahkannya pada Chanyeol.
"Ini data Taeyong. Baca lah." Chanyeol membaca perlahan mulai dari nama kemudian berakhir ke pengalaman kerja. Tidak ada yang aneh menurutnya, "Lalu?" Balas Chanyeol.
Baekhyun berdecak kesal. Ia menarik ponselnya dengan kesal dan menggeser ke bagian motivasi. "Taeyong berkata motivasinya bekerja di perusahaanmu itu adalah alasan pribadi!"
"Alasan pribadi? Lalu? Mungkin ia tidak mau mengatakannya. Apa masalahnya?" Akh, Baekhyun semakin darah tinggi. Wajah Chanyeol terlihat berjuta-juta kali lebih bodoh kalau sedang tidak nyambung seperti ini.
"Dengar. Irene pernah mencoba memasukkan salah satu 'orang'nya ke dalam perusahaan mu. Tidak lama munculah Lee Taeyong. Beralasan pribadi katanya. Tidakkah itu aneh?"
"Tidak."
Ia sungguh kesal. Menghela napas perlahan daripada emosi merasukinya lalu menyiram kuah panas nan pedas ramennya pada puting Chanyeol.
"Pokoknya, aku merasa aneh."
"Lalu apa hubungannya dengan Jaehyun?"
"Eunha berkata padaku bahwa ia curiga bahwa alasan pribadi yang dimaksud Taeyong adalah Jaehyun. Namun aku tidak mempercayai itu, Chanyeol."
Chanyeol nampak berpikir cukup lama. Hingga Baekhyun ternganga, "Jadi, maksudmu Jaehyun dan Taeyong punya hubungan?"
"Benar!"
"Menarik."
Baekhyun tersenyum puas. Setelah berabad-abad emosi akhirnya Chanyeol pun paham.
"Tapi sekarang aku bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini. Mereka abu-abu. Namun, aku sangat ingin melindungi perusahaan, kau tahu?" Chanyeol tersenyum mendengarnya. Pantas saja Baekhyun berani mencalonkan diri sebagai Sekretaris. Ia ternyata sebertanggung jawab ini. Berdedikasi. Ia juga rupawan, ramah, dan memiliki good manners. Tipikal istri idaman semua pria dominan sepertinya.
Kenapa malah istri?
"Aku mungkin akan menginterogasi Taeyong sendiri." Ucap Chanyeol.
"Benarkah? Kau mau membantuku?"
"Tentu saja. Ini demi perusahaanku. Aku juga akan mendatangkan Jaehyun nanti."
Baekhyun bersorak dalam hati. Chanyeol mendukungnya ternyata haha. Ia bisa merasakan aura-aura kemenangan.
.
.
.
.
Foolish Boss and Perfect Secretary
.
.
.
.
Chanyeol mengetuk-ngetuk meja kerjanya beberapa kali. Memikirkan apa yang akan sekiranya ia tanyakan pada pemuda Lee itu.
Sebenarnya ucapan Baekhyun agak terdengar pointless. Ia justru dibuat bingung. Namun, ia mencoba membuat Si Kecil bahagia kali ini.
Benar, haha.
Ia menginterogasi Taeyong dan Jaehyun hanya karena ingin Baekhyun tidak kecewa padanya. Ia bisa menebak soal Taeyong dan Jaehyun. Jaehyun seorang model, Taeyong datang dengan urusan pribadi, juga Eunha yang seolah paham atas teori ini.
"Huh. Sekali saja. Menahan malu."
Sebenarnya kau tidak tahu malu Chanyeol, selama ini. Ia sudah bisa menebak jawabannya sejak awal. Yang harus ia lakukan kali ini adalah menahan malu. Karena, dugaan Baekhyun salah. Dugaan dimana Lee Taeyong adalah mata-mata Irene itu eror.
Cklek
Pintu dibuka perlahan. Jaehyun menyembulkan kepalanya perlahan, "Kau memanggilku, Tuan Park?" Chanyeol mengangguk dan bangkit dari duduknya. Berjalan menuju sofa dan membiarkan Jaehyun duduk di seberangnya.
"Duduklah, Jae." Ucapnya.
Jaehyun mengangguk sopan. Berjalan ke sofa seberang dan duduk dengan tata krama.
Mereka hanya terdiam ketika pintu diketuk beberapa kali, "Masuk!" Kata Chanyeol.
Orang yang mengetuk pun masuk. Tidak sendiri, melainkan berdua. Baekhyun dan Taeyong.
Taeyong dan Jaehyun sama-sama terkejut melihat kehadiran satu sama lain. Taeyong dengan mata kaget polosnya, dan Jaehyun mata kaget penuh emosinya.
Baekhyun menyuruh Taeyong duduk di seberangnya bersama Jaehyun. Ia duduk bersama Chanyeol.
"Baiklah. Kita mulai saja, hm?" Chanyeol mulai berucap.
"Ada apa, Tuan Park?" Tanya Jaehyun.
Baekhyun mengangkat ponselnya dan menunjukkan sebuah data. Itu adalah profil milik Lee Taeyong. Taeyong nampak kebingungan. Apa maksud pertemuan ini?
Mengapa ada Jaehyun-ah. Okay.
"Tentang profilmu. Aku hanya ingin menanyakan satu hal soal alasan pribadimu. Bukan apa-apa, Lee. Hanya saja, ini untuk keamanan perusahaanku sendiri. Aku mohon mengertilah." Kata Chanyeol.
"Baik, Tuan Park." Balas Taeyong.
Chanyeol menoleh sebentar pada Baekhyun, lalu kembali pada dua pria di depannya yang nampak duduk seperti sedang perang batin.
"Apa alasanmu ini... Ada hubungannya dengan Jung Jaehyun?" Tanya Chanyeol.
Jaehyun nampak terkejut. Menoleh pada pemuda Lee di sampingnya itu. Taeyong nampak terkejut juga. Ia bingung hendak menjawab apa.
"Ah.. a-aku-um."
Jaehyun semakin menyipitkan matanya yang sudah sipit. Semakin segaris, "Jaehyun dan aku-"
TBC.
Asik!
Heh! Mampir ke sebelah dong. Updatenya gua usahain seminggu sekali okeh, tiap hari Minggu sip.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top