4. Kalau Saja Aku Dapat Dukungan Penuh

Beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya saat tengah pembagian rapot. Sang Ayah hendak mengambil rapot Elaina di sekolah. Tak ada masalah dengan nilai Elaina, bahkan bisa dikatakan nilai pelajaran Bahasa Indonesia berhasil melampaui tinggi dari nilai akademik lainnya.

Semua nilai tak ada yang di bawah rata-rata. Hanya saja, sewaktu Ayah di panggil bersama Elaina mereka duduk di depan walikelas.

"Nilai anak anda sangat memuaskan saat ini. Terlebih dengan bahasa Indonesia paling tinggi," ucap walikelas.

"Syukurlah kalau begitu."

"Dan satu lagi, anak bapak juga sempat menang kompetisi Cerita Pendek, juara dua."

Mendengar walikelas soal lomba itu membuat Carissa membelalakkan mata. Degup jantungnya berdetak kencang sembari menggigit bibir bawah. Perasaannya kian tak enak. Kenapa ini jadi pembahasan sih? Rasa sebal mulai menjalar perlahan.

"Mungkin Carissa sudah memberitahunya kepada bapak, dia benar-benar mengesankan terlebih menjadi juara dua dalam lomba itu."

Menyebalkan. Apa tanggapan yang akan dihadapi Ayah sewaktu walikelas mengatakan prestasinya? Mungkin ekspektasi sang walikelas, orang tua akan bahagia mendengar anaknya berprestasi. Akan tetapi, tak mungkin itu terjadi.

"Terima kasih atas informasinya, mungkin lebih tepatnya informasi yang tidak penting. Prestasi yang hanya sekadar menyusun kalimat, semua orang bisa melakukannya," ucap Ayah sedikit tersenyum kecut.

Menyebalkan sekali. Tak mungkin juga Carissa melawan, terlebih sekarang masih berada di sekolah, banyak orang tua lain menanti untuk dipanggil. Lebih baik memilih untuk diam. Kalimat tadi begitu menyayat hati Carissa. Sekadar menyusun kalimat, semua orang bisa melakukannya. Pikirnya hanya sebatas itu saja?

"Mungkin saja itu merupakan potensi anak anda," balas sang walikelas.

"Memang benar itu potensi, tapi apakah itu potensi yang akan berguna nantinya?" Ayah menyerang balik dengan pertanyaan. "Potensi seorang penulis sebenarnya tidak berguna, bahkan apa yang mau diharapkan? Kekayaan? Belum pernah saya mendengar ada penulis yang kaya di negara ini. Mereka tak jelas orientasi masa depannya."

Amarah Carissa semakin meledak dalam diri, tetapi ia memutuskan untuk menahan amarah itu. Jangan terpancing, walau kalimat itu menyebalkan. Ia berusaha mengambil napas panjang, menghembuskannya. Berharap amarah tak meledak. Meredam lebih baik dari pada memicu peperangan.

"Begitu ya, baiklah," kata walikelas dengan lembut, menyerahkan buku rapot. Mereka meninggalkan ruangan kelas.

Dalam perjalanan menuju rumah, Carissa hanya memandang jalanan dari balik kaca mobil sedan berwarna hitam. Tatapan datar, tanpa senyuman sama sekali. Malas untuk memulai perdebatan dengan Ayah di saat-saat seperti ini. Bukan soal prestasi atau nilai, tetapi soal masa depan.

"Mulai saat ini, hentikan hobimu yang selalu menulis cerita itu," kata Ayah tiba-tiba. "Lebih baik belajar untuk persiapan SNBT dan menentukan masa depanmu. Selama Jurusan Sastra tidak masuk dalam list jurusan yang kamu inginkan."

Bagaimanapun juga, jurusan itu sudah masuk dalam list jurusan yang kuinginkan.

"Kenapa Ayah mengucapkan hal seperti itu dihadapan wali kelasku?" balas Carissa dengan pertanyaan. "Mengatakan hal yang seharusnya enggak diucapkan!"

"Ayah hanya mengatakan yang sebenarnya, fakta di lapangan seperti itu!" nada Ayah mulai meninggi.

"Benar juga ya, Ayah tidak tahu apa-apa soal perasaan orang lain," celetuk Carissa dengan bibir bergetar. "Bahkan menyakiti perasaan anaknya sendiri pun juga tidak tahu."

"Apa yang kamu tahu soal perasaan? Ayah hanya ingin kamu baik-baik saja di masa depan lagi. Kalau kamu mengambil keputusan yang tidak jelas, kamu akan jatuh ke dalam jurang kesengsaraan. Ayah ingin kamu bahagia, itu saja!" ucapnya dengan mengernyitkan dahi.

Lagi-lagi Carissa memilih untuk tak meneruskan pertengkaran ini.

"Astaga, kamu ini benar-benar enggak mengerti sama sekali," lanjut Ayah sembari menghembuskan napas panjang.

Percuma melakukan pertengkaran tanpa hasil. Ujung-ujungnya Carissa tak pernah dapat dukungan dari siapa pun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top