DWC 8-Tanaman Paku

Prompt: buat cerita dari random picture dan dapat tanaman paku-pakuan menurut interpretasi Catsummoner dan PhiliaFate (gambar lupa aku ss, yha....)

*

Suatu hari, hidup sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Sang istri suatu saat sedang mengupas apel di depan tokonya, kebetulan di luar sedang bersalju, dan ia memiliki banyak pot berisi bibit tanaman paku-pakuan yang belum tumbuh.

Saat mengupas apel, tak sengaja tangannya teriris oleh pisau dan memercikkan darah ke salah satu pot. Takjub melihat darah itu begitu merah kontras dengan salju yang ada di bawahnya, ia pun berdoa agar suatu hari anaknya dapat seputih salju dan sehangat darah.

Darah tersebut ternyata menumbuhkan sebuah tanaman paku-pakuan dengan setangkai bunga yang aromanya harum. Perempuan itu lalu memetik bunganya dan dengan bantuan suami, mereka meramu bunga tersebut ke dalam adonan roti dan sang istri memakannya dengan lahap.

Tak lama setelah memakan roti tersebut, sang istri justru jatuh sakit, tepat di saat yang sama, ia mengandung anaknya. Pasangan itu pun berbahagia, tapi sang istri tak kunjung sembuh sampai akhirnya, tujuh bulan kemudian ia melahirkan anaknya.

Sang istri tidak selamat dan menitipkan wasiat untuk menguburnya di taman belakang kedai. Sang suami menyanggupinya, kuburan sang istri kelak akan menumbuhkan tanaman paku yang sama, dan bunganya dapat dimakan hingga menjadikan kedai roti mereka menjadi kedai roti terlaris di desa tersebut.

Setelah beberapa tahun hidup dengan seorang anak laki-lakinya, sang suami menikah kembali dengan seorang perempuan dan dengan cepat dikaruniai seorang anak perempuan bernama Marnie.

Si anak laki-laki dengan cepat akrab dengan adiknya, meski begitu, ibu tirinya tidak menyukainya. Bertahun-tahun ia hidup dengan kasih sayang yang tidak imbang dari sang ibu, suatu hari, sang anak laki-laki pergi ke gudang dan ingin mengambil sebuah apel di dalam peti.

Saat anak itu sibuk memilih apel yang bagus, si ibu tiri membanting tutup peti, membuat darah terciprat dari leher si anak laki-laki yang sekarang tanpa kepala. Marnie ternyata melihat hal itu dan sang ibu mengambil tubuh si bocah laki-laki.

Dengan lihai, perempuan itu berbohong pada suaminya, dan mengajak seluruh anggota keluarga memakan sup yang spesial. Tulang belulang si anak dikubur di bawah kebun paku yang tertimbun salju, dan di malam harinya, Marnie menangis di depan kubur sang kakak, dan tangisannya menumbuhkan sebuah tumbuhan paku-pakuan yang baru dengan beberapa tangkai biji-bijian.

Keesokan harinya, banyak burung yang mematuki biji tanaman tersebut, burung-burung itu lalu terbang ke seisi kota dan bernyanyi riang.

“Ibu yang jahat membunuhku,
Ayahku memakanku,
Adikku, Marnie, menangisi tulang belulangku,
Di kebun paku yang tumbuh di musim dingin,
Aku kembali.”

Begitu berulang-ulang.

Terpukau dengan nyanyiannya yang bagus, seorang pembuat sepatu memberikan sebuah sepatu berwarna putih untuk si burung, kemudian seorang perajin emas juga memberikan kalung emas. Sementara seorang perajin batu memberikan sebuah batu penggiling.

Di tempat toko roti di mana sang ibu tiri tinggal, ia merasakan panas yang teramat sangat dalam tubuhnya, seakan-akan ada api yang menyebar di seluruh pembuluh darahnya. Ia memutuskan untuk pergi ke luar toko. Tepat saat ia membuka pintu, sebuah batu penggiling jatuh dari atas atap tepat ke kepalanya.

Darah dan api memercik dari tubuh perempuan itu, sementara si burung masuk ke rumah dan memberikan sebuah kalung emas dan sepatu, kemudian kembali hidup bersama dengan keluarganya.

*

Diceritakan ulang dari Von dem Machandelboom oleh Grimm Bersaudara.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top