DWC 10 - Sumur Tua

Kali ini giliran Jacob yang berdiri di sampingku dan menceritakan mimpinya—mimpi yang sama-sama kami lihat. Mimpi yang akan kami ceritakan ini menggambarkan tentang ketamakan dan sebuah sumur tua yang ajaib.

Kisahnya dimulai dari sini.

*

Seorang anak perempuan sedang sibuk memintal benang di bawah peneduh kebun bibit rumah keluarganya. Ia duduk tepat di atas bibir sumur, dan dari kejauhan, ia melihat ibunya—ibu tirinya—sedang sibuk memasak dan bercengkerama dengan saudara tirinya.

Ibu kandung dari anak perempuan yang memintal benang ini sudah lama meninggal, sementara Ayahnya baru meninggal lima tahun lalu. Perempuan tersebut kini bisa disebut sebagai yatim piatu, meski ia memiliki ibu dan saudara tiri, tapi jauh di lubuk hatinya, ia benar-benar merasa seperti itu.

Sebentar lagi ibu tiri dan saudaranya akan makan siang terlebih dahulu, sementara ia harus memintal sampai 5 pintalan benang berbagai warna terkumpul baru bisa makan. Ia tidak tahu harus bersyukur atau tidak jika nanti hanya akan tersisa lima sendok gandum dan satu sendok sup jamur yang sudah dingin untuk dimakan.

Sedang memperhatikan “keluarganya” itu, ia tak sengaja tertusuk jarum, karena kaget, ia jadi menyenggol pemintalnya sehingga alat itu tenggelam ke dalam sumur. Takut dan panik menyelimuti dirinya, ia pun nekat menceburkan diri ke dalam sumur itu.

Ia tidak yakin akan selamat atau tidak, tapi yang pasti, ia bangun dengan keadaan kering, dan hal pertama yang ia lihat adalah langit biru terhampar luas dengan sinar matahari yang hangat, lalu saat ia bangun, terhampar padang rumput luas dan sebuah pondok—satu-satunya pondok di sana.

Perempuan itu menghampiri pondok tersebut, dan terkejut menemukan bahwa api dapur sedang menyala. Para adonan roti yang telah matang memanggil perempuan itu untuk mengangkat mereka, dan benar saja, perempuan itu menurutinya, takut-takut membuat dapur terbakar dan membakar pondok.

Kemudian dari kejauhan, ia mendengar sebuah suara juga, yang datang dari rerimbunan pohon apel. Mereka memanggil perempuan itu untuk memetik buah yang sudah banyak dan ranum, dan membuat tangkai mereka menjadi berat. Dengan telaten, perempuan itu memanen tiap apel yang ada di sana.

Sedang asyik-asyiknya memanen apel, seorang perempuan paruh baya menyentuh pundaknya dan menawarkan pada dirinya untuk makan dan menginap. Perempuan pemintal benang tadi tidak menolak, ia justru menginap sampai entah beberapa hari kemudian, tiba saatnya ia mengatakan pada perempuan pemilik pondok itu bahwa ia ingin pulang.

Karena tersentuh dengan bantuan dan kebaikan perempuan tersebut, pemilik pondok memberikan alat pemintal yang telah jatuh ke dalam sumur, dan saat mereka berdiri di tengah padang rumput, perempuan itu hanya bisa melihat kegelapan, setelah akhirnya ia merasakan air membasahi tubuhnya.

Begitu saja hingga ia tiba-tiba sudah berada di sisi sumur, basah kuyup, dan setiap tetesan air yang terjatuh dari tubuhnya berubah menjadi koin emas. Ibu tirinya yang melihat hal aneh itu terkejut dan menuduh bahwa anak tirinya telah hilang dan selama ini menjadi penyihir, dengan cepat ia menyekap anak tirinya itu ke dalam kamar, lalu ia memanggil anak kandungnya.

Tak disangka, sang ibu tiri ternyata memiliki pemikiran lain, ia menyuruh anak kandungnya untuk membawa alat pemintal itu dan masuk ke dalam sumur, sambil berharap bahwa anaknya juga mendapatkan banyak emas.

Si anak sendiri setuju dengan hal itu, jadi tanpa pikir panjang, ia menceburkan diri dengan membawa alat pemintal tersebut sementara sang ibu menunggu di luar sumur.

Namun, satu hari, dua hari, beberapa hari telah terlewati sampai si ibu merasa gelisah karena anaknya tak kunjung muncul. Ia menengok ke dalam sumur dan betapa hancur hatinya saat melihat sang anak sudah telentang mengambang di permukaan air. Karena terlalu larut dalam kesedihan, sang ibu pun memutuskan untuk bergabung dengan anaknya ke dalam sumur.

Sementara si perempuan pemintal benang tadi hanya bisa melihat sumur itu dari kejauhan sambil menangisi kehancuran keluarganya, dan setiap tangisannya berubah menjadi emas.

*

“Apa yang mereka tabur, mereka akan mendapatkannya,” ujar Jacob sambil mengetikkan kata “Selesai” di akhir cerita.

Aku mengangguk. “Benar.” Menyetujui tanggapan Jacob.

*

Diceritakan ulang dari Frau Holle di mana dongengnya ditulis oleh Grimm Bersaudara.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top