29* I Will Protect You, Always

Apa yang dipikirkan Kala sih?! Kenapa dia tanpa pikir panjang langsung melompat ke depanku menerima kutukan Snowin? Aku tidak tahu dampak serangan halus barusan, namun aku yakin itu berbahaya karena alam sekitar memperingatiku untuk menghindar.

Aku tidak sempat berpikir lanjut karena mengaktifkan kedua kekuatan sekaligus. Bagaimanapun aku harus fokus mengusir araganal-araganal menyebalkan ini!

Aku menaikkan tingkat konsentrasi.

Pertama, tanah berguncang pelan. Kedua, pepohonan, padang perdu, bunga-bunga, tumbuh secara serentak. Alam liar seolah hidup, melakukan perlawanan. Mereka mulai menembaki para Araganal dengan ranting tajam. Hewan-hewan di hutan juga ikut menyerang, melempar buah kenari. Ricuh.

"Apa yang...?" gumam Oceana bingung.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya hutan memiliki kesadaran dan mengusir kumpulan monster jelek itu!" Flamex mengepalkan tangan senang.

"Tapi..." Aquara mengernyit. Siapa yang mampu membuat hutan menjadi hidup?

Transfa muncul di sebelah Snowin yang mulai tenang karena terintimidasi oleh tekanan hutan. "Kita mundur dulu."

Snowin sempat melayangkan tatapan tajam padaku yang kuhiraukan sebelum akhirnya pergi bersama Transfa melewati portal, lubang berpindah milik Araganal.

"Sudah cukup, Dandi. Mereka semua sudah pergi. Lepaskan kekuatanmu."

Aku menghela napas panjang, menatap kedua lengan yang mulai dimakan urat-urat ungu menjijikkan. Ini selalu muncul ketika seseorang memakai kekuatannya terlalu berlebihan.

"Swift Growers kekuatan menumbuhkan, bukan menggerakkan." Kala berkata lagi, menatap wajahku yang kuyakin pucat pasi. "Verdandi, apa ada yang kau sembunyikan dari kami?"

Aku menelan ludah. Duh, aku tidak bisa bilang kalau aku Double Power karena aku sudah berjanji untuk merahasiakan kekuatan keduaku, termasuk ke Kala sekalipun. Yah, Kuni pengecualian karena kami dari Bumi.

Topik! Aku harus menukar topik pembicaraan!

"Oh iya! Kau, apa kau baik-baik saja?! Serangan terakhir Snowin mengenaimu, kan? Astaga Kala, kau seharusnya tidak melakukan itu. Kau tidak perlu melindungiku lagi. Aku bukan gadis lemah yang hanya bisa lari seperti dua tahun lalu. Aku sudah kuat. Gak percaya?"

Kala mengedikkan bahu. "Kau harus akurat."

Aku menggeram. "Baiklah, setahun 10 bulan. Hei, jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Aku tidak apa." Kala berdeham. "Lagian, mau kau kuat atau lemah, aku akan tetap melindungimu. Selalu. Kau yang minta, kan?"

"Itu sudah berlalu! Tidak usah repot-repot dan tidak usah diungkit!"

Kala melambaikan tangan, tidak tertarik menjawab. Dengan teknik barunya, dia pun menghilang dari hadapanku bersama angin. Aku penasaran sejak kapan dia bisa berteleportasi. Apa Parnox mengajarinya?

Eh, memangnya kekuatan-kekuatan dari Blessing Statue bisa dipelajari?

Intinya, Araganal berhasil dipukul mundur. Kalau saja aku masih punya stamina, aku ingin membuat hutan ini membuat perbatasan antara wilayah Fairyda dan Araganal—dalam artian aku bisa melakukannya.

Aku baru saja hendak terbang ke FA. Tidak sebelum Kuni mengontakku.

[Momoki, kau mendengarku?]

Aku tolah-toleh. Oke, disini sepi. Hanya aku dan pepohonan. "Kok lama banget sih?"

[Buku-buku yang membahas spirit-spirit sangat sedikit. Mana catatannya sudah usang dan tua. Perlu waktu menerjemahkannya.]

"Jadi bagaimana?"

[Daripada dikatakan sebuah ras, bangsa, suku, atau spesies, para spirit lebih cocok dipanggil bagian dari alam. Roh Angin diciptakan oleh pemampatan angin. Roh Air diciptakan oleh bagian terdalam lautan. Roh Salju diciptakan oleh batu kristal es paling biru dan paling dingin. Roh Api diciptakan oleh magma. Roh Tanah diciptakan dari mineral terkuat. Semua roh mendapatkan kehidupan dan kesadaran begitu terkena cahaya bulan purnama biru yang hanya muncul sekali 500 tahun.]

"Eh, hanya ada lima roh?"

Jelas-jelas di buku LOAP tertulis enam orang. Apa bukunya keliru? Tapi Rinvi bilang buku itu buatan Pohon Neraida yang mencakup seluruh data pengetahuan Asfalis.

[Tidak, masih ada satu lagi. Tapi spirit terakhir diciptakan lewat manusia yang dicintai alam.]

Sudah kuduga, ada enam spirit yang entah kenapa spirit keenam tidak terdeteksi oleh siapa pun. Diciptakan oleh manusia? How?

[Ada sesuatu yang menarik lho, Dandi.]

"Tadi kau panggil aku Momoki, sekarang Verdandi. Panggil satu-satu dong elah."

[Salah siapa punya banyak nama.]

Aku melotot—tentu Kuni tidak bisa melihatnya. Dia hanya cengengesan. [Dari keenam roh, yang mendapatkan kekuatan Sabaism alias Rumah Dewa hanya satu. Bisa tebak?]

Aku menelan ludah, samar mengangguk.

[Benar! Roh Angin adalah roh pertama yang dilahirkan oleh alam.]

*

Aku berbinar-binar melihat urat ungu mengerikan seperti ular hilang dari kedua lenganku. "Terima kasih, Rinvi! Aku tidak tahu apa namanya, tapi urat-urat itu menjijikkan."

"Kalau tidak tahu, mengapa kau memakai kekuatan secara berlebihan?"

"Keadaan genting sih," kataku cengengesan.

Linda bergabung ke perpustakaan sambil menghela napas berat. "Mau sebanyak apa Kahina dan Kala membuatkan ramuan, anak-anak yang terserang kabutnya Mista tidak bisa dibangunkan begitu saja. Sepertinya hanya Mista yang membatalkannya."

"Lho, bukannya kau bilang Kala tidak bisa menyihir lagi?" Aku mengernyit.

"Menyihir dan mengaduk ramuan pada dasarnya dua hal berbeda, Dandi. Si Tuan Eskrim itu masih tidak mau cerita?"

Aku menggeleng. Tadi sore pasca penyerangan Araganal, aku sempat bertemu Kala. Dia sibuk bolak-balik ke kamar kesehatan bersama Kahina dan Oceana membantu peri-peri yang tertidur karena kekuatan Mista. Aku bertanya kenapa dia tidak bisa menyihir lagi, namun dia abai. Mungkin timingnya kurang tepat.

"Aku bisa tanya kapan-kapan saat dia senggang. Para penyihir harus membantu yang lain dengan ramuan ajaib mereka. Tapi sebenarnya... aku sedikit penasaran sih. Kala kan penyihir kuat. Kok bisa begini akhirnya? Dia tidak mencoba mantra aneh-aneh, kan??"

Rinvi dan Linda saling tatap, mendesah.

"Dia itu kena segel oleh Tuan Halca."

Tubuhku menegang. "Disegel... Halca? KOK BISA?! Apa yang sebenarnya terjadi??"

Tak mungkin. Halca yang baik hati menyegel Kala? Pasti ada sebab-akibatnya! Aku tidak percaya Halca yang itu berbuat jahat.

Linda menggaruk kepala. "Kami juga tidak tahu detailnya. Ketika Utusan Dewa datang memberikan dunia duplikat yang kita tempati saat ini ke Tuan Aran dan Nona Amaras, dia menanyakan tentangmu ke Kala. Kala tidak menjawab, membiarkan Tuan Halca berpikir sendiri. Lalu dia mengatakan sesuatu bernama 'Bumi'. Setelah mendengarnya, Kala segera menyeretnya ke tempat sepi."

Tenggorokanku terasa kering. Halca...! Kenapa kau keceplosan sih?! Pantasan Kala jadi agresif karena dia pasti meminta (memaksa) Halca untuk membuatkan portal ke Bumi.

"Lalu? Apa yang terjadi?!"

"Kala lah yang memulai perselisihan itu. Mereka terlibat pertarungan sengit walau sudah dicegah Tuan Aran. Awalnya Kala memenangi pertarungan itu. Tuan Halca dibuatnya terkapar di tanah. Hingga tiba-tiba boom!!!, kepribadian Tuan Halca berubah.

"Seseorang keluar dari tubuhnya, sosok yang sangat mirip dengannya hingga kami berpikir itu kembarannya. Lalu Rinvi memberitahu kalau Tuan Halca adalah keturunan Klan Iblis, terlebih berdarah Bangsawan Iblis. Dan sosok mengerikan itu adalah mode iblisnya."

Rinvi mengusap wajah. "Aku tahu dari warna matanya. Merah pekat seperti darah."

"Selanjutnya bisa ditebak. Sisi iblis Tuan Halca menyegel Kala. Kekuatannya sungguh luar biasa, mampu menghancurkan gunung hanya dengan ayunan tangan. Dia bahkan nyaris meluluhlantakkan Fairyda."

Inilah mengapa Klan Iblis menjadi nomor satu di hierarki Asfalis. Kekuatan-kekuatan penduduk di klan itu di luar nalar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top