-[ D A Y 6.0 ↬ INUYASHA × KAGOME ]
Fluff Week Pungut Project
Theme: Study Date / Picnic
Inuyasha x Kagome
[InuYasha]
Lokal AU!
All Human!
Ada kalanya, yang mengerikan untuk anak sekolahan bukanlah hari Senin.
Ada kalanya, yang meresahkan bukanlah amanat pembina upacara yang lamanya seperti menunggu kucing bertelur.
Ada kalanya pula, yang membuat kesal bukanlah guru matematika yang datang ketika hari terserang badai serta hujan.
Semua itu tidak ada apa-apanya bagi Inuyasha jika dibandingkan dengan remedial ujian. Masih untung jika yang diremedial hanya satu, atau dua. Lah, ini hampir semuanya!
Kadang laki-laki itu berfikir, mengapa kakaknya bisa menjadi juara umum di sekolah sedangkan dirinya goblok? Dunia ini sungguh tidak adil.
"Ngerokok lagi lo?"
Satu pertanyaan mengalihkan atensi Inuyasha dari penghasil nikotin yang ada di tangannya. Ia menatap gadis bersurai malam itu jutek, "Iya, kenapa?"
"Cuman nanya." Perempuan ber-name tag Kagome Higurashi menghampiri teman sekelasnya sekaligus teman masa SMP-nya. "Tapi, yah ... yang namanya ngerokok tuh pastinya bahaya. Apalagi usia lo masih muda gini. Tapi terserah, sih."
"Iya, orang tua." Inuyasha membalas tanpa menatap lawan bicaranya. Kagome kesal, namun tidak boleh emosi, yang dihadapinya ini Inuyasha. Bocah SMA bebal tukang melanggar aturan. Mentang-mentang anak pemilik sekolah.
"Intinya, sih, Kag, lo ngelarang Inuyasha buat ngerokok secara tidak langsung."
Suara seorang wanita mengisi keheningan yang tengah dialami dua insan. Perempuan tersebut keluar dari tempat persembunyiannya, bekas gudang yang ada di bagian paling belakang sekolah. Ia membuang puntung rokok yang ada di tangannya setelah itu.
Sontak, mata berisi manik cokelat Kagome membulat, menggambarkan rasa kaget, "Lo anggota OSIS, lho, Kyo."
"Jangan bilang siapa-siapa, nanti gue kasih cilok," ucap Kikyo, sembari berniat meninggalkan. Namun kemudian, dia berbalik, tatapannya tertuju pada Inuyasha, "Kalo lo punya niatan buat naik kelas, minta Kagome yang ranking 2 noh buat ngajarin apa yang ga lo ngerti."
"Hm." Inuyasha menjawab seolah tak peduli.
Sedangkan Kagome menunjukkan sorot tak terima, "Kenapa ga sama lo aja yang ranking 1?!"
"Ogah, ah. Anaknya ngeselin. Nanti gue jajanin, kok, Kag."
Saudari dari Kagome Higurashi kembali berbalik untuk meninggalkan. Namun, segera terhenti karena sebuah suara yang memanggilnya.
"Btw, Kyo. Ciloknya yang lima rebu, ya! Jangan lupa mie ayam!"
"Y."
Setelah percakapan dua saudari itu, kedua manusia kembali dilanda keheningan. Kagome hanya berniat untuk melihat Inuyasha, sedangkan Inuyasha sendiri tidak berniat memulai obrolan.
Sampai akhirnya, lelaki tersebut membuang puntung rokok, dan menoleh ke arah teman perempuannya.
"Jadi, kapan?" tanyanya sambil menopang dagu dengan tangan bertumpu pada tembok penghalang.
Kagome membalas tatapan Inuyasha, "Apanya?"
"Belajarnya lah."
"Owalah, serius ternyata."
"Ck! Kapan?"
"Pulang sekolah juga bisa. Btw, pelajaran yang bakal lo remedial apa aja?" tanya sang gadis sambil bersandar.
Manik hitam Inuyasha bergerak ke arah kanan atas, berusaha mengingat sesuatu, "Matematika ... Terus fisika, sejarah, kesenian, bahasa, sama ... kewarganegaraan."
Perempuan yang mendengar deretan pelajaran yang harus Ia terangkan menyorotkan senyum menahan kesal, "Mau ngajak gelut bilang aja."
*
"Vektor U bernilai 2,2 , sedangkan vektor V bernilai 4,1 , karena perintahnya dikurangkan, maka a1 alias nilai 2 dari vektor U dikurangi dengan a2 atau 4, sedangkan b1 yang bernilai 2 dikurangi oleh b2 bernilai 1 yang ada di vektor V. Gampang, 'kan?"
Inuyasha menatap buku berisi rumus di hadapannya mengangguk, tanda mengerti, "Jadi hasilnya ... -2,1?"
"Itu bisa!" seru Kagome yang sontak membuat pengurus perpustakaan menoleh ke arahnya, mengisyaratkan untuk tetap tenang. Gadis itu akhirnya menghela nafas, guna merendahkan nada bicaranya, "Lo tuh sebenernya cukup cerdas. Cuman males aja. Terus suka bolos. Udah gitu, ga nanya-nanya soal sekolah lagi ke temen-temen yang lain."
Sang lelaki menurunkan pandangan, "Emang gue punya temen?"
Mendengar hal tersebut, Kagome menarik daun telinganya gemas, "Lo anggap gue apaan, hah?!"
"Makhluk astral."
Bisa diperkirakan, nasib Inuyasha sekarang cukup buruk. Tanda merah berbentuk tangan tercetak jelas di pipinya akibat pukulan pelan seorang putri keluarga Higurashi.
Laki-laki tersebut mengusap wajahnya, "Canda doang, anjir!"
"Selera humor lo jelek!"
"Lo nya aja yang ga bisa bercanda," gumam Inuyasha yang masih bisa didengar oleh Kagome, namun tidak dipedulikan sama sekali.
Karena itu, mereka kembali dikuasai keheningan. Kagome sibuk dengan pulpen di tangannya. Wajah halus berbingkai helaian malam itu diterangi cahaya senja yang menyusup lewat jendela. Raut polos serta binar dalam manik sewarna batang pohon miliknya bisa menarik perhatian banyak siswa di sekolah. Yang mana Inuyasha tak menyukai hal itu.
Pandangan suka serta tertarik yang tertuju pada Kagome sangat dibenci oleh Inuyasha. Ia tak tahu jelas mengapa dirinya bisa merasakan hal itu.
Ia juga tak tahu mengapa tak bisa melihat Kagome sebagai teman atau sahabat. Sekalipun orang-orang mengatakan bahwa mereka memiliki hubungan pertemanan yang baik, namun lelaki itu tetap tidak bisa melihat Kagome hanya sebagai teman. Seolah ada yang mengganjal dalam hatinya kala Inuyasha tahu bahwa hubungan mereka tak lebih dari sekedar teman.
Kadang, dia bertanya pada dirinya sendiri, hubungan dengan Kagome seperti apa yang Ia inginkan sebenarnya?
"Yang gak lo ngerti sekarang bagian apa? Vektor udah, tinggal ...."
Inuyasha yang lamunannya buyar segera memfokuskan pikiran pada buku di hadapannya, "Logaritma."
Kagome terdiam ketika halaman demi halaman dibalik menuju bagian logaritma, sangat terasa aura kebingungan yang mengelilingi gadis itu.
"Gue cuman tahu definisinya doang."
"Sama," jawab Kagome sambik tersenyum tegar.
"Lah?"
Pandangan sang gadis terangkat, dengan senyum tabah yang tak kunjung dilepas, membuat Inuyasha sedikit terheran, "Kita belajar ini sama-sama aja, ya? Soalnya pas bagian logaritma, gue juga salah semua."
Laki-laki di hadapannya membuang nafas, rupanya Kagome juga sama.
Pada akhirnya, Inuyasha yang tadinya berhadapan dengan sang gadis kini beralih menjadi berada di sampingnya. Membaca kata demi kata dengan Kagome agar mendapat pencerahan dalam buku yang menjadi musuh kebanyakan siswa.
Sesungguhnya, Inuyasha merasa tidak apa-apa jika nilainya dibawah rata-rata, karena Ia akan tetap naik kelas nanti.
Namun, sebuah fakta bahwa dirinya bisa melihat setiap inci dari wajah gadis satu ini segera menyadarkannya. Menghadapi puluhan rumus sepertinya tidak buruk jika bisa bersama dengan Kagome Higurashi, sosok yang masih mau menemaninya serta mengkhawatirkannya, berdua saja.
Tanpa sadar, sebelah tangan Inuyasha terangkat, mengusap surai halus nan harum yang ada di dekatnya, "Thanks."
Menyadari usapan itu, wajah Kagome seketika merona, "Apaan, sih?!"
End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top