-[ D A Y 3.0 ↬ AMANE × NENE ]
Fluff Week Pungut Project
Theme: Vacation / Cuddle
Amane x Nene
[Jibaku Shounen Hanako-kun]
AU!
Suara perpaduan antara cangkir dan meja kayu mengisi ruangan hening yang masih diterangi dengan remang-remang lampu belajar. Sosok laki-laki yang masih berkencan dengan setumpuk kertas serta layar komputer menoleh ke arah penyebab suara.
"Terimakasih, Nene," ucapnya sambil tersenyum kepada wanita di sampingnya, lalu kembali melaksanakan tugas.
Orang yang dipanggil Nene mengangguk pelan, "Pekerjaanmu masih banyak, ya, Amane-kun?"
"Begitulah, sekolah sedang mengadakan ujian praktek ...." Amane menjeda kalimatnya untuk menyeruput teh barang sejenak, "Kau belum tidur? Sekarang sudah pukul 11 malam, lho."
Nene menggeleng, "Sebentar lagi aku tidur."
"Cepatlah, nanti kau sakit."
Tanpa ada respon lagi, istri dari Yugi Amane berbalik. Surai cream-nya bergoyang sesuai alur jalan, diikuti dengan tatapan dari kelereng sewarna bunga matahari sampai akhirnya punggung sang wanita hilang ditelan pintu kamar mandi.
Di balik pintu tersebut, Nene menggumam, "Harusnya kau perhatikan lebih dulu kesehatan dirimu!"
Amane yang sangat sibuk akhir-akhir ini membuat sang istri sedikit cemas. Ada kalanya pria itu tidur ketika jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Nene perkirakan, waktu Amane tidur selama 4 hari ini rata-rata adalah 3 jam per hari. Pemilik manik magenta sendiri tak yakin bahwa suaminya mengingat janjinya kalau Ia akan menemani Nene untuk menonton film meskipun hanya di rumah saja.
Baiklah, itu tidak penting sekarang. Yang perempuan tersebut khawatirkan hanyalah kesehatan Amane!
*
Denting suara perpaduan sendok serta alat makan lainnya mengisi dapur kecil apartemen yang kini telah ditempati pasangan Yugi selama satu tahun lebih ini.
Amane, dengan kelopak mata hitam yang tak kunjung hilang menghampiri meja makan. Tampak kantong bekal-nya tersusun rapi diatas meja. Ia mengambilnya, lalu berjalan menuju Nene yang sedang mencuci piring.
Tangan laki-laki itu terangkat, mengusap kepala berambut halus panjang milik istrinya, "Terimakasih. Aku berangkat, ya!"
Mendengar kalimat tersebut, Nene menoleh cepat, "Eh? Sepagi ini?!"
"Iya, agar pekerjaanku cepat selesai," jawab Amane. Tak lama kemudian, Ia mengecup singkat kening wanita di hadapannya, "Tunggu aku, ya!"
Nene mengangguk, sebagai jawaban. Setelah melihat reaksi istrinya, Amane berbalik, berjalan menuju pintu keluar diikuti dengan pandangan dari kelereng merah kepunyaan sang wanita.
Menatap kepergian pria bersurai gelap itu, Nene hanya bisa berharap bahwa tidak ada kekacauan di sekolah tempat suaminya bekerja sampai membuat Amane lebih sibuk lagi.
Walau bagaimanapun, Nene adalah istri dari Yugi Amane. Dia menginginkan waktu dan perhatian suaminya juga. Rasanya sedikit tidak nyaman kalau Amane lebih sibuk berdua bersama tugasnya dibanding dengan dirinya yang benar-benar hidup dan bergerak.
Ya intinya, penyandang gelar istri dari keluarga Yugi merasa cemburu dengan setumpuk kertas serta tugas dalam layar komputer.
*
"Aku pulang!"
Seruan tersebut datang bersamaan dengan bunyi tabrakan antara pintu dengan dinding. Jam yang masih menunjukkan pukul 3 sore membuat sosok dalam rumah dengan surai cream yang masih basah berjalan cepat menghampiri asal suara.
Barang dirinya sudah sampai di tempat tujuan, sebuah senyuman cerah menyambutnya hangat. Antara senang atau heran, Nene menghampiri Amane dan bertanya, "Lho, katanya kau pulang terlambat lagi hari ini?"
Amane yang masih berbalut jas lab segera memeluk istrinya erat dari samping, "Kejutan!" Setelah itu, Ia mengusap rambut Nene gemas, "Ujian praktek sudah selesai. Tidak ada pekerjaan di rumah lagi untuk beberapa hari ke depan."
Nene menghela nafas dan tersenyum. Ia kemudian membalas pelukan tersebut. Sudah dua hari berlalu semenjak Ia mulai khawatir. Namun sekarang, semua kecemasan itu sirna. Nene yakin Amane baik-baik saja dan tidak akan sakit. Bisa dilihat dengan senyum semangat 45 yang sepertinya diakibatkan oleh semua tugas yang sudah selesai.
"Syukurlah," gumam perempuan tersebut lega.
Tak lama kemudian, pria itu melepaskan dekapannya, "Setelah ini, kita liburan, ya! Kau mau kemana? Bioskop? Aquarium? Ah, iya, aku ingat kau mau nonton film bersama. Jadi ...."
"Amane-kun, aku ingin di rumah saja."
Satu kalimat itu sontak membuat sorot bertanya dari manik kuning Amane tertuju pada istrinya. Tumben dia ingin di rumah.
Menyadari tatapan tersebut, Nene menarik nafas, "Kau harus istirahat, aku lihat Amane-kun kurang tidur akhir-akhir ini. Aku tidak mau kau jatuh sakit."
"Jangan remehkan ketahanan tubuhku," ujar Amane, sambil mem-pout-kan bibirnya. Tidak mau jika hanya demi dirinya, perempuan tersebut menahan keinginannya.
"B-bukan seperti itu! Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, berdua saja .... Ya?" mohon Nene sambil tersenyum lebih lebar.
Muka ngambek pria di hadapan Nene seketika berubah, "Baiklah!"
"Soal film ... boleh kita tonton malam ini?"
"Tentu saja, sayang."
*
Cahaya layar televisi menjadi satu-satunya penerangan yang ada dalam ruangan tengah. Semua lampu di ruangan tersebut dimatikan, untuk menambah suasana, katanya. Berhubung film yang ditonton adalah film horror. Kebetulan sekali Nene membeli kaset film terbaru.
Suara langkah kaki ringan seolah tak didengarkan oleh Nene. Ia terfokus pada alur cerita film bergenre favoritnya.
"Aku disini."
Tubuh Nene merinding seketika, hampir saja dia berteriak kalau tidak menyadari sentuhan yang sangat dikenalnya mengenai pundak.
Nene menoleh ke belakang sofa, "Amane-kun!"
Tawa renyah menjadi penetral suasana tegang yang diakibatkan oleh musik seram pendamping film horror. Tak lama kemudian, Amane ikut duduk di sofa sambil menyimpan camilan dan ikut menyelimuti tubuhnya dengan selimut ringan, berdekatan dengan Nene.
"Jangan marah, dong! Aku hanya bercanda." Amane menarik pundak Nene, agar wanita tersebut bisa bersandar padanya.
"Iya, iya!"
Sang laki-laki tersenyum lagi tanpa sepengetahuan Nene. Tangan yang tadinya ada di pundak, kini beralih pada kepala. Memainkan surai cream halus nan panjang, terkadang menyisirnya secara asal untuk sejenak.
Kala suasana makin mencekam, Nene semakin mendekatkan diri kepada suaminya. Ada kalanya Ia menutup mata. Membuat Amane tertawa dalam hati. Suka film horror, tapi takut untuk menontonnya. Alhasil, Amane hanya bisa beralih posisi menjadi memeluknya dengan kedua tangan.
'Lucu.'
Ketika televisi dimatikan, pandangan dari kelereng kuning beralih pada sosok sang istri yang kini telah terbang menuju alam mimpi.
Hangatnya pelukan yang sudah satu minggu ini tak didapat membuat Nene terlelap dengan cepat. Seolah pelukan tersebut mengalihkan rasa takut.
Secara perlahan, sebelah tangan Amane menyingkirkan rambut dari wajah Nene. Tak lama setelah itu, kantuk menyerang. Tanpa sadar, pria itu tersenyum kecil sebelum ikut menutup mata menuju alam mimpi bersama istrinya yang masih Ia dekap.
Liburan di rumah untuk beberapa hari ke depan sepertinya tidak terlalu buruk.
End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top