•; 𝔻𝕒𝕪 07
Free ( Movie Night )
Jibaku Shounen Hanako kun © Iro Aida
Fujimoto Rose © Ostribae_
Yugi Amane x Fujimoto Rose (OC)
Modern!AU
.
.
.
.
Sudah berapa lama kiranya dia lembur? Sejak semalam, dia asik berkutat dengan tumpukan berkas serta laptopnya. Hanya tidur 2 jam yang lalu, begitu bangun, dia langsung membersihkan diri dan kembali berkutat dengan laptopnya.
Sebenarnya, aku sedikit kesal karna hal itu, padahal ini akhir pekan, tapi dia malah sibuk bercumbu dengan berkas-berkasnya. Sejak kemarin, aku berusaha untuk memaklumi kesibukannya, tapi pada akhirnya jiwa clingy ini tidak sanggup dibendung lagi.
"Aku laperr ...."Keluhku sedikit mengeraskan suara karna ingin Amane berhenti fokus dengan laptopnya dan mulai memperhatikanku.
"Yaudah makan atuh ay."
"Gamau, ih Amane mah."
Aku mendengus lalu duduk di pangkuannya dalam posisi menghadap wajahnya, Amane menatapku lalu tertawa karna aku menghalangi pandangannya kearah laptop.
"Jadi ayangku mau di perhatiin gimana hm~?"Goda Amane menangkupkan tangan di kedua pipiku, aku menggembungkan pipi lalu mendengus. Sebenarnya jantungku sudah berdegup tak karuan karna smirk andalan Amane itu, tapi aku harus menahan diriku agar tidak salah tingkah atau dia akan semakin menjahiliku.
"Dibilang aku laper dih."
"Yaudah, aku gopud in ya??"
"GAMAU!"
"Tadi katanya laper?"
"Ya tapi gamau gopud."
"Mam diluar?"
"Gamau, mager."
"Terus apa dong?"
"Peka dikit napa, elah."
Amane tertawa mengacak suraiku gemas lalu mencium keningku, kebiasaannya yang tak pernah hilang semenjak kami berpacaran. Amane melirik tumpukan berkasnya, sebelum akhirnya menatapku lagi dengan cengiran khasnya.
"Yaudah iya ayang abis ini aku masakin, bentar ya? aku kelarin dulu ini, satu berkas lagi."
"AYANG, KAMU BELOM MAKAN DARI SIANG, UDAH ITU NANTI AJA BERKASNYA YA GUSTI!"
"Tapi Ay—"
"GA ADA TAPI-TAPI! CEPET BIKININ MAKAN, KALO GAGITU KAMU GAMAU MAKAN SOALNYA."
"Ayang, satu lagi yah please???"Renggek Amane memelukku, aku mendengus menggeleng kuat-kuat. Aku tidak mau dia sakit hanya karna sibuk mengerjakan tumpukan tugas murid-muridnya itu.
Amane memang sering melupakan jam makannya ketika sibuk dengan tugas gurunya, apalagi jika sedang akhir semester begini. Aku bahkan kadang harus mengomelinya beberapa kali agar dia mau istirahat sejenak.
"Kamu kalo lanjut, aku ngambek."
"Astaga, jangan dong Ay! kamu klo ngambek nanti gamau meluk aku soalnya."
"Biarin, susah sih dibilangin suruh makan."
Amane menghela nafas, pada akhirnya dia pun menutup laptopnya dan mencium pipiku. Pada akhirnya dia menyerah dan mengalah padaku, karna dia tidak akan betah jika nanti tidak mendapat jatah cuddle nya. Memang dasar bayi besar.
"Yaudah deh, kamu mau dimasakin apa?"
Aku tersenyum sumringah, akhirnya dia mau mendengarkan ucapanku. Amane bangkit untuk meraih celemeknya lalu membuka kulkas, mengecek apa saja yang tersisa didalam sana.
"Nasi goreng yang pedes banget, aku lagi pengen pedes-pedes."
"Oke sayang, bentar ya~"
Aku mengangguk antusias, membiarkan Amane segera menuju dapur untuk memasak nasi goreng favoritku, butuh waktu sekitar 10 menit baginya untuk menuntaskan masakannya.
Semerbak aroma nasi goreng yang lezat seakan menggelitiki indra penciumanku, air liurku mulai berebut ingin menetes dan dengan cepat aku duduk di kursi makan.
"Pelan-pelan ya sayang, masih panas."
"Makasih ayangg~!"
Saat aku meraup satu sendok nasi goreng itu, aku mencecapnya beberapa kali, keningku berkerut, rasanya ada yang aneh, kutatap wajah suamiku itu yang kini menunjukkan senyum jail diparas tampannya.
"Enak ga~?"
"Ah Amane nyebelin! ini ga dikasih cabe ya? Ga pedes!"
Amane tertawa mengacak suraiku gemas, kebiasaan! Padahal, sejak tadi aku sudah tidak sabar memakan nasi goreng pedas buatannya, tapi bukan Amane namanya jika tidak membuatku kesal karna tingkahnya.
Ini bukan pertama kalinya Amane mengusiliku seperti ini, pernah suatu ketika dia sengaja tidak memberi gula pada kue buatannya dan sudah pasti dia tertawa puas melihatku kesal karna kuenya tidak manis, melainkan Amane malah memberinya garam hingga kuenya sangat asin.
Tapi, pada akhirnya, dia sudah membuat kue baru untuk mengganti kue asin yang sudah dia sediakan untukku.
"Sengaja~"
"NYEBELIN BANGET SIH, GATAU APA AKU LAPER BANGET?!"
"Lho kok ngamok?? udah atuh, jangan ngambek terus, lucu ih pipinya penuh nasi goreng gitu~"
Aku mendengus. Jujur saja, aku kesal tapi disatu sisi lidahku enggan menyudahi cita rasa nasi goreng buatan suamiku itu, rasanya gurih dengan sedikit asin bercampur manisnya kecap, ditambah Amane selalu menambahkan beberapa potong sayuran yang menambah rasa lezatnya.
Singkat cerita, kami menghabiskan semua nasi goreng masing-masing. Setelah makan, aku memutuskan untuk melanjutkan Genshinku, mengabaikan Amane yg sibuk menduselkan kepalanya di pangkuanku.
"Ayang ih, udahan ngambeknya."
"Berisik, sana kerja."
Bukan Amane namanya jika tidak semakin gencar menggodaku, pria itu beralih memainkan suraiku- mengepang lebih tepatnya, kebiasaan khasnya yang tidak pernah hilang.
"Kamu gausah usil napa, ah! Ganggu aku main!"
"Ayang kok beneran ngambek sih?!"
Aku diam, sebenarnya aku tidak benar-benar marah, aku hanya ingin sedikit mengusilinya, tapi sepertinya aktingku berhasil.
Amane terus menggangguku dan mengajakku bicara, tapi aku tetap berusaha menunjukkan wajah datar serta menganggap ucapan Amane sebagai angin lalu.
Karna aku tak kunjung merespon, Amane akhirnya bangun dari pangkuanku dan masuk kekamar, tak lama kemudian dia keluar dari kamar sambil berbalut jaket, Amane mencium sekilas keningku seperti biasa jika akan keluar rumah.
Aku tak bertanya, kok dia malah pergi?
Aku berusaha tetap acuh, tidak mengejarnya atau berteriak untuk bertanya kemana dia akan pergi, melainkan aku tetap berfokus dengan gameku.
Apa aku keterlaluan ya?
— Sejam kemudian ....
Aku mulai jenuh menunggu dan hanya berguling-guling diatas karpet ruang tamu yang empukku, manik rubyku sesekali memandangi jam dinding. Dengan sedikit gelisah aku menunggu kepulangan suamiku yang menyebalkan itu.
"Duh, udah jam segini anjir, ni anak kemana sih."
Tak berapa lama, aku mendengar pintu rumah dibuka, aku buru-buru menyembunyikan wajah didalam bantal, kudengar suara kekehan khasnya. Sesuatu yg hangat menyentuh kulit tanganku, aku sedikit terkejut lalu mendongak.
"Apani?"
"Ayam geprek favoritmu, dah sana makan! Tadi aku pilihan yg level max, mamam noh pedes."
Aku tersenyum sumringah seraya bangkit, tak lupa kupeluk erat Amane dan kucium pipinya, pria itu bersemu namun kemudian tersenyum.
"MAKASIH AYANGG!!"
"Iya sama sama sayang, dah jangan ngambek, rumah sepi kalo kmu ngambek"
Aku menunjukkan cengiranku. Amane berlalu menyalakan TV ruang tamu lalu memasukkan sebuah CD ke DVD player, aku mengerutkan alis.
"Mau nonton apa?"
"Tadi aku beli CD film action baru, mumpung kamu lagi makan, aku temenin sambil Movie Night ya?"
Aku tersenyum mengangguk, Amane membalutkan selimut pada tubuh kami. Semalaman kami asik mengobrol sembari menonton TV, hingga tanpa sadar aku terlelap dengan posisi bersandar di pundaknya.
Amane tersenyum mencium keningku lalu dengan hati-hati menggendongku ke kamar, aku tak bereaksi dalam gendongannya dan justru menyamankan diri dalam dekapannya.
"Oyasumi, Rose."
Sebuah kecupan singkat hingga di keningku, sesaat kemudian, aku merasa Amane memelukku erat. Aku tersenyum menyamankan diriku.
Mungkin, lain kali aku ingin mengerjainya lagi seperti tadi.
— [ L O A D I N G complete .... ] —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top