•; 𝔻𝕒𝕪 05

̶P̶̶h̶̶o̶̶t̶̶o̶̶g̶̶r̶̶a̶̶p̶̶h̶ | Future
Tears of Themis © Hoyoverse
Luke Pearce x Rosa (MC)
Modern!AU

.
.
.
.

Kertasnya masih kosong, masih seperti saat gurunya memberikan kertas tersebut padanya. Pemuda itu sedikit mengacak surainya, apa yang harus dia tulis?

Semakin dipikirkan, kepalanya semakin panas, kelas sudah semakin sepi, tapi tak ada yang terlintas di kepalanya. Pemuda bersurai coklat itu menghela nafas, memejamkan matanya beberapa saat.

"Luke? Kau belum pulang?"

"Ah Rosa, kau sudah selesai dengan klubmu?"

"Ya, aku baru saja selesai. Ayo kita pulang!"

Luke mengangguk, memasukkan kertasnya ke dalam tas dan berlari-lari kecil mendekati Rosa yang kini berdiri di ambang pintu.

Selama perjalanan pulang, Luke tak banyak bicara, hanya menanggapi cerita Rosa beberapa kali. Pikiran Luke masih penuh soal kertas itu, Luke menatap Rosa sesaat.

Kira-kira, apa yang Rosa pilih untuk kertas itu ya?

"Rosa, apa kau sudah mengisi kertas itu?" Tanya Luke akhirnya setelah sekian lama bungkam.

"Hm? Sudah, bagaimana denganmu?" Jawab Rosa yang kini penasaran dengan jawaban Luke.

Luke menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan cengiran canggungnya, "belum sama sekali, aku belum terpikirkan apapun."

"Astaga Luke, bagaimana bisa kau belum mengisinya sejak kemarin? Memangnya kau tidak ada tujuan untuk kuliah?"

Luke tertawa hambar, "aku benar-benar tidak ingat soal kertas itu, aku bahkan ingin mengosongkannya saja."

Rosa mencubit pipi Luke gemas, lalu berkacak pinggang memberi tatapan marah karna Luke malah menyepelekan kertas yang menurutnya penting itu. 

"Maaf maaf, aku tidak bermaksud menyepelekannya tapi aku benar-benar tidak terlintas apapun soal cita-citaku." Ucap Luke menangkupkan tangannya sambil menunjukkan cengiran khasnya, Rosa mendengus.

"Huft, yasudah tidak apa-apa, kau pikirkan baik-baik, toh pengumpulannya masih 2 minggu lagi," Rosa menatap Luke tajam "kau tidak boleh menyepelekan itu Luke, kau ini punya banyak kelebihan yang bisa kau manfaatkan untuk banyak hal di masa depan."

Luke tersenyum kikuk lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela lorong sekolah mereka. Sejujurnya, Luke tidak pernah memiliki tujuan jangka panjang, selama ini dia hanya berpikir bisa terus menjaga Rosa. Tapi, Rosa benar, dia tidak boleh menyepelekan soal ini, karna bagaimana pun, hidupnya tidak akan selalu berporos pada Rosa dan dia tidak boleh menyia-nyiakan kelebihannya.

— 🦋 —

Hari ini, Luke sedang menyibukkan diri dengan membaca ulang buku-buku sherlock favoritnya, hingga Rosa penasaran, apa saja yang pemuda itu lakukan hingga berdiam diri cukup lama di kamarnya.

"Luke? Kau sibuk?"

Luke yang awalnya sedang berfokus dengan novelnya pun segera meloncat dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya, "hai Watson! Bagaimana belajarmu?"

"Aku mulai sedikit jenuh, karna itu aku kemari, apa aku mengganggumu?"

"Tidak kok, aku hanya sedang membaca ulang novel Sherlock holmes. Kau ingin keluar jalan-jalan?"

"Hmm, sepertinya bukan ide buruk! Aku ingin mencari udara segar agar bisa fokus belajar lagi."

Luke terkekeh lalu menyambar jaketnya, "kenakan jaketmu Rosa, diluar dingin! Aku tidak ingin kau sakit."

"Ah kau benar, baiklah, tunggu aku dibawah."

"Siap Watson!"

Luke berlari-lari kecil menuju ruang tamu, Rosa segera menuju kamar untuk mengenakan baju yang sedikit tebal. Saat akan keluar kamar, Rosa menyambar 2 scarf dari lemari bajunya. Udara sangat dingin diluar, Luke pasti melupakan scarfnya.

"Keluar dengan Luke?"

Suara lembut wanita paruh baya dari ambang pintu dapur menghentikan langkah Rosa, gadis bersurai coklat sebahu itu mengangguk dan tersenyum.

"Hanya mencari udara segar, kami akan pulang sebelum petang."

"Baiklah, hati-hati dijalan sayang."

Rosa mengangguk, gadis itu berlari-lari kecil menghampiri Luke yang sedang memainkan sebuah daun kering, "apa aku lama?" tanyanya.

Luke menggeleng dan tersenyum. "Baiklah, ayo berangkat."

"Tunggu!" Rosa membalutkan scarf yang dibawanya lalu melilitkannya di leher Luke dengan rapi. Luke sedikit bersemu, pipinya menghangat hanya karna hal kecil yang Rosa lakukan.

"Kau melupakan scarf-mu, jadi pakai punyaku dulu." Ucap Rosa, Luke terkekeh.

"Terima kasih Rosa, jadi, bisa kita berangkat sekarang Rosa?" Tanya Luke mengulurkan tangannya pada Rosa.

Rosa tertawa kecil lalu mengangguk, menerima uluran tangan Luke. Selama perjalanan mereka asik membincangkan keseharian mereka di sekolah atau saling bertukar candaan.

"Bagaimana rencanamu setelah ini?" Tanya Rosa, Luke tersenyum kikuk, karna khawatir setelah ini Rosa akan mengomelinya habis-habisan.

"Kurasa aku akan mengambil jurusan farmasi saja."

"Eh? Kenapa tiba-tiba—"

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja aku terinspirasi orang tuamu, lagipula, tidak ada salahnya mencoba 'kan?"

Rosa menghela nafas, bisa-bisanya dia mencoba jurusan kuliah seperti mencoba sebuah makanan. Padahal Rosa tahu, itu bukan jurusan yang mudah. Rosa menatap Luke, ah, apa yang Rosa khawatirkan? Dengan otak seperti Luke, harusnya itu hal yang mudah.

"Rosa?" Panggil Luke heran karna Rosa tiba-tiba terdiam, Rosa menghela nafas, wajahnya terlihat pesimis.

"Huftt, terkadang aku iri denganmu yang pintar itu, aku perlu belajar setengah mati untuk jurusan yang aku minati, sedangkan kau bisa asal memilih tanpa masalah." Keluh Rosa, Luke tertawa.

"Jangan pesimis begitu Watson, kau ini lebih pintar dari yang kau bayangkan kok! Aku yakin kau bisa masuk ke kampus yang kau impikan!"

Rosa tersenyum mengadahkan kepalanya memandangi arakan awan putih.

"Ngomong-ngomong, kau ingin ambil jurusan apa?" Tanya Luke, Rosa menggaruk pipinya menggunakan jari telunjuknya dan tersenyum canggung.

"Aku sebenarnya tidak terlalu yakin akan lulus, tapi aku ingin menjadi pengacara hehe." Rosa berhenti sejenak. "Aku ingin membela korban yang terjerat kasus kriminal karna tuduhan palsu belaka."

Wajah Rosa terlihat serius. "Melihat mereka yang kalah dalam persidangan karna orang-orang kaya yang busuk, membuat hati nuraniku sakit."

Rosa tersenyum mengepalkan tangannya, "karna itu, aku ingin menjadi pengacara yang bisa mematahkan stigma jika pengadilan adalah tempat yang penuh kebohongan."

Luke mengerjapkan matanya, menatap Rosa kagum, manik Zamrud gadis itu berkilat-kilat, terlihat keseriusan yang terpancar dari sorot matanya.

"Ah, aku jadi tahu ingin jadi apa di masa depan?"

"Eh? Sudah terpikirkan?"

Luke mengangguk mantap, "aku akan menjadi detektif yang membantu semua kasusmu!"

"Ehh?? Sungguh?!"

Luke kembali mengangguk dan tertawa menggenggam kedua tangan Rosa erat, "karna Watson-ku pasti membutuhkan Sherlock untuk menuntaskan semua kasusnya 'kan? Dan begitu sebaliknya!"

Rosa tersenyum, pipinya memanas, jantungnya berdegup kencang, tapi kini rasa gelisah akan masa depannya mendadak  sirna entah kemana.

Dengan Luke disisinya, Rosa yakin, halangan seperti apapun pasti bisa mereka lalui.

"Kalau begitu kau janji akan selalu disisiku 'kan, Tuan Sherlock?"

Luke terkekeh mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Rosa, "Tentu saja, Watson."

— [ L O A D I N G next chapter. . . ] —

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top