•; 𝔻𝕒𝕪 03
̶̶V̶̶a̶̶c̶̶a̶̶t̶̶i̶̶o̶̶n̶ | Cuddle
Genshin Impact © Hoyoverse
Childe (Ajax) x Lumine
Modern!AU
.
.
.
.
Kepalanya sudah pening sejak tadi, beberapa berkas terlihat bertebaran diatas meja kerjanya, entah sudah berapa kopi yang dia tenggak agar terjaga sepanjang malam. Rasanya, matanya semakin berat dan kopi sudah tidak bisa menghalau rasa kantuknya.
Sejujurnya, pria itu tak ingin membuang tenaga dengan mengambil lembur begini, tapi karna partner kerja— sekaligus istrinya tengah mengandung anak pertama mereka dan pria itu terlalu khawatir karna morning sickness pertama istrinya, hingga melarangnya bekerja.
Di tengah mengetik, tiba-tiba ponselnya berdering, dengan cepat dia mengangkatnya tanpa melihat nama pemanggilnya.
"Halo?"
"Ajax, kamu udah sarapan? Aku tadinya mau bawain makanan ke kantormu tapi mual banget, jadinya tadi aku nitip kurir, udah sampe belom?"
"Oh itu sarapan dari kamu? Tadi yang ngasih Scara, aku kira dia nitip. Kamu gimana? Masih mual? Nanti pulang kerja aku anter ke rumah sakit ya?"
"Gapapa kok sayang, kata dokter kemarin kan emang normal? Kamu fokus sama kerjaanmu aja, aku cuma mau ingetin buat sarapan, kamu semalem pasti udah habis kopi banyak 'kan?"
Ajax melirik tumpukan cangkirnya lalu terkekeh, "Ngga salah sih, tapi iya sayang, habis ini aku makan. Kerjaannya juga dikit lagi selesai, mungkin bentar lagi pulang."
"Yaudah iya, maaf ya? kamu kerjain bagianku banyak banget, nanti sampe rumah aku pukpuk pas obob."
"Luminee, kamu kalo bilang gitu, 'kan aku jadi makin pengen pulang. Ga perlu minta maaf sayang, aku gamau kamu kecapekan, kasian kamu udah mual-mual dari kemarin." Ucap Ajax, Lumine tertawa diseberang sana.
"Yaudah, aku putusin sambungan dulu ya? Kamu lanjut kerja biar cepet selesai."
"Gamauu, temenin telfon dong sayang, biar aku ga ngantuk."
"Haha yaudah, mau cerita apa?"
- 💕 -
Pada akhirnya, Ajax pulang saat matahari sudah kembali ke peraduannya, dengan langkah gontai, pria itu masuk ke rumahnya. "Aku pulang!"
Lumine berlari-lari kecil menghampiri Ajax lalu memeluknya, Ajax terkekeh membenamkan wajah dipundak wanita kesayangannya itu, aroma Vanila khas wanita itu menguar, menggelitiki indra penciumannya.
"Capek banget ya? Mandi sana, udah aku siapin air hangatnya, aku tunggu di kamar ya?"
"Siap sayang, makasih ya." Ujar Ajax mencium kening Lumine sekilas lalu menyambar handuk yang disodorkan Lumine dan masuk ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama bagi Ajax untuk membersihkan diri serta menghabiskan makan malamnya, pria itu langsung menjatuhkan diri ke ranjangnya yang empuk, sedangkan Lumine hanya terkekeh sembari menyisir surai keemasannya.
Tak akan ada yang tahu, jika seorang Ajax yang terkenal dingin pada wanita di kantornya, bisa mendadak seperti bayi besar jika sudah berhadapan dengan istrinya Lumine dan Lumine yang terlihat cuek pada pria mana pun, bisa mendadak begitu lemah lembut jika berhadapan dengan suaminya itu.
"Udah ngantuk banget?" Tanya Lumine lembut, Ajax mengangguk, kini pria ginger itu menyamankan kepalanya di pangkuan Lumine. Wanita itu mengelus surainya lembut.
"Tapi, aku masih mau ngobrol sama kamu." Renggek Ajax, pria itu mengelus perut istrinya yang masih datar. Ajax selalu tersenyum setiap kali membayangkan ketika anaknya lahir nanti dan rasanya Ajax tidak sabar menantikan ada seorang bocah cilik yang akan menyapanya saat pulang kerja nanti.
"Jax, kamu inget ga waktu kita pertama ketemu di kafe waktu itu?" celetuk Lumine tiba-tiba, Ajax bergumam pelan.
"Ohh, yang waktu aku kerja part-time jadi barista ya? Hehe, masih inget banget wajahmu acak-acakan depan laptop."
"Ishh, kok ingetnya pas wajahku jelek sih."
"Ngga jelek kok, lucu, makanya aku kepo jadi langsung aku samperin."
"Kalo aja kamu ngga nyamperin waktu itu, aku bakalan tetep stuck sama skripsiku."
Ajax terkekeh, "habisnya kamu kayak frustasi banget, terus ya aku intip kamu lagi kerjain apa, tahunya materinya sama kayak Tonia."
"Haha, tapi lucu juga sih, ga nyangka kita bisa ketemu lagi di kantor yang sama, padahal aku kira ga bakal ketemu lagi, soalnya kata temenmu pas kita ketemu itu, hari terakhir kamu kerja disana."
"Aku juga kaget, aku sempet nyesel ngga pernah minta nomor ke kamu, aku beberapa kali ke kafe, tapi ga pernah ketemu kamu, ternyata malah ketemu di tempat kerja baru."
Lumine terkekeh, jika dipikir-pikir, pertemuan mereka sangat ajaib. Kala itu, Lumine memang sedikit naksir dengan Ajax yang dengan ramah membantunya memahami materi skripsinya. Tapi sayangnya, keesokan harinya saat Lumine ingin bertemu dengan Ajax lagi, Ajax sudah resign dari perkerjaan barista-nya.
Awalnya, baik Lumine maupun Ajax tidak percaya dengan yang namanya 'takdir cinta', tapi kini? Setiap kali melihat cincin yang tersemat di jari mereka, mereka akan tersenyum dengan takdir mereka yang menakjubkan.
"Ah tapi, kamu selalu jual mahal setiap kali aku berusaha mendekatimu." Rajuk Ajax tiba-tiba, Lumine tertawa.
"Ya kan, aku masih trust issue, takut di ghosting, kayak waktu aku sama Dain." Lumine mengusap surai ginger itu, "Tapi, aku ga nyangka cowok yang wajahnya kayak playboy gini bisa setia juga."
"Luminee, kok gitu sihh ...."
"Haha bercanda Ajax."
Lumine mengelus pipi Ajax lembut, senyum manis tak kunjung pudar dari paras ayunya, "aku bersyukur banget ketemu kamu Jax, kalo ga ketemu sama kamu, aku pasti masih nangisin Dain haha."
Ajax bersemu, sebelum akhirnya tersenyum ikut mengelus pipi Lumine.
"Lagian Dain aneh, cewek cantik, baik, penyabar kayak kamu, bisa-bisanya disia-siain ckck aneh ...."
Tak berapa lama Ajax menguap, pria itu memindahkan posisi kepalanya di bantal, sedangkan Lumine ikut berbaring disamping pria itu.
Seperti biasa, Ajax langsung merengkuh tubuh mungil Lumine erat, aroma vanila wanita kesayangannya itu kembali menggelitiki indra penciumannya.
Manik biru safir-nya yang sayu, masih enggan melepaskan pandangannya kearah manik amber favoritnya itu. Alih-alih terlelap, pria itu malah sibuk tenggelam dalam pesona paras ayu istrinya itu.
"Ajaxx, katanya ngantuk? Obob gih."
Ajax tersenyum, "masih pengen liatin istriku yang cantik."
Lumine bersemu namun kemudian terkekeh, "apasih, tiap hari juga udah liat aku Jax?"
"Tapi, tiap hari makin cantik, gimana dong?"
Lumine mencubit gemas kedua pipi Ajax, "udahan dong gombalnya! udah malem, besok kamu kan kerja Jax? Bobo ya?"
"Hehe, siap ojou-chan~!"
Ajax mulai memejamkan mata, sedangkan Lumine masih setia mengusap lembut surai pria ginger tersebut, senyumnya kembali merekah.
Semesta memang ajaib, selalu ada kejutan tak terduga yang siap menyambutnya. Seperti sebagaimana dia bisa berakhir dengan Ajax, pria yang hanya membutuhkan waktu setahun untuk meluluhkannya.
Sedangkan Dain? Pria yang dia kenal sejak bangku SMA, justru hanya berakhir menjadi luka masa lalu yang tak ingin Lumine korek lagi.
Ajax, pria yang dikenalnya lewat kedai cafe karna skripsinya, justru berakhir menjadi orang yang bisa mendampinginya hingga di penghujung usianya.
"Thanks for everything Jax." Bisik Lumine mencium kening Ajax sebelum akhirnya ikut terlelap dalam rengkuhan Ajax.
- [ L O A D I N G next chapter. . . ] -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top