Ambrosia
Ambrosia : Cinta lama bersemi kembali
***
Your POV
Ah, dia lagi.
Kenapa kami harus bertemu di waktu seperti ini? Di saat yang menyebalkan?
Aku bertemu lagi dengannya saat kencan buta di musim dingin ini.
Salah satu anggota klub basket SMPku, orang yang dulu pernah kusukai.
***
3rd persons POV
Kau, [Full name].
Atas ajakan seorang teman yang melihat statusmu sebagai jotik (jomblo cantik), kau pun setuju mengikuti kencan buta bersama beberapa teman lain di bulan Desember yang dingin.
Kalian berencana bertemu di tempat karaoke yang sudah biasa kalian kunjungi. Katanya, kencan butanya juga akan dilakukan di tempat karaoke langganan kalian.
Dan disinilah kau. Menatap cermin cemas. Berpikir matang tentang baju yang dipakai.
Setelah merasa telah mempersiapkan segalanya, kau meraup syal favorit biru pastel dari kasur. Mengenakan sepatu boots di kaki jenjangmu dan mulai langkahkan kaki keluar rumah, menuju tempat tujuan.
Sesekali kau melirik arloji, berharap tidak terlambat. Kau berjalan santai, menikmati salju yang mulai turun.
Di jalan, banyak pasangan sejoli yang memanfaatkan hawa dingin ini untuk merangkul mesra satu sama lain atau malah berpelukan. Kau mengeratkan syal di leher, kembali berjalan tergesa karena muak akan pemandangan menjijikkan di setapak jalan.
***
Kau berhenti. Menatap tempat karaoke tujuanmu, menemukan Hashiwara Kyo teman yang mengajakmu mengikuti rencananya. Kau mulai mendekatinya, mengobrol basa basi dengannya.
Tak lama, para cowo dari sekolah elit berdatangan. Kau melirik mereka sekilas, mengecek apakah ada yang sesuai dengan tipemu atau tidak. Tapi nihil, semuanya sama saja. Tipe tipe cowo murahan yang mudah tergoda dengan uang dan tubuh molek.
Kalian mulai memasuki tempat karaoke, menuju ruangan yang telah dipesan jauh hari sebelumnya.
Kalian menikmati kencan buta tersebut. Ada yang bernyanyi walaupun suaranya sudahlah, beberapa juga mencoba pdkt, bahkan Kyo juga mulai mencuri pandang dari salah satu cowo yang wajahnya lumayan. Oh ternyata tidak semuanya menikmati kencan buta ini.
Kau? Hanya duduk memainkan ponsel. Tidak peduli akan keadaan sekitar yang bising. Memperhatikan para lelaki pun sama sekali tidak.
Memang, tadi ada beberapa pria yang mencoba mendekatimu. Namun karena tidak tertarik, kau hanya menjawab seadanya secara pendek atau hanya dengan gumaman. Akhirnya para cowo pun mulai menjauh dan menyerah mendapatkanmu yang berparas cantik. Sikapmu yang dingin dan cuek membuat mereka tahu mereka sudah ditolak dari awal. Lagipula mana ada cewe sepertimu? Bukannya menikmati kencan buta malah memilih memperhatikan ponsel.
Di sisi lain, kau bersyukur para cowo sudah mulai menjauh dan enggan mendekatimu. Kau menolak mereka semua dengan alasan yang sama sekaligus menyebalkan, hanya ingin berfokus pada pelajaran. Tapi tetap saja kau merasa risih akan satu cowo yang dari tadi pantang menyerah pdkt denganmu. Dia mengaku bernama Yamada Haruto. Lihat, namanya saja sudah pasaran bukan?
Haruto terus saja mengoceh, tanpa memperhatikan dirimu yang terganggu oleh eksistensinya, karena fakta bahwa otome gamemu lebih baik diperhatikan daripadanya.
Brakk!!
Suara dobrakan pintu terdengar. Sontak semua penghuni ruangan pun menoleh ke arah satu satunya pintu. Kau juga menoleh, dapati sosok cowo dengan nafas terengah penyebab suara dobrakan.
Dan jantungmu serasa berhenti berpacu.
Kau mengenal sosok itu.
Sosok yang berdiri di pintu itu sudah tidak asing bagimu.
"Maaf, aku terlambat" ujarnya terburu buru. Kemudian masuk dan duduk di sebelahmu-----karena hanya tempat itu yang kosong.
Kau masih diam terpaku. Tak berani tolehkan kepala tuk menatapnya walaupun hanya sekilas.
Kau berusaha menyibukkan diri dengan memainkan ponselmu lagi. Walau begitu detakan jantung masih berada dalam tingkat tinggi.
Aomine menyandarkan badannya di sofa. Dia menguap. Rasa kantuknya kembali lagi. Dia sama sekali tak tertarik akan kencan buta ini.
Salahkan Haruto-----temannya yang mendaftarkan dirinya tanpa sepengetahuannya. Aomine menoleh, hendak menyapa Haruto yang sedari tadi tampak mengganggu gadis di sebelahnya.
Eh, bukankah gadis itu [Full Name]?
"Hei..."
Kau tersentak, berusaha mengabaikan sapaannya.
"Hei, kau tidak dengar?"
Dia menyapa lagi, kali ini kau tidak bisa mengabaikannya. "Ya?" hanya jawaban singkat yang kau berikan.
"[Full Name] bukan?"
Uh-Oh. Ada yang bisa membantu untuk mencari alasan mengelak? Tidak, otakmu sudah buntu.
"Ya, kenapa?"
"Kebetulan sekali bertemu denganmu disini, kau jomblo juga ternyata..."
Jleb!!
"Memangnya kenapa kalau iya? Kau sendiri juga kan, Daiki?"
"Oi oi, kata katamu itu bisa tajam juga ya, [Name] sudah lama juga tidak mendengarmu memanggil namaku, kangen rasanya"
"Sejak kapan kau cerewet, Daiki? Diamlah"
"Ha, kenapa sikap menyebalkanmu itu tidak pernah berubah?" Aomine mencibir.
"Bukan urusanmu"
Haruto melihatmu, yang sedari tadi cuek dengannya bisa mengobrol akrab dengan teman baiknya sendiri semasa SMA yang baru datang dan duduk. Berbagai macam ekspresi juga kau tunjukkan saat menanggapinya.
Haruto kesal. Kenapa kau tidak memperhatikannya? Kenapa kau malah memperhatikan si hitam Aomine Daiki? Jawaban hanya satu, karena dulu dia adalah cinta pertamamu.
***
Your POV
"[Name]!"
Aku tersentak. Siapa yang memanggil namaku dengan begitu keras? Dia bahkan memanggilku bukan dengan marga.
Kutolehkan kepala, dan langsung saja bisa kutemukan pelaku yang memanggil namaku.
"Ada apa?" balasku santai.
"Kenapa harus Daiki?!"
"Hah? Apa? Aku tidak mengerti..."
"Kenapa tidak denganku?" Haruto mendekat, dia mencengkram tanganku kuat, mau bagaimanapun aku ini perempuan. Tenaga kami tidaklah seimbang.
***
"Hoi, Haruto, lepaskan [Name]!" Aomine sedikit menaikkan nada suaranya. Dia tidak suka melihatmu disentuh oleh Haruto. Tangannya terulur, memelukmu dari belakang dan memposisikan kepalamu untuk menjadi tumpuan kepalanya-----salahkan dirimu yang lebih pendek darinya. Sambil terus mempertahankan posisi tersebut, dia kembali berucap—
"Karena aku menemukannya duluan, dia menjadi milikku"
—dengan nada rendah penuh penekanan, mengancam sang pemuda di hadapan dengan serius.
Haruto melepaskan cengkeramannya. Sebenarnya ini karena terpaksa.
Kejadian itu membuat kegaduhan. Semuanya berhenti melakukan aktifitas mereka dan mulai memperhatikan satu titik.
Kau bingung. Rasanya akan canggung jika kau tetap berada di antara mereka. Aomine tahu itu, dia sendiri tidak ingin menjadi pusat perhatian apalagi karena teriakannya tadi.
Aomine menarik tanganmu, memaksa untuk keluar dari ruangan. Kau hanya menurut, bukankah lebih baik untuk percaya pada Aomine, ya kan?
"[Name]" Aomine memanggilmu sembari berjalan.
Kau hanya berdeham kecil menanggapinya.
"Bolehkah aku mengatakan sesuatu?"
"Ya ya, katakan saja" Kau hanya membalas asal.
Aomine menghentikan langkahnya, memasuki toko bunga. Meninggalkanmu diluar sendirian dalam heran.
Tak lama, sosok Aomine keluar dari toko. Tangannya menggenggam sebuah buket bunga, hasil dari obrolan lama yang dilakukannya bersama sang penjaga toko.
Aomine menghentikan langkahnya tepat didepanmu, hanya berjarak kurang lebih 1 meter. Kau sendiri memperbaiki posisimu, dari awalnya berjongkok memeluk lutut menjadi berdiri dihadapan Aomine.
Kau memandangnya kebingungan, memangnya Dia mau apa dengan buket bunga itu? Memamerkan padaku momen romantis dengan pacarnya? Haha.
"Ja-Jadi" Aomine berkata gugup, menatapmu tegas.
"Apa?"
"A-Aku i gin kau menjadi pacarku! Sebenarnya sudah dari dulu aku menyukaim dan kebetulan sekali kita bertemu kembali jadi aku tidak mau menyianyiakan kesempatan" sembari mengoceh panjang, Aomine mengulurkan buket bunga padamu. Dalam sekali pandang, kau pun tahu. Itu buket bunga Ambrosia.
Perlahan air matamu mulai tumpah, mengalir lembut dari kedua sisi matamu sampai akhirnya air bening tersebut memgalir deras membanjiri pipimu. Rasa senang ini sudah tidak bisa dibendung lagi.
Dengan senyuman mungil di wajah kau menubruk Aomine, memberikan dirinya pelukan hangat langsung darimu.
Aomine kaget, ia tidak menyangka reaksimu akan jauh dari dugaannya. Namun mendengar kata yang diucap olehmu setelahnya, itu semua menjadi jelas. Aomine bali memeluk tubuh mungilmu, dekapannya serasa hangat sekali. Dia bersyukur, bersyukur untuk tidak mencintai gadis yang salah.
"Terima kasih banyak, aku senang kau membalas perasaan terpendamku, Daiki"
~•~•~•~
Yuhuu~ ketemu lagi dengan saya yang ikut kollab miliknya Lilish yang kedua kalinya, fufu. Kalau kalian udah bosen sama cerita saya karena cuma ngikut kollabnya Alice, gapapa kok. Karena setelah ini saya udah mendaftar lagi buat ikut kollab yang ketiga wkwkwk.
Makasih buat yang nge-read, saya berharap kalian ga jadi silent reader dan mau meluangkan waktu buat vote dan komen, tunggu lanjutannya yha~
» Yuzu «
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top