Now It's The Time To Say Goodbye
Halo, semuanya~
Terimakasih banyak ya karena kalian telah mau membaca buku ini hingga selesai. Aku bahkan sampai terharu karena kalian mau membaca part penutupan yang ga penting ini :")
Oh ya, buat mak Renka, sekali lagi terimakasih banyak karena telah mengijinkan Rica untuk bisa ikut dalam project ini. Lain kali kalau mak ada mau bikin kolab lagi, jangan lupa untuk undang aku ya? ;)
Hehehe, Rica tahu kok pasti sebagian besar dari kalian (mungkin) merasa kurang puas dengan ending dari cerita ini. Tapi apa mau dikata? Memang seperti itulah Rica menyusun plot cerita ini. Karena itu, Rica mohon bagi kalian semua yang merupakan *uhuk*istri*uhuk* dari seorang Tsukasa Suou untuk jangan membacok Rica :">
Well, setidaknya itulah beberapa hal yang dapat Rica sampaikan untuk penutupan buku ini. Sekian, dan selamat tinggal.
Hanya untuk kalian yang telah rela membaca hingga bagian ini, akan kuberikan sebuah kenangan manis 'tuk dikenang.
.
.
.
0. The New Story For Us
*****
Yumenosaki Private Academy, sebuah akademi yang melatih para muridnya untuk menjadi 'Idol' ini sudah sangat terkenal hingga ke seluruh penjuru Jepang. Kehebatan yang dimiliki oleh akademi ini bahkan membuatmu semakin tidak percaya bahwa mulai hari ini kau akan menjadi salah satu siswinya.
Semuanya dimulai dari beberapa hari lalu, tepatnya ketika sebuah surat dikirimkan ke rumahmu beserta satu set seragam lengkap berupa kemeja putih, blazer dan dasi pita tali warna biru, serta rok kotak-kotak berwarna hitam.
Isi dari surat itu hanya mengatakan bahwa kau secara resmi telah diterima serta terdaftar sebagai murid Yumenosaki Private Academy. Kau akan masuk ke dalam kelas Idol dan menjadi manager dari salah satu unit idol di sana. Untuk penjelasan yang lebih lanjut, akan dijelaskan ketika kau sudah tiba di Yumenosaki.
Dan di sinilah kau berada sekarang, berdiri mematung di depan pintu gerbang Yumenosaki Private Academy. Kau masih berusaha mengatur detak jantungmu yang tak beraturan akibat terlalu gugup di hari pertama ini. Setelah berhasil mengatur detak jantung dan menguatkan mental, kau pun mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke wilayah sekolah.
Matamu menatap kagum setiap tempat yang telah kau lewati. Memang tak salah apabila sekolah ini menjadi sangat terkenal, fasilitasnya saja lengkap semua. Tapi sedaritadi kau tak melihat seorang pun murid, tampaknya mereka telah masuk ke dalam kelas masing-masing.
Untunglah surat yang kau terima tempo hari telah menyertakan arah ke ruang kepala sekolah, jika tidak mungkin saja sekarang kau sudah tersesat entah ke mana. Setelah kau selesai mengurus dokumen kepindahanmu di ruang kepala sekolah, kau pun keluar dari ruangannya dan bertemu dengan seorang guru bersurai hitam acak-acakan.
"Kau [Name] [Fullname], bukan? Aku adalah wali kelasmu, Sagami Jin. Ikuti aku, akan kuantar kau ke kelasmu," ujarnya, lalu berjalan terlebih dahulu dengan kau yang mengikuti dari belakang.
Tak butuh waktu lama, kalian berdua akhirnya berhenti tepat di depan ruang kelas 2A. Sagami membuka pintu kelas, kemudian menyuruhmu untuk masuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, namaku [Name] [Fullname]. Salam kenal, semuanya. Mulai hari ini, aku akan belajar di sini bersama kalian semua. Semoga kita bisa semakin akrab untuk ke depannya!" Kau membungkukkan sedikit badanmu, kemudian kembali berdiri tegap.
Seisi kelas menanggapi perkenalan itu dengan respon yang berbeda-beda. Ada yang heboh sendiri, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tampaknya tidak peduli. Kau hanya bisa tertawa canggung dalam hati mendapati respon-respon tersebut.
Apa aku akan baik-baik saja ke depannya ya?
○●○●○●
Bel tanda istirahat akhirnya berbunyi juga. Kau segera menyimpan buku-bukumu kembali ke dalam tas, lalu berjalan keluar kelas untuk mencari ruang latihan unit yang akan menjadi tanggung jawabmu mulai dari sekarang.
Jika tidak salah, tadi kepala sekolah menjelaskan bahwa kau kini adalah manager dari unit idol bernama Knights. Kepala sekolah telah mengabari leader dari unit tersebut agar ia beserta para anggotanya berkumpul di ruang latihan ketika istirahat nanti. Kau tidak tahu unit seperti apa Knights itu, tapi dari namanya saja tampaknya unit tersebut berisikan orang baik-baik. Semoga...
"Ah, ini dia ruang latihannya." Kau berhenti tepat di depan sebuah pintu kayu yang cukup besar. Berdasarkan petunjuk dari kepala sekolah, inilah ruang latihan Knights.
Dengan sedikit gemetaran, kau mengulurkan tanganmu untuk menyentuh gagang pintu. Kau menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan guna menenangkan diri.
Ayo, [Name]! Kau pasti bisa melakukannya!, batinmu menyemangati diri sendiri.
Cklik
Kau membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Rupanya ruangan itu masih kosong. Tampaknya belum ada satu pun anggota Knights yang datang kemari, apa mungkin kau datangnya kecepatan ya?
Di saat kau tengah terhanyut dalam pemikiranmu, tiba-tiba saja terdengar suara seorang pemuda dari belakangmu.
"Ara~ apa yang dilakukan oleh seorang gadis manis sepertimu di sini?"
Suara itu membuatmu spontan menoleh ke belakang dan mendapati tiga orang pemuda dengan warna rambut yang berbeda-beda tengah menatap heran padamu.
Salah satu dari mereka yang bersurai hitam memandangmu sejenak, lalu angkat bicara.
"Dasinya biru, dia anak kelas 2 sama sepertiku dan Natchan."
"Hoo... kouhai kah? Kau lumayan imut juga." Pemuda bersurai kelabu ikut berkomentar.
Kau menatap tidak nyaman mereka bertiga. Apa mereka anggota Knights? Serius? Kok, tidak menyakinkan, sih? Apa lebih baik kau kabur saja dulu dan kembali nanti? Itu bukan ide yang buruk. Tapi, bagaimana caranya kau kabur jika mereka berdiri tepat di depan pintu?!
"Oh ya, siapa namamu?" Tanya si pemuda bersurai pirang, membuatmu sedikit tersentak kaget.
"A-ah, namaku [Name] [Fullname]. Aku adalah-"
"MANAGER BARU KNIGHTS~"
Ucapanmu mendadak dipotong oleh seruan bersemangat seorang pemuda bersurai oranye yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang latihan sambil memegang beberapa lembar kertas di tangan.
"Ou-sama?!"
"Eh? Siapa?"
Kedatangan pemuda itu sukses membuatmu serta ketiga pemuda tadi terkejut di tempat. Kau terkejut karena kemunculannya yang mendadak, sedangkan mereka bertiga nampaknya terkejut karena mendengar perkataan si pemuda bersurai oranye.
"Apa maksudmu, Ou-sama?" Pemuda bersurai hitam yang sedaritadi hanya diam saja bertanya penasaran.
Pemuda yang dipanggil 'Ou-sama' itu tersenyum lebar, lalu berjalan mendekatimu dan memegang kedua bahumu dari belakang.
"Mulai sekarang, dia adalah manager kita. Knights betul-betul sangat beruntung karena bisa mendapatkan manager sepertinya~"
"S-salam kanal. Mohon bantuannya untuk ke depannya." Kau membungkukkan badanmu kepada mereka, kemudian kembali berdiri tegak.
Clap clap clap
Pemuda bersurai oranye tadi -entah kenapa- justru bertepuk tangan sendiri.
"Saa, minna! Sekarang giliran kita untuk memperkenalkan diri! Aku adalah sang leader dari unit terbaik yaitu KNIGHTS! Ou-sama Leo Tsukinaga desu, huahahaha~☆"
"Izumi Sena, sebaiknya kau menjaga sopan santunmu terhadap Senpai mu ini," kata pemuda bersurai kelabu seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Arashi Narukami desu~ panggil aku Nee-chan ya, [Name]-chan~" Pemuda bersurai pirang memperkenalkan dirinya dengan disertai kedipan mata.
"Hoahmm.... Ritsu Sakuma desu...." ucap pemuda lainnya yang berambut hitam dengan nada yang malas.
Kau menatap seluruh anggota unit yang mulai sekarang akan menjadi tanggung jawabmu itu dengan tatapan kagum. Meski pun aneh, rupanya mereka memiliki pesona mereka masing-masing yang dapat membuat orang lain tergila-gila. Kau kini mulai paham alasan kenapa unit ini dinamakan Knights. Para anggotanya memang betul-betul seperti kesatria yang gagah.
"Ngomong-ngomong, mana Suu-chan?" Ritsu bertanya kepada anggota Knights yang lain.
"Suu-chan?" Kau membeo keheranan. Siapa dia? Apa dia anggota Knights juga?
Arashi yang nampak paham dengan raut wajah kebingunganmu pun lantas menjawab,
"Suu-chan itu nama panggilannya Ritsu-chan untuk Tsukasa-chan, anggota Knights yang satunya lagi~"
Eh?
Tunggu dulu. Kau tidak salah dengar, bukan? Tadi Arashi mengatakan 'Tsukasa-chan', bukan? Apa mungkin...
"Apa mungkin, nama anak itu Tsukasa Suou?" Kau bertanya ragu-ragu, berusaha memastikannya. Kau harap pemuda bersurai pirang tersebut akan mengatakan 'tidak' sehingga perasaan ganjal yang ada di dalam hatimu ini dapat menghilang. Namun sebaliknya, ia malah mengangguk mengiyakan pertanyaanmu.
"Yup, benar sekali~ ara? Apa kau mengenal Tsukasa-chan, [Name]-chan?" Arashi balik bertanya padamu.
Namun, kau tak langsung menjawab pertanyaan itu. Pikiranmu mendadak menjadi blank karena mendengar kenyataan barusan. Tsukasa... hidup? Nii-san mu masih hidup? Apa ini mimpi? Jika iya, kau harap kau tak akan pernah bangun dari mimpimu ini.
Tapi, tunggu dulu! Bagaimana kalau misalnya si 'Tsukasa' ini adalah orang lain yang kebetulan saja namanya mirip dengan Tsukasa yang kau kenal? Bagaimana kalau-
Kriiett...
Suara pintu yang berderit akibat dibuka secara perlahan oleh seseorang sukses membuatmu tersadar dari pemikiranmu.
"Kau terlambat, Kasa-kun." Izumi berujar pada orang yang baru saja datang itu.
"Tumben, Suu-chan. Apa terjadi sesuatu?" Ritsu bertanya penasaran.
"HWAHAHAHA~ Ini hebat! Inspirasiku mengalir deras begitu kau datang, Suo~" seru Leo kegirangan, lalu segera mengambil kertas dan pulpen untuk menulis.
"Selamat datang, Tsukasa-chan~" Arashi menyambut orang yang baru datang itu sambil tersenyum ramah.
"Ah, senpaitachi sudah datang rupanya. Maafkan aku atas keterlambatanku, tadi aku dimintai tolong oleh Kunugi-sensei untuk membawakan buku-buku ke ruangannya."
Seorang pemuda bersurai merah gelap dan bermanik mata ungu gelap berucap dengan sebuah senyum terlukis di wajahnya. Kau membelalak kaget begitu melihat sosoknya yang betul-betul mirip dengan 'Nii-san' mu yang telah lama meninggal.
Saking kagetnya, kau bahkan sampai tak bisa bergerak dari tempatmu. Matamu terus menatap pemuda yang baru saja masuk ke ruang latihan itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Tanpa kau sadari, mata [Eye Color] milikmu kini tengah beradu pandang dengan mata ungu miliknya. Pemuda itu tampak keheranan dengan keberadaanmu di ruang latihan Knights.
"Etoo... Senpai ini siapa ya?" Ia bertanya kepadamu.
Deg!
Hatimu terasa amat sakit begitu mendengar pertanyaannya barusan. Tsukasa... telah melupakanmu? Tapi kenapa? Kenapa dia bisa melupakanmu begitu saja?
"Um... Senpai?" Pemuda itu berusaha memanggilmu.
"Hei, bukankah kau mengenalnya, kusogaki?" Tanya Izumi yang melihat keanehan di antara dirimu dan juga Tsukasa.
"Tapi ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya, Sena-senpai," kata Tsukasa yang membuat hatimu terasa semakin sakit.
"Lalu kenapa dia bisa tahu namamu?" Izumi bertanya lagi
"Kalau itu... aku juga tidak tahu, Senpai.'
Cukup! Aku tak bisa menahan sakit hati ini lebih lama lagi!
Kau melangkah maju mendekati Tsukasa dan langsung memeluknya dengan erat. Semua orang yang berada di dalam ruangan terkejut melihat aksi dadakanmu itu, terkecuali Leo. Leader yang satu ini masih saja asyik menuliskan inspirasinya pada selembar kertas dan mengabaikan sekitarnya.
"Anoo... ada apa, Sen-"
Tsukasa yang hendak bertanya langsung berhenti berbicara begitu mendengar suara isak tangis samar yang berasal darimu.
"Hiks... hiks... aku... hiks... merindukanmu... Nii-san..."
Tsukasa mengernyit heran, tidak paham alasan kenapa kau mendadak memeluknya dan menangis. Ia menatap ketiga rekan seunitnya yang lain, berharap mereka tahu sesuatu. Tapi mereka menggelengkan kepala mereka, tanda bahwa mereka juga tidak tahu alasan kenapa kau menangis.
Karena tak tahu harus bagaimana lagi, Tsukasa pun secara perlahan mulai membalas pelukanmu. Ia mengelus punggungmu, berharap kau bisa lebih tenang.
Rupanya cara itu berhasil. Kau sekarang mulai merasa lebih baik sebab wanginya, kehangatannya, serta caranya menenangkanmu ini betul-betul mirip dengan 'Nii-san' mu. Tak salah lagi, pemuda yang ada di hadapanmu kini adalah orang yang sama dengan anak laki-laki yang dulu pernah menemani harimu walau hanya sekejap.
Kau mendadak teringat sewaktu dulu pernah bertemu Tsukasa kecil dalam mimpimu.
*****
"Kau... siapa?" Tanyamu pada seorang bocah kecil bersurai merah gelap dan bermata ungu gelap.
Bocah itu terdiam selama beberapa saat, kemudian tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya kepadamu.
"Namaku Suou Tsukasa. Salam kenal, [Name]-chan~" ujarnya kepadamu.
*****
Jadi seperti ini ya, rasanya dilupakan oleh orang yang kau sayangi? Rasanya sakit sekali. Kau kini mengerti perasaan sakit yang harus dirasakan oleh Tsukasa kecil karena dilupakan olehmu. Meski begitu, dia tetap kuat dan terus tersenyum di depanmu. Dia bahkan tak pernah memaksamu untuk mengingatnya. Dia membiarkanmu mengingat semuanya dengan sendirinya.
Sedangkan kau? Di hadapanmu kini tengah berdiri reinkarnasi dari Tsukasa. Meski raga mereka mirip, tapi jiwa dan ingatan mereka berbeda. Ia tak mengingatmu lagi kini, sama seperti kau dulu melupakannya. Tapi berbanding terbalik dengan Tsukasa, kau tak cukup kuat untuk menahan sakit ini. Kau ingin Tsukasa yang ada di hadapanmu sekarang ini mengingatmu kembali.
Namun, kau sadar. Kau tak berhak lagi untuk memintanya mengingatmu setelah selama ini menyakiti hatinya. Benar, ini adalah hukuman yang telah diberikan oleh Tuhan kepadamu.
Kau pun melepaskan pelukanmu pada Tsukasa dan menghapus sisa air matamu. Setelah berusaha memantapkan hati untuk menghadapi kenyataan, kau lantas menadahkan kepalamu guna menatap Tsukasa sambil tersenyum tipis.
"Hehehe, maaf karena sudah membuatmu terkejut. Tampaknya aku salah mengenalimu dengan seseorang yang dulu pernah kukenal."
Kau berusaha mengatakannya senatural mungkin agar ia tak curiga. Sama seperti Tsukasa yang tak memaksamu untuk mengingatnya, kau juga tak akan memaksa Tsukasa untuk mengingatmu. Biarkanlah semuanya mengalir dengan sendirinya.
"Perkenalkan, namaku [Name] [Fullname]. Aku adalah manager Knights yang baru. Senang berkenalan denganmu." Kau mengulurkan tanganmu kepadanya sambil tersenyum lembut.
Tsukasa menatapmu untuk sesaat, kemudian balas mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganmu.
"Tsukasa Suou desu, yoroshiku ne, [Name]-senpai." Ia berucap dengan sopan.
Kau merasa sedikit aneh ketika dia memanggil namamu dengan sebutan '-senpai', bukannya '-chan' seperti dulu. Tapi mau bagaimana lagi, Tsukasa yang sekarang ini berusia lebih muda darimu. Kau harus mulai membiasakan diri dengan hal tersebut.
Setelah beberapa saat kalian saling bersalaman, Tsukasa pun menarik kembali tangannya.
Selanjutnya, suasana ruang latihan menjadi sepi. Tak ada satu pun yang mau membuka obrolan. Arashi yang merasa sedikit tidak nyaman dengan suasana hening ini pun berusaha mencari topik yang menarik untuk dibicarakan. Tanpa sengaja, matanya melihat beberapa tangkai bunga berwarna ungu tersemat pada saku blazer milik Tsukasa.
"Tsukasa-chan, bunga apa itu yang ada di sakumu?"
Pertanyaan Arashi sukses membuat semua orang -kecuali Leo- menatap Tsukasa, lebih tepatnya saku blazer yang ia kenakan. Dan seperti yang dikatakan oleh Arashi, ada beberapa tangkai bunga ungu tersemat di sana. Mereka menatap Tsukasa, meminta penjelasan dari si pemuda tentang bunga tersebut.
Tsukasa yang paham maksud dari tatapan mereka pun tertawa canggung, sedikit risih sebab ditatap seperti itu. Ia kemudian mengambil bunga ungu tersebut dari dalam sakunya dan menunjukkannya kepada mereka.
"Aku juga tidak tahu apa nama bunga ini, tapi entah kenapa aku menyukainya." Tsukasa berkata dengan pipi yang sedikit memerah.
Kau menatap bunga yang dipegangnya itu dengan tatapan tak percaya.
Mirip, batinmu.
Bunga ungu tersebut sangat mirip dengan bunga ungu yang dulu pernah tumbuh di taman rahasiamu. Atau apa mungkin itu bunga yang sama?
"Ah, aku ingat! Nama bunga itu adalah bunga Michaelmas Daisy," ujar Arashi secara tiba-tiba, "Bunga ini cukup terkenal karena memiliki arti 'renungan' dan 'selamat tinggal'."
Deg!
"Di mana kau menemukan bunga itu, Tsukasa-kun?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutmu tanpa kau sadari setelah mengetahui makna di balik bunga tersebut.
"Bunga ini?" Tsukasa sedikit mengangkat bunganya ke arahmu, "Aku menemukannya tumbuh di taman. Karena indah, tanpa sadar aku malah memetik beberapa. Apa [Name]-senpai menyukai bunga ini?"
Kau mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Tsukasa, "Aku sangat menyukainya," katamu tersenyum tipis.
"Benarkah? Kalau begitu, bunga ini untuk Senpai saja."
Tsukasa mengulurkan bunga tersebut kepadamu sambil tersenyum hangat.
"Eh? Apa tak masalah jika bunga ini untukku?" Kau bertanya dengan ragu-ragu.
"Tentu saja," jawab Tsukasa cepat tanpa perlu pikir panjang, 'Tapi sebagai gantinya, bolehkah aku memanggilmu Onee-sama?"
Kau mengerjapkan matamu beberapa kali begitu mendengar permintaannya yang dapat terbilang sederhana itu. Tanpa sadar, bibirmu mengulas sebuah senyum lembut.
Tak apa jika dia melupakanku, atau pun kenangan-kenangan berharga yang telah kami buat bersama,
Kau pun menganggukkan kepalamu sebagai tanda setuju atas permintaan Tsukasa.
Sebab kisah baru untuk kami berdua...
Tsukasa yang mendapat respon positif darimu itu pun tak bisa menyembunyikan perasaan gembiranya lebih lama lagi.
"Arigatou, Oneesama!"
... dimulai dari sekarang.
○●○●○●
Bunga Michaelmas Daisy memiliki makna 'renungan' serta 'selamat tinggal'. Meski kedua maknanya itu terkesan gelap, namun aku berhasil menemukan secercah harapan di antara kegelapan tersebut.
Berkat makna 'renungan', aku bisa mengingat kembali segala kenangan yang telah lama aku lupakan. Terimakasih banyak kepada bunga Michaelmas Daisy yang selalu muncul di setiap kenangan itu dan mengingatkanku untuk selalu merenungkannya.
Berkat makna 'selamat tinggal', aku jadi percaya bahwa perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan terjadi sebab pertemuan yang baru akan segera dimulai. Terimakasih banyak kepada bunga Michaelmas Daisy yang sudah mengingatkanku kembali akan hal itu.
Untuk kalian semua yang berada di luar sana, jangan pernah menyerah untuk mencari secercah harapan di antara kabut kegelapan. Setiap hal buruk yang kalian alami pasti suatu saat nanti akan berubah menjadi hal baik apabila kalian terus percaya, tak peduli berapa lama pun waktu yang telah berlalu.
Tertanda,
[Name] [Fullname].
○●○●○●
Picture by KuroShiyuuki
P.s.: makasih banyak, loh, Fi, udah mau ngemaso bareng aku :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top