5. The End Of This Story
Triingg~ Triingg~
Triingg~ Triingg~
Suara alarm dari jam beker yang telah kau atur semalam sukses membuatmu terbangun dari tidur nyenyakmu.
Tanganmu berusaha menggapai jam beker tersebut dan mematikannya. Butuh waktu beberapa saat bagimu untuk mengumpulkan tenaga terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa bangun sepenuhnya. Setelah beberapa menit berlalu, kau pun bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu.
Kau menatap pantulan wajahmu di cermin selama beberapa saat. Matamu tampak sedikit bengkak dan agak merah, seperti orang yang baru saja menangis sambil tertidur. Tapi memangnya, apa yang kau tangisi semalam dalam tidurmu?
Tiba-tiba saja, ingatan akan mimpi semalam terlintas dalam benakmu.
'Tsukasa-Niisan!'
Nama itu langsung muncul dalam pikiranmu. Buru-buru, kau pun mengambil handuk yang sudah kau siapkan tadi malam dan segera mandi untuk pergi ke suatu tempat. Tempat yang sudah lama tak kau kunjungi.
○●○●○●
Penampilanmu kini sudah tampak lebih baik dibandingkan sebelum mandi tadi. Kau mengenakan baju lengan panjang dengan warna [Favourite Color], rok selutut berwarna krem, serta dasi pita berwarna putih sebagai pemanis penampilan. Tak lupa, kau juga mengikat rambut [Hair Color] milikmu dengan gaya rambut ekor kuda yang sederhana tapi nyaman.
Setelah merasa bahwa semuanya sudah lengkap, kau pun keluar dari kamarmu sambil membawa sebuah tas selempang kecil yang hanya berisikan ponsel, tisu, serta dompet. Sebelum pergi, kau pamit terlebih dahulu kepada kedua orang tuamu agar mereka tak khawatir.
Dalam perjalananmu ke tempat yang kau tuju, kau melihat sebuah toko bunga yang memajang berbagai jenis rangkaian bunga di etalasenya. Tapi dari sekian banyaknya rangkaian-rangkaian bunga yang dipajang, matamu justru terpaku pada sebuah rangkaian bunga lavender yang terletak di bagian paling belakang etalase. Warna ungu yang dimiliki oleh bunga itu sangat mirip seperti warna manik mata Nii-san mu.
Tanpa sadar, sebuah senyum tipis terbentuk pada bibirmu kala melihat bunga tersebut. Kau pun semakin mempercepat langkah kakimu agar bisa segera sampai ke tempat tujuanmu.
○●○●○●
"Um... kalau tidak salah, tempatnya itu ada di.. ah! Ini dia!"
Kau berseru kegirangan ketika akhirnya dirimu berhasil menemukan taman bunga rahasia milikmu beserta Tsukasa sewaktu dulu.
Kondisi taman bunga tersebut sekarang sudah berubah total dibandingkan sebelumnya. Jika dulu taman itu ditumbuhi oleh bunga-bunga berwarna ungu, maka kini bunga-bunga ungu itu sudah tak ada lagi. Taman rahasianya yang telah berubah menjadi tanah lapang yang hanya ditumbuhi oleh rerumputan liar. Bahkan, pohon rindang yang waktu itu sekarang sudah sudah gugur seluruh daunnya. Yang tersisa hanyalah batang pohon yang telah lapuk.
Kau perlahan-lahan melangkah mendekati pohon tersebut dengan senyum kecut terpatri pada wajah. Tanganmu terulur guna menyentuh batang tuanya yang sudah lapuk akibat cuaca.
"Halo, Nii-san. Maaf karena aku sudah lama tidak datang kemari. Aku harap kau tak marah padaku." Kau berucap sambil tertawa kecil.
"Aneh, ya? Alih-alih pergi mengunjungi makammu, aku malah datang ke taman bunga ini. Tampaknya aku terlalu naif karena berharap bisa bertemu denganmu lagi di sini."
Hening.
Kini tak ada seorang pun yang membalas setiap perkataan yang kau ucapkan seperti waktu kau kecil dulu. Senyum kecut kembali terlukis di wajahmu. Kenyataan bahwa Tsukasa telah lama meninggal memang sulit untuk kau terima begitu saja. Tapi seperti inilah hidup. Tak peduli seberapa menyakitkannya hidup itu, kau harus bisa menghadapinya dengan lapang dada.
Benar. Kau tak boleh selamanya terpuruk dalam duka. Tsukasa yang telah berada di atas sana pasti ingin melihat kau yang hidup bahagia, bukannya terus terpuruk dalam kesedihan akibat kematiannya seperti saat ini.
Senyum kecut yang tadi sempat terbentuk di bibirmu perlahan mulai berubah menjadi sebuah senyum simpul.
"Hei, apa kau tahu, Nii-san? Ketika aku datang ke taman ini, aku jadi teringat akan masa kecilku bersama denganmu. Rasanya sangat menyakitkan ketika aku mengingat masa-masa itu, apalagi... kini kau sudah tak lagi bersamaku." Dirimu berucap pelan seraya mengusap batang lapuk milik pohon tersebut.
"Karena itu, aku memutuskan untuk tak akan pernah datang lagi kemari. Mulai dari sekarang, sampai selama-lamanya. Selamat tinggal."
Setelah berkata demikian, kau lantas membalikkan badanmu lalu mulai berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut dengan bibir yang membentuk senyum tipis.
Tapi aku berjanji tak akan pernah melupakanmu, atau pun kenangan-kenangan berharga yang telah kita buat bersama. Semua itu akan terus tersimpan dalam hatiku sepanjang masa.
The End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top