2. The Flower Crown

Tsukasa yang mendengar perkataanmu itu pun langsung tersenyum lebar dan menarik tanganmu untuk mengikutinya.

"Nah, daripada bosan, ayo kita main, [Name]-chan~"

○●○●○●

"Ber... main?" Kau sedikit memiringkan kepalamu kala mendengar ajakan Tsukasa, "Kita mau bermain apa memangnya?"

Tsukasa tak langsung menjawab. Ia tersenyum tipis lalu berjongkok untuk memetik beberapa tangkai bunga. Setelah memetik beberapa tangkai bunga, ia menunjukkan bunga-bunga tersebut kepadamu sembari tersenyum manis.

"Ayo kita buat mahkota bunga."

"Huh?"

Kau menatap wajah Tsukasa dan bunga-bunga berwarna ungu yang ada di tangannya secara bergantian. Membuat mahkota bunga? Kau rasa itu bukanlah ide yang buruk. Tapi...

"Tapi aku tidak tahu cara membuatnya...," katamu kepada Tsukasa.

Ia tersenyum tipis dan menepuk pelan kepalamu.

"Tak apa. Aku bisa mengajarkan caranya padamu, kok." Tsukasa berujar.

Bocah itu kemudian memberikan sejumlah bunga kepadamu dan duduk di sampingmu. Ia memetik lagi beberapa bunga, lalu mulai mengajarkanmu cara membuat mahkota bunga.

Awalnya kau merasa kesulitan dan banyak melakukan kesalahan, tapi Tsukasa sama sekali tak marah kepadamu. Ia hanya tertawa kecil lalu kembali mengulangi penjelasannya dengan sabar hingga akhirnya kau berhasil membuat sebuah mahkota bunga.

"Aku berhasil!" Kau berseru kegirangan seraya mengangkat mahkota bunga buatanmu tinggi-tinggi.

"Selamat ya, [Name]-chan." Tsukasa turut bertepuk tangan untukmu.

Kau menoleh ke arahnya dan tersenyum simpul, "Ini semua berkatmu, Tsukasa. Terimakasih banyak ya~"

Melihat senyumanmu, Tsukasa mendadak jadi salah tingkah. Ia mengalihkan wajahnya ke samping dan berdehem pelan.

"O-oh ya, ini ada hadiah dariku untuk kau yang sudah berusaha keras."

Tsukasa berujar, lalu berdiri dan berjalan mendekatimu sambil memegang sesuatu yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.

"Tutup matamu, [Name]-chan," pinta Tsukasa dengan suara pelan.

Kau menurutinya dan menutup matamu. Selang beberapa detik, kau merasakan Tsukasa meletakkan sesuatu di atas kepalamu, membuatmu semakin penasaran akan 'hadiah' yang dimaksud.

"Sudah. Sekarang kau boleh membuka matamu."

Suara Tsukasa memasuki indra pendengaranmu. Kau lantas membuka matamu dan langsung meraba kepalamu sendiri, penasaran seperti apa wujud dari 'hadiah'mu.

Tak sampai sedetik, kau langsung bisa menebak wujud dari 'hadiah' pemberian Tsukasa. Sebuah mahkota bunga yang tersusun dari banyak sekali bunga berwarna ungu, sangat berbanding terbalik dari mahkota buatanmu yang hanya tersusun dari beberapa bunga saja.

"Ini..."

"Memang hadiahnya tak seberapa, tapi aku membuatkannya khusus untukmu seorang," kata Tsukasa sedikit tersipu.

Kau tercengang mendengar perkataannya. Namun perlahan, bibirmu mulai terangkat naik membentuk sebuah senyum tipis.

"Terima ka- kkh!"

Belum lagi kau sempat mengucapkan terima kasih dengan benar, mendadak kepalamu merasakan sakit yang teramat.

"[Name]-chan!"

Kau mengabaikan seruan khawatir Tsukasa dan memegangi kepalamu. Tanpa sadar, kau malah meremas mahkota bunga pemberian Tsukasa hingga rusak.

"Akkh!"

Sekeping memori mendadak muncul lagi dalam benakmu dan mulai berputar layaknya sebuah film.

****

"Huaa~ apa itu yang kau buat, Nii-san?" [Name] kecil bertanya dengan mata yang berbinar-binar pada seorang anak laki-laki bersurai merah gelap yang tengah asik merangkai sesuatu dengan bunga-bunga yang ada di pangkuannya.

Anak laki-laki itu lantas menoleh ke arah [Name] dan tersenyum lembut padanya, "Ini namanya mahkota bunga, [Name]-chan. Ini adalah hadiah untukmu."

"Hadiah... untukku?" [Name] memiringkan kepalanya keheranan, "Tapi Nii-san, hari ini 'kan bukan hari ulang tahunku," kata gadis kecil itu dengan polosnya, sukses membuat si bocah laki-laki terkekeh pelan.

"Hadiah itu tak selamanya harus diberikan saat seseorang berulang tahun, [Name]-chan." Anak laki-laki tersebut berujar seraya mengusap lembut kepala [Name], "Kau bisa memberikan hadiah kepada orang yang kau sayangi kapan saja dan di mana saja."

Tangan anak laki-laki itu lantas mengambil mahkota bunga yang tadi telah selesai ia rangkai, kemudian meletakkannya di atas kepala [Name].

"[Name]-chan adalah orang yang kusayangi, karena itulah aku memberikan mahkota bunga ini padamu."

****

"... -chan! [Name]-chan!"

Seruan Tsukasa sukses menarikmu keluar dari memori itu. Rasa sakit di kepalamu perlahan mulai mereda dengan sendirinya. Kau menatap Tsukasa yang kini tengah menampakkan raut penuh kekhawatiran pada wajahnya.

"Tsuka-"

Ketika kau hendak memanggil namanya, tiba-tiba saja bocah itu langsung memelukmu dengan erat.

"Syukurlah... syukurlah kau tak apa, [Name]-chan..."

Tsukasa mengeratkan pelukannya, membuatmu merasa sedikit sesak. Tapi di saat bersamaan, kau merasa aman dan nyaman ketika berada di pelukannya.

"Hm... aku tak apa-apa, kok." Kau bergumam pelan dan balas memeluknya. Pada saat itu juga, kau menyadari bahwa tubuh Tsukasa sedikit bergetar.

'Bocah ini... benar-benar khawatir padaku?' Kau membatin keheranan, 'Kenapa ia segitu pedulinya denganku? Padahal dia sendiri hanyalah sosok tak nyata yang muncul sebagai bagian dari mimpiku ini...'

Kau menadahkan kepalamu menatap langit biru di atas sana.

'Mimpi ini betul-betul aneh.'

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top