1. Where Am I?
"Eh? Ini... di mana?"
Kau bergumam pelan seraya mengerjapkan matamu menatap sekitar. Langit biru cerah dan taman bunga berwarna ungu yang amat luas ini tampak sangat asing di matamu.
Kau pun lantas berdiri lalu mulai berjalan menelusuri taman bunga tersebut. Namun meski sudah lama berjalan, kau tak kunjung juga menemukan ujung dari taman ini.
"Kenapa aku bisa berada di sini?" Kau bertanya pada dirimu sendiri.
Otakmu bekerja keras berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum kau tak sadarkan diri, tapi sayangnya kau tak dapat mengingat apa pun.
"Haah..." Kau menghela napas panjang kemudian membaringkan diri di atas bunga-bunga itu, "Di antara sekian banyaknya orang, kenapa harus aku yang mengalami hal ini?"
Sudahlah, ini akan menjadi semakin rumit bila terlalu dipikirkan.
Kau memejamkan matamu, hendak beristirahat dahulu dari kenyataan yang aneh ini. Tapi belum juga semenit sejak kau memejamkan mata, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki seseorang. Karena terlalu kelelahan, kau pun menganggap suara itu hanyalah khayalanmu semata dan mengabaikannya.
"[Name]-chan? Apa itu kau?"
Suara seorang bocah kecil dari sampingmu spontan membuat kedua matamu terbuka lebar. Kau refleks bangun dan menoleh ke samping.
"Kau... siapa?" Tanyamu pada seorang bocah kecil bersurai merah gelap dan bermata ungu gelap.
Bocah itu terdiam selama beberapa saat, kemudian tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya kepadamu.
"Namaku Suou Tsukasa. Salam kenal, [Name]-chan~" ujarnya kepadamu.
Kau menatap wajah Tsukasa dan tangan kecilnya secara bergantian. Ragu-ragu, kau pun mengulurkan tanganmu guna membalas uluran tangan si bocah. Kalian berjabat tangan selama beberapa saat dan ketika kau hendak menarik kembali tanganmu, tiba-tiba saja sebuah kepingan memori terlintas dalam pikiranmu.
****
"[Name]... na-namaku, [Name] [Fullname]..." ujar seorang gadis kecil bersurai [Hair Color] kepada seorang anak laki-laki yang tampak lebih tua beberapa tahun darinya itu.
Bibir anak laki-laki tersebut lantas membentuk seulas senyum tipis, "Nama yang bagus... [Name]-chan." Ia berujar seraya mengulurkan tangan kanannya kepada [Name] kecil, "Mulai sekarang, kita ini adalah teman, oke?"
Mata gadis kecil itu berbinar-binar kala mendengar perkataan si anak laki-laki. Tangan kecilnya ia ulurkan untuk membalas uluran tangan si anak laki-laki dengan senyum lebar terpatri pada wajahnya.
"Hn! Nii-san!"
****
"Ukh..." Kau spontan memegang kepalamu yang mendadak terasa sakit.
"Apa kau tak apa-apa, [Name]-chan?" Tsukasa bertanya khawatir.
"A-aku tak apa..." jawabmu lirih sambil tersenyum kecil.
Namun wajah bocah itu tampak seolah tak yakin dengan jawabanmu.
"Oh ya, ngomong-ngomong, kenapa kau bisa tahu namaku?" Tanyamu kemudian yang langsung mengganti topik pembicaraan.
Tsukasa mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu tertawa pelan kala mendengar pertanyaanmu, "Hm... kenapa aku bisa tahu ya? Tebakan, kurasa?"
...
..
.
Sungguh, kau tak tahu harus berkata apa lagi terhadap bocah bernama Tsukasa itu.
"Sudahlah, lupakan saja pertanyaanku barusan. Yang lebih penting, sebenarnya tempat apa ini?"
"Tempat ini?" Tsukasa mengulangi pertanyaanmu seraya menatap sekitarnya, "Tentu saja ini taman bunga."
"Bukan itu yang kumaksud..." Kau menghela napas melihat kepolosan bocah yang ada di depanmu kini, "Aku tahu tempat ini adalah taman bunga. Tapi taman bunga seperti apa ini? Kenapa taman ini tak memiliki ujung? Dan kenapa aku bisa berada di sini?"
Tsukasa mengangguk mengerti mendengar penjelasanmu.
"Ah, aku paham!" Ia menjentikkan jari telunjuknya, "[Name]-chan pasti sedang bermimpi!" Jawabnya dengan amat yakin.
"Hah?" Kau menatap Tsukasa kebingungan, tak paham maksud dari jawaban bocah itu.
Tsukasa yang paham maksud dari ekspresi wajahmu itu pun tersenyum dan mulai menjelaskan maksud dari perkataannya.
"Jadi begini, tubuh asli [Name]-chan mungkin saja sedang tak sadarkan diri di suatu tempat pada saat ini. Sedangkan [Name]-chan yang ada di depanku kini adalah roh [Name]-chan yang masuk ke dalam mimpi [Name]-chan sendiri."
Kau mengangguk mengerti. Jadi semua ini hanya mimpimu semata ya?
"Tunggu sebentar!" Serumu mendadak, "Kalau benar semua ini mimpiku, apa itu artinya Tsukasa, kau..."
"Benar sekali." Tsukasa yang sudah tahu apa kelanjutan dari perkataanmu pun langsung mengiyakan, "Aku adalah bagian dari mimpimu. Begitupula dengan taman bunga ini."
Ah, kau paham sekarang. Pantas saja kau tak dapat mengingat apa pun. Ternyata semua yang ada di sini itu tak nyata dan tak pernah ada. Baik taman ini, mau pun sosok seorang bocah kecil bernama Tsukasa.
"Lalu, kapan aku akan bangun?" Kau bertanya lagi.
"Maaf, [Name]-chan, tapi aku juga tak tahu kapan pastinya kau akan bangun," jawab Tsukasa menggelengkan kepalanya.
"Begitu ya..."
Kau bergumam sendiri dan menadahkan kepala guna menatap langit biru di atas sana.
"Kurasa... aku hanya perlu menunggu saja sampai tubuh asliku bangun," katamu tersenyum tipis, "Lagipula, kebun ini indah dan nyaman. Cocok untuk merilekskan diri sesaat."
Tsukasa yang mendengar perkataanmu itu pun langsung tersenyum lebar dan menarik tanganmu untuk mengikutinya.
"Nah, daripada bosan, ayo kita bermain, [Name]-chan~"
To Be Continue...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top