Perasaan Meadowsweet- Calantha Floria

Aku memutar bola mataku kesal. Sudah berkali-kali ibu memarahiku seperti ini, hanya karena hal sepele pula. Beliau memarahiku karena aku berada ditaman dan berbicara dengan orang lain. Aku tahu ia sudah mengingatkanku tentang berbicara dengan orang lain, tapi aku juga ingin berbicara dengan orang lain selain ibu, belum lagi di rumah yang semegah ini hanya ada aku dan ibu. Tatapanku beralih kearah taman, mengingatkanku pada kejadian beberapa jam sebelum ini. Aku bertemu dengan laki-laki berambut dirty blonde dan bermata biru, tentu saja aku tahu siapa dia, Niall Horan adalah namanya. Dia sempat takut saat melihatku tiba-tiba keluar dari semak-semak(tentu saja, kalau keadaannya berbalik, aku juga akan takut saat melihat Niall.)

"Calantha, aku sedang berbicara denganmu!" Pandanganku kembali beralih pada ibu. Wajahnya memerah karena amarah. Ups, dia benar-benar marah denganku.

"Aku tahu apa yang akan ibu bicarakan, tentang kejadian itu, kan? Aku sudah lelah mendengarkan cerita itu lagi, aku juga ingin mempunyai teman, bukan seperti ibu yang sangat suka menyendir-" aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku, karena sebelum sempat aku merasakan pipi sebelah kananku panas, telingaku berdenging. Ibu menamparku!

"Sudah puas meracaunya, nona Floria? Kuperingatkan sekali lagi, kalau kau berbicara atau berteman dengan orang luar, kau tidak akan kubiarkan keluar dari rumah ini. Ingat itu!" aku menatap ibuku dingin. Bukan pertama kalinya ia membentak dan menamparku seperti ini, dan akhir ceritanya adalah ketika ia masuk ke kamarku dan meminta maaf karena sudah menamparku.

"Kau sudah berkali-kali berkata seperti itu, dan akhirnya aku selalu bisa mencuri kesempatan untuk keluar dari rumah ini," aku yakin, ibuku ingin menamparku sekali lagi. Tentu aku sadar dengan ucapanku yang kurang ajar padanya, tapi mau bagaimana lagi? Itulah ungkapan hatiku padanya. Sebelum ia sempat membuka mulutnya, aku sudah berlari ke kamarku dan membanting pintu, agar ia tahu kalau aku sedang tidak ingin diganggu.

Tidak seperti kebanyakan gadis, aku tidak berlari kearah tempat tidurku, tapi, aku berlari kearah jendela. Melihat taman yang kurawat sendiri, selalu memberikan rasa nyaman tersendiri untukku, taman ini juga mengingatkanku pada sosok ayahku. Omong-omong, aku tidak menyangka kalau Niall berani masuk ke dalam taman tadi. Bukan, bukan aku menuduhnya penakut atau apapun, hanya saja, jarang sekali orang yang berani masuk ke dalam taman, apalagi saat mendekati rumah. Rumahku,-ralat rumah ibuku memang megah, siapapun pasti bisa melihatnya, tapi, karena dindingnya yang sudah dipenuhi oleh tanaman rambat dan warna dindingnya yang sudah kusam, membuat rumah ini terlihat menyeramkan, apalagi saat malam hari. Ditambah lagi, banyak orang yang bilang kalau pada saat malam hari, mereka melihat sosok laki-laki yang berada di kebun tengah bernyanyi dengan lantang. Tapi untukku sendiri, aku tidak pernah mendengar suara yang seperti itu. Kalau ibu sih, aku tidak tahu apa dia pernah mendengar atau melihat sosok itu.

Suara langkah kaki dan ketukan terdengar oleh telingaku. Tanpa menoleh pun aku tahu kalau itu adalah ibu, mungkin dia akan meminta maaf, sama seperti kejadian-kejadian sebelum ini. Kali ini pikiranku meleset, "Calantha, aku mau pergi dulu. Ada urusan di Australia, kali ini aku pergi cukup lama, kurang lebih satu minggu. Ingat pesanku baik-baik, sebelum aku benar-benar akan menghukummu," ibuku memang mempunyai bisnis besar yang aku tidak tahu apa saja yang ia lakukan.

Tanpa banyak kata, aku mengangguk pelan. Tidak ada untungnya juga kalau aku menahannya disini, toh, memang hubungan kami sudah lama seperti ini, "terserah kau saja."

Ibu tersenyum sekilas, "aku menyayangimu, Calantha," lagi-lagi aku hanya mengangguk sebagai respon, kalau aku mendengar apa yang ia katakan. Langkah kakinya menjauh, mungkin dia sudah menyiapkan mobilnya sebelum ke kamarku. Mataku terpaku pada sosok ibuku yang melirik sekilas kearah kamarku, dia tersenyum sendu sebelum menancap gas, meninggalkan aku bersama rumah ini sendirian. Ibuku memang tidak suka dengan adanya orang lain, hal itu sudah kukatakan berkali-kali bukan?

Memang ada alasannya mengapa ibuku sangat protektif terhadapku. Selain dia sudah menjadi single parent sekarang, masa lalu kami yang membuatnya seperti itu juga. Ayahku sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, dan sejak itu ibu mengurungku di dalam rumah ini(tidak salah kan, kalau aku berpikir sedang memerankan Rapunzel? Dia dikurung di menara, sedangkan aku terkurung di dalam rumah penuh kenangan. Hanya saja aku belum menemukan pengelananya saja)dia juga melarangku untuk berteman, bahkan berbicara dengan orang luar karena ada trauma tersendiri untuknya.

Mataku menangkap siluet bunga berwarna putih kecil. Meadowsweet, aku merasa seperti arti bunga itu sekarang. Rapuh, dan merasa tidak berguna, itulah arti Meadowsweet. Aku yang merasa tidak berguna untuk menghilangkan trauma ibuku sendiri dan yang lebih parahnya, aku merasa tidak berguna karena tidak bisa melawan ibu saat ia melakukan penyiksaan fisik terhadapku. Aku hanya bisa berharap, akan ada orang yang akan membantuku menyadarkan ibuku dan aku sendiri.

Chap 2 maaf kalo pendek dan ngebosenin... Mudah2an yg bru selesai uas, bisa rileks baca ff ini..
Happy reading and leave the vomments yap!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top