Mengingat sang Tulip(warna-warni)-Niall Horan
Pikiranku melayang ke peristiwa kemarin, aku sudah membuktikan kalau aku tidak sedang bermimpi(aku sempat tersandung saat melewati jalan pulang, siku-ku lecet karena aku mengenakan baju berlengan pendek, jadi, aku tidak mungkin sedang bermimpi, kan?)dan gadis bernama Calantha itu membuatku penasaran. Wajah yang sebelumnya senang dan bahagia, mendadak hilang saat ada suara wanita yang memanggilnya dengan nada kasar. Ia juga terlihat gemetar dan ketakutan, matanya yang beriris hitam memperkuat dugaanku kalau ia takut dengan siapapun yang memanggilnya.
"Oi, kau melamun terus, ada apa denganmu?" Zayn menepak belakang kepalaku, ia membuyarkan lamunanku begitu saja.
"Aku baik-baik saja Zayn. Memangnya apa yang membuatmu berpikir kalau aku kenapa-napa?" Aku mengaduk-aduk bubur yang Louis buat, kepalaku hanya penuh dengan sosok gadis itu.
"Itulah yang membuatku yakin kalau kau sedang memikirkan sesuatu, Nialler. Kau pikir sudah berapa lama kita bersama-sama, he? Kalau kau hanya mengaduk makananmu tanpa berniat memakannya, itu pertanda kalau kau memang sedang ada masalah," aku menatap Zayn uang juga sedang menatapku. Bukan hanya dia saja, tapi seluruh orang yang berada di meja makan juga menatapku heran(Harry, Louis dan Liam)memang ada yang salah denganku?
"Aku tidak apa-apa, guys. Kenapa kalian semua melihatku begitu sih?"
"Kemarin kau kemana, Ni?" Aku menghela nafas lega, Liam benar-benar bisa mengalihkan situasi, aku memang tidak suka menjadi sasaran pembicaraan, apalagi merasa terpojok karena sesuatu.
"Aku hanya berjalan-jalan di sekitar sini. Kau tahu rumah yang ada di ujung jalan? Rumah itu memiliki taman yang luas dan penuh bunga, kalian harus kesana sekali-kali, tamannya benar-benar indah, aku saja sampai tidak percaya kalau itu ada. Oh ya, taman itu seperti english garden dan rumahnya bukan rumah biasa, kelihatan dari luar rumah itu memang menyeramkan tapi sepertinya tidak kalau kalian melihat siapa penghuninya, ada wanita yang galak dan ada seorang gadis yang can-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, aku buru-buru menutup mulut. Aku kan tidak berniat mengatakan sesuatu tentang Calantha. Sial, kebiasaanku berbicara sesuatu yang tidak kumaksudkan(baca: keceplosan) benar-benar merepotkan.
"Jadi ini ada hubungannya dengan gadis yang tinggal disana? Harry cepat habiskan makananmu, sebentar lagi kita akan kesana," aku menatap Louis dengan tatapan membunuh, apa yang mau dia lakukan disana? Apalagi dia mengajak Harry, astaga kalau Calantha menyukai Harry bagaimana? Dengan cepat aku menghabiskan buburku(ya, kalau menghabiskan semangkuk bubur kurang dari satu menit itu bisa di katakan cepat)lalu berlari menyusul Louis dan Harry yang sudah berlari keluar villa.
Zayn dan Liam mengekori kami(aku, Harry dan Louis)mengingat bentuk badan mereka yang jauh lebih baik dariku, mereka berdua bisa menyusulku dengan waktu cepat, bahkan mereka bisa mengejar Harry dan Louis(walaupun hanya Liam yang mengejar mereka berdua, sementara Zayn tetap bersamaku)ketika aku dan Zayn sampai, mereka bertiga masih mencari sosok Calantha yang aku yakin sangat sulit diketahui(kemarin bukan aku yang menemukannya, tapi dia yang tiba-tiba muncul begitu saja, kan? Aku kira ia hantu, mengingat rumahnya yang begitu menyeramkan)Zayn mendekatiku.
"Kau yakin melihat seorang gadis disini, Ni? Bukan sesosok arwah yang mendiami rumah ini?" Bisiknya padaku, aku terkekeh pelan lalu mengangguk. Wajar saja Zayn berkata seperti itu, aku sudah mendeskripsikan keadaan rumah ini bukan? Dan aku juga yakin, tidak banyak orang yang berani memasuki rumah ini.
"Tentu saja, Zayn," aku melihat sosok Calantha yang berdiri di belakang kami, aku yakin ia bermaksud untuk mengagetkan kami. Sayangnya, aku sudah mengetahui keberadaannya lebih dulu. Ia mengangkat jari telunjuknya didepan bibir, menyuruhku untuk diam. Aku tersenyum miring, ide untuk mengagetkan mereka sangat bagus, mengingat mereka sudah membobol rumah orang lain tanpa permisi(aku tahu kata yang kugunakan memang terkesan jahat, tapi hanya kata itu yang terpikirkan di kepalaku.)
"Bagaimana kalau aku memang menghuni rumah ini, Zayn?" Aku tertawa keras melihat ekspresi keempat temanku yang mengeras, mereka berpandangan satu sama lain sebelum membalikkan badan, membuktikan apa gadis yang baru saja memanggil nama Zayn adalah manusia atau hantu? Dengan suara yang sengaja di beratkan, Calantha sukses membuat suaranya terdengar menakutkan.
"Astaga, kau benar-benar manusia. Kukira kau adalah hantu," ujar Harry.
Calantha tertawa mendengar pernyataan Harry, ia langsung mendudukan diri di rerumputan hijau lalu mengeluarkan sekantung chips sama seperti yang ia lakukan kemarin, "kalian mau?"
Aku langsung mengambil camilan itu, perutku masih lapar karena aku memakan sarapanku dengan terburu-buru, sahabatku yang lain juga mengambil camilan yang ditawarkan oleh Calantha.
"Apa yang membuat kalian kesini? Apa Niall sudah memberitahukan kalau aku tinggal disini sebagai manusia, bukannya hantu?" Tanya Calantha diiringi dengan kekehan pelan. Aku mengangguk semangat, tentu saja aku sudah berkata pada mereka kalau Calantha adalah manusia, mereka saja yang terlalu penasaran dan ketika melihat rumah ini langsung berpikir yang mendiami rumah ini adalah hantu.
"Eh, kau mengenal kami?" Louis menatap Calantha tidak percaya, aku ikut menatap Calantha, memang pertanyaanku tentang ia yang mengetahui kami, belum kutanyakan.
"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal kalian, Lou? Yang kemarin bertemu denganku adalah Niall, yang berkata kalau aku hantu adalah Zayn, yang berambut keriting itu Harry dan satu-satunya yang tersisa adalah Liam. Apa aku benar?" aku ikut menyeringai saat Calantha memasang seringai senang.
"Jadi, kau sudah mengenal kami. Tapi kami belum mengenalmu, siapa namamu?" Aku menatap Liam yang duduk di samping Calantha, perasaan tidak suka kembali terbesit di benakku. Jujur saja, aku tidak tahu kenapa aku merasaka perasaan tidak suka ini, Liam adalah sahabatku, kenapa aku harus merasa kesal dengannya?
"Aku Calantha Floria, kalian bisa memanggilku Cal, senang berkenalan dengan kalian. Tapi, kalian masih belum menjawab pertanyaanku, apa yang membuat kalian kesini?" Calantha mengeluarkan notesnya, lalu mencoret-coret sesuatu di kertas itu. Aku tidak bisa melihat apa yang ia lakukan dari tempatku duduk.
"Well, tadi pagi kami menemukan Niall yang tengah terdiam mengaduk makanannya tanpa berniat memakan makanan itu, padahal makanan itu adalah buatanku yang aku yakin sangat enak, dan saat Liam menanyakan kemana dia pergi kemarin, ia menjelaskan kalau ia pergi kesini dan menemukan seorang gadis yang sangat cantik dengan wanita gal-" aku membekap mulut Louis. Benar-benar deh, terkadang aku berpikir apa yang membuatku selalu bisa mengimbangi kejahilannya. Tidak mungkin kan, ia mengatakan kalau aku sempat berkata ada wanita galak yang tinggal di rumah ini.
Calantha mengangkat sebelah alisnya, ia mengalihkan pandangannya dari notes yang ia pegang. Matanya menatapku tajam, "jadi, Niall berkata seperti itu tadi pagi? Asal tahu saja, wanita yang Niall katakan galak adalah ibuku, dan harus kukatakan kalau ibuku memang galak. Aku tidak akan marah padamu, Niall," aku menghela nafas lega.
Membayangkan kalau Calantha marah padaku, membuat perasaanku tidak nyaman. Eh, apa yang kukatakan barusan, aku kan baru bertemu dengannya kemarin. Lalu perasaan apa yang kurasakan ini? Tidak, tidak, aku hanya ingi mendapatkan teman baru, mempunyai teman baru itu sangat menyenangkan, jadi tidak mungkin aku mempunyai perasaan lebih padanya. Aku ini benar, kan?
Zayn bangkit dari tempat duduknya lalu berjongkok di belakang Calantha sepertinya bukan hanya aku saja yang penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Calantha, "apa yang kau lakukan, Cal?"
"Sedang menulis arti bunga-bunga yang ada di tamanku ini."
"Oh ya? Kau mengerti bahasa bunga? Apa kau bisa memberikan satu arti bunga untuk masing-masing dari kami?" Pinta Louis dan Harry dalam waktu bersamaan. Dasar, terkadang aku merasa kalau mereka adalah sepasang kakak-beradik yang lama terpisah dan akhirnya bertemu kembali.
"Tentu. Aku akan memberikan arti bunga camomile untukmu, Zayn. Camomile memiliki arti semangat dalam kesulitan, sangat cocok untuk menggambarkan perasaanmu pada Perrie, kekasihmu, kan?" Aku yakin melihat semburat kemerahan di wajah Zayn saat nama Perrie disebutkan. Ah, aku saja bisa merasakan rasa bahagia Zayn saat nama Perrie disebutkan, mungkin ini adalah ikatan batin antar sahabat atau antar saudara?
"Lalu untuk Liam, aku akan memberikan bunga Iris untukmu. Arti dari bunga itu adalah keberanian, kebijaksanaan dan kekuatan, cocok dengan image-mu sebagai Daddy Direction kan?" Louis menampakkan raut wajah ingin protes. Yah, selama ini ia selalu merasa paling kuat dan berani, tidak salah sih kalau ia ingin protes, tapi Calantha buru-buru melanjutkan.
"Jangan protes, Lou. Aku tahu kau berani dan kuat, tidak kalah dengan Liam. Tapi, aku tahu apa yang lebih cocok denganmu. Buttercup, mempunyai arti kekanakkan, sama seperti moto-mu, kan?" Louis melonjak girang, sepertinya ia senang dengan personifikasi dirinya, hebat, sejauh ini ia bisa memilih arti bunga yang sesuai dengan karakter kami.
"Bagaimana dengan Harry dan Niall, Cal?" Louis yang sepertinya sudah bisa mengendalikan dirinya kembali bertanya. Ya, aku juga penasaran dengan personifikasi-ku.
"Hm... Mungkin aku akan memberikan Harry bunga Camelia, penghormatan, kesempurnaan dan kalimat 'semoga berhasil' adalah arti dari bunga itu. Aku tidak tahu kenapa aku memberikan Harry bunga itu, tapi aku merasa bunga itu sangat cocok dengan Harry," Harry membungkukkan setengah badannya. Tentu saja ia senang, ia di deskripsikan dengan kata 'sempurna' aku pun juga setuju akan hal itu. Banyak fans-nya yang berkata kalau ia sangat sempurna dengan lesung pipi dan rambut keritingnya itu.
"Terakhir adalah Niall, satu-satunya bunga yang terpikirkan olehku saat mendengar namanya adala Tulip yang berwarna-warni. Bunga itu memiliki arti mata yang indah. Bukannya aku tidak mempunyai arti bunga yang lebih bagus lagi untukmu, Niall. Hanya saja, aku bisa mendeskripsikanmu dengan bunga itu saja. Kau tahu, mata yang indah adalah jendela hati yang luar biasa, dan menurutku kau adalah orang yang luar biasa," wajahku yang sebelumnya tertunduk karena kecewa, berubah menjadi raut wajah terharu. Senyuman lebar tidak bisa ditahan, dan personifikasi untukku mempunyai arti yang lebih dalam dibandingkan dengan mereka.
Menurutku, yang pantas mendapatkan arti itu adalah dirinya. Calantha mempunyai mata hitam yang sangat indah dan aku yakin, yang membuatku mengingatnya tadi pagi adalah matanya.
Hello... Ketemu lagi.. Maaf singkat ya..
Happy reading..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top