C. Ruined My Day?
"Kita sedari awal tak pernah rekat. Namun entah panah dari mana yang buatku terpikat. Sayang, siapkah dirimu untuk ku jerat dalam buai kasih terpekat?"
*****
Kunimi merutuki dirinya sendiri kala cewek dengan balutan cardigan rajut khas miliknya itu benar-benar tidak menyerah untuk mengejarnya. Cewek itu bahkan datang di tengah latihannya dan menyorakinya untuk memberi semangat di tribun. Ia lupa sekeras apa suara cewek itu sampai dapat memekakkan telinga siapa pun.
"SEMANGAT LATIHANNYA CALON SUAMI!"
Cowok berambut belah tengah itu melototi cewek yang kini tampak cengengesan dan nyengir hingga menampakkan deretan gigi putihnya itu.
Jujur saja, Kindaichi merasa aneh dengan gelagat sahabatnya itu. "Kun, itu cewek lo? Apa cewek yang biasa ngirim bunga itu?" Tanyanya yang diperhatikan oleh anggota voli.
Kunimi berdeham, sebagai balasannya atas pertanyaan Kindaichi. Kontan semuanya beralih pandang ke arah cewek yang masih setia menyoroti Kunimi itu. Karena kenyataannya, bagi (Name), di matanya hanya ada Kunimi seorang. Yang lain mah cuma butiran amoeba.
"Cah edan, serius itu yang nggebet lo Kun?" Tanya Matsukawa tanpa memandang Kunimi. Sedangkan cowok yang ditanya pun hanya mendengus pelan.
Sudah ia duga reaksinya akan se-lebay ini.
Sebegitu tidak berkualitas kah seorang Kunimi jika disandingkan dengan Oikawa?
"Kok pada berhenti main? Ayo latihan lagi! Btw, mas yang mukanya kek kebanyakan beban hidup, semangat yaa!" Seru (Name) kembali menyorakinya.
Seketika semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar celetukan (Name) itu. "Ayo mas Kunimi, yang semangat latihannya tuh," Ejek Kindaichi dengan mendayu-dayukan nada bicaranya.
"Kamu (Name) kan? Kamu gak nyemangatin aku juga sih? Aku kan kakak kelasmu," Kata Oikawa menghampiri tribun sembari memanyunkan bibirnya. Penuturan Oikawa membuat (Name) menggaruk pelan tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Ehehe, maaf kak. Tapi aku sukanya sama Kunimi bukan sama kakak," Jawab cewek itu berusaha sehalus mungkin yang justru menambah ledekan yang ditujukan kepada cowok bernama Kunimi itu.
"HARGA DIRI OIKAWA JATUH NJIR HAHAHAHA!"
"Cowok seganteng Oikawa aja ditolak, lo pake pelet dukun mana dah Kun?" Tanya Iwaizumi yang sedari tadi hanya menyimak ledekan yang dilontarkan pada adik kelasnya itu. Kunimi hanya bergeming dengan muka malas khasnya tanpa berniat menjawab sedikit pun ucapan Iwaizumi.
"Mi?" Panggil Iwaizumi ulang.
"Mi burung Iwa, enaknya nampol terus~" Timpal Hanamaki, cowok berambut merah muda itu.
Plak! "Berisik, gue gibeng mampus lo." Iwaizumi menggeram marah sembari memiting leher Hanamaki. "Aduh, sakit mamake."
"Bubar bubar, ayo latihan lagi!"
*****
"KUNIMII, CALON ISTRI LO NYAMPERIN NIH!"
Semua anggota voli yang baru saja hendak istirahat seketika menoleh ke arah sumber suara. Seperti yang sudah mereka duga, raut wajah Kunimi mendadak bengis ketika melihat kedatangan cewek itu.
"Ey, gais. Kita ganti baju dulu yuk." Seolah sudah menduga apa yang terjadi selanjutnya, Oikawa merangkul teman-temannya untuk keluar dari gym dan memberi ruang bagi kedua sejoli itu.
Kunimi beranjak dari duduknya. "Mau apa lo?"
(Name) membulatkan matanya. "Wow wow, santai mas. Gue tahu gue cantik, tapi santai aja kali mukanya." Cewek itu terkekeh pelan.
"Nih, air putih. Gue tahu lo haus abis latihan. Dan seperti biasa, gue bawain lo bunga lili! Masih seger nih, cakep juga kek yang ngasih!" (Name) menyodorkan sebotol air putih yang masih tersegel dan juga sebuket bunga persis seperti kemarin.
Mungkin cowok lain akan terpesona dan luluh dengan usaha (Name) untuk menggapai hati Kunimi. Namun, berbeda dengan cowok itu. Sayangnya, ia hanya menganggap (Name) tidak lebih sebagai cewek yang mengusik ketentraman hidupnya.
"Gue gak minta lo buat bawain gue air," Ketus Kunimi tak menghiraukan pemberian (Name).
Cewek itu menggeram kesal. Ia menarik lengan cowok itu dan menaruh botol air itu tepat di telapak tangan Kunimi. "Gak usah rewel, ini semua buat lo. Terserah mau diminum kek, buat mandi kek, atau ternak lele, gue gak peduli asal itu berguna!" Tukasnya.
Kunimi hanya menatap malas sebotol air dan cewek di hadapannya itu secara bergantian. "Bunganya gak usah kan? Gue males bawanya."
"ASTAGA KUNTI, LO GAK BOLEH MALES! NIH, AIRNYA DIMINUM DULU BARU BAWA BUNGANYA, OKE?" (Name) dengan cepat menaruh sebuket bunga itu di sebelah tangan Kunimi.
"UDAH YA, GUE MAU PULANG DULU. DADAH BEB, MUAH!" Cewek itu berlalu dari hadapan Kunimi yang membuat cowok itu akhirnya bisa bernapas lega.
"Bangsat, gue dipanggil Kunti."
*****
Kindaichi menepuk pelan pundak cowok yang masih terlihat malas itu. "Kun, itu cewek lo kan? Dia pulang sendiri?" Tanyanya sembari melihat ke arah cewek yang masih sibuk menali sepatunya itu.
Cowok yang dipanggil melemparkan tatapan kesal pada sahabatnya itu. "Ck, dia bukan cewek gue. Peduli amat dia pulang sendiri." Kunimi masih ketus bila berhadapan dengan hal tentang (Name).
Hanamaki dan Matsukawa saling berpandangan sejenak seolah berbagi satu sel otak yang sama. Setelahnya, senyum mencurigakan itu terbit di wajah keduanya. Terkutuklah, Kunimi.
"OH MAI GWODD, SIS LIHAT DEH! Tahu gak, emak gue bilang daerah sini rawan penculikan apalagi cewek seumuran kita!" Matsukawa berpura-pura panik sambil melihat ponselnya.
Hanamaki yang mengerti situasi, melongok ke arah ponselnya. "DEMI APASIHH? Aku tadi juga denger, korbannya disogok pakai album kpop terus..." cowok itu mengode temannya agar melanjutkan ucapannya.
"Terus katanya korbannya dilecehkan, diperkosa sampai modar," Lanjut Matsukawa. Kunimi yang awalnya tenang langsung membulatkan matanya diam-diam. Sedangkan, yang lainnya mati-matian menahan tawa melihat reaksi cowok itu.
"Kalo sudah pingsan gitu, katanya dimutilasi terus dijual deh organnya di toko gelap. Duh, serem banget gak sih?" Hanamaki memasang wajah paniknya seolah-olah itu nyata. Terlihat sudah air muka Kunimi yang gelisah sambil memandang (Name) dari kejauhan.
Temannya itu sudah menutup mulutnya sambil menggelengkan kepalanya. "Parah sih, mana katanya jenazahnya dibuang ke laut lagi. Miris banget sih, makanya tiap liat cewek yang seumuran lagi pulang sendirian, gue selalu berusaha buat nganterin dia," Sindir Matsukawa.
Kunimi terlihat ragu-ragu. Hendak menyusul (Name) namun ia terlalu gengsi untuk sekedar menemaninya pulang. Cowok itu berdecak dan mengenyahkan segala ego yang berkecamuk dalam dirinya.
"Bang, gue pulang duluan ya. Emak gue nelpon, katanya adek gue belum dijemput," Pamit Kunimi tanpa melihat ke arah teman-temannya.
Seketika tawa yang sejak tadi tertahan, meledak saat itu juga kala Kunimi sudah berlalu dari pandangan mereka. "Pura-pura cuek padahal diem-diem peduli. Anak lo tuh, parah banget." Matsukawa menyikut pelan lengan Iwaizumi.
Kindaichi yang masih belum paham situasi, menatap Kunimi yang mulai menjauh dan kakak-kakak kelasnya yang masih tertawa secara bergantian. "HEH, KUNTI! LO KAN ANAK TUNGGAL GOBLOK!"
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top