B. Lilium
Lilium
(n.) Diambil dari nama latin bunga lili.
*****
"Bunga buat bang Oikawa?"
Cowok itu mengambil sebuket bunga dengan corak putih di hadapannya dan mengamati lekat tiap inci buket yang terbungkus indah itu. Matanya membulat kala melihat sticky notes yang dengan jelas tertera pesan untuk dirinya.
Semangat latihannya, Kunimi! - Unknown
"Bukan," Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga di genggamannya. Jawabannya sontak membuat seisi gym heboh. Ini pertama kalinya dalam sejarah tim voli Aoba Johsai mendapat hadiah dari seorang penggemar selain sang kapten, Oikawa.
Terdengar berlebihan, namun dengan keberadaan Oikawa yang selalu tampak bersinar dan menonjol di antara anggota timnya membuat pesona mereka tanpa sadar tertutupi olehnya.
Sungguh miris nasib satu tim sama Oikawa.
Hanamaki dan Matsukawa yang pertama kali heboh, menghampiri Kunimi yang masih bergeming. "Buat siapa?"
Kunimi hanya mengendikkan bahu dan menunjukkan sticky notes yang tertempel di bungkus bunga itu.
"DEMI APAZI TWING!?" Seru mereka tak percaya.
Kindaichi yang tak sengaja mengintip pun ikutan melongo. "Kerjaan rebahan gini ternyata ada juga yang diem-diem naksir lo ya," Ejeknya dengan nada meremehkan.
Cowok yang baru saja menjadi pusat perhatian seisi gym itu berdecih kesal. Kunimi tak masalah jika ada yang menyukainya, namun kalau sampai mengusik ketentramannya di depan umum hingga menarik perhatian teman-temannya, sungguh akan merepotkan.
Pengen rebahan aja gini, jing
*****
"Matanya kena gejala katarak gak sih? Masa bisa-bisanya suka Kunimi daripada gue," Rengek Oikawa sebal melihat Kunimi yang selalu mendapat bunga dari pengagum rahasianya akhir-akhir ini.
"Berisik, sirik amat hidup lo! Urusin noh fans lo yang masih ada segudang!" Omel Iwaizumi setelah menggeplak bagian belakang kepala sang kapten.
"Sakit, dodol!"
"Bodo."
Hari silih berganti namun belum ada satu pun yang mengetahui pengirim bunga yang selalu ditujukan kepada cowok dengan raut malas andalannya itu. Hebatnya, si pengirim ini selalu berhasil menyelinap ke dalam area yang cukup ramai ini.
Lagi-lagi Kunimi mengernyitkan dahi kala membaca pesan tertera di sticky notes itu yang tertempel pada buket bunga.
Haha, bilang sama temen lo. Gak usah repot nyari siapa gue, lo juga. - Unknown
"Gak pernah punya penggemar sekalinya ada, langsung dapet yang sangar gini," Sahut Kindaichi yang berdiri di sebelah Kunimi.
Kunimi menggertak marah dan segera berlalu dari gym membawa sebuket bunga putih dari pengirim misterius itu di genggamannya. "Iri ya, enggak pernah punya fans?" Ucap Kunimi sambil memeletkan lidahnya ke arah Kindaichi.
"Kampret," Umpat Kindaichi sedikit menyorot kesal sahabatnya itu.
Hanamaki yang sedari tadi menyimak interaksi keduanya menepuk pelan pundak Iwaizumi. "Kunimi sudah gede ya bunda."
"Habis ini dapet undangan unduh mantu nih sama bunda," Timpal Matsukawa.
"Bunda matamu." Iwaizumi bersungut kesal.
*****
"Maksud lo apa?"
Cewek yang merasa terpanggil itu pun menoleh dan sedikit terkejut melihat kedatangan Kunimi di hadapannya. "Lo manggil gue? Lo siapa?"
Kunimi mendengus pelan melihat reaksinya. "Gak usah pura-pura gak ngerti. Gue tadi ngelihat lo naruh ini diem-diem di bangku cadangan. Lo kalau ada dendam bilang, gak usah pakai acara ngasih bunga makam gini. Serem tahu gak?" Cerocosnya sambil memperlihatkan dengan jelas buket bunga di tangannya tak lupa sticky notes yang masih tertempel rapi di bungkusnya.
Cewek dengan cardigan rajut yang membalut seragamnya itu mendelik tajam ke arah Kunimi. "Itu bunga lili, pe'a!" Sergah cewek itu tak terima. "Tapi bagus kan bunganya? Itu gue yang milih lho," Ucapnya tersenyum bangga sembari menaikkan sebelah alisnya.
Cowok itu memutar bola matanya dengan malas. "Tuh, bawa pulang. Lain kali gak usah ngasih gue bunga lagi," Tukas Kunimi melemparkan buket bunga itu kepada cewek aneh di depannya. Cewek itu dengan sigap menangkapnya dengan tergesa-gesa.
"Ish, gak boleh dikembaliin! Ini spesial dari gue buat lo!"
"Ck, kenapa sih lo ngotot banget ngasihin ke gue? Gue gak butuh!"
"Lo bego apa gimana sih? Ya karena gue suka sama lo lah!" Balas cewek itu tak mau kalah.
Seketika Kunimi terdiam setelah mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh cewek yang baru saja ditemuinya itu. Ia sudah menduga hal ini namun tetap saja terasa tiba-tiba baginya yang baru pertama kali mendapatkan pernyataan cinta dari perempuan.
"Lupain rasa suka lo, gak bakal ada gunanya." Finalnya dengan nada kentara kesal. Kunimi berlalu dari lorong dan meninggalkan cewek misterius itu di belakangnya. Namun, belum jauh melangkah, lengannya dicengkram kuat oleh seseorang di belakangnya.
"Gak, gue gak bakal nyerah sebelum lo bilang 'iya'!" Kukuhnya tanpa menghiraukan penolakan cowok itu. Kunimi menolehkan kepalanya perlahan. "Kenapa? Sejak kapan lo suka gue? Kita bahkan gak saling kenal dan gak pernah ketemu."
Cewek itu menggelengkan kepalanya. "Lo salah, kita pernah ketemu waktu MPLS. Lo belum tahu nama gue kan? Gue (Name) kelas 10 IPA 1."
"Lo inget waktu kita MPLS, gue lagi dateng bulan dan gue gak tahu kalo darah gue nembus ke rok. Dan waktu istirahat, lo nyamperin gue terus diem-diem masangin jaket lo ke gua buat nutupin rok gue," Lanjut (Name) sambil menatap tajam kedua mata sayu Kunimi.
(Name) perlahan melepas cengkramannya dari lengan Kunimi. "Gimana? Inget?" Tanya (Name) yang dibalas anggukan pelan oleh cowok berambut belah tengah itu. Sinar kedua mata cewek itu sontak berubah cerah dari sebelumnya.
"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"
Kunimi mendesah berat seraya memejamkan matanya. "Gue cuma ngasih jaket gue bukan ngasih hati gue buat lo milikin," Balas Kunimi tajam. Kedua maniknya menatap nyalang cewek mungil di depannya ini hingga menyiutkan nyalinya.
"Gak usah baper apalagi berharap lebih sama gue, lo bahkan bukan tipe cewek gue," Tegas Kunimi membuat (Name) sedikit tersentak kaget mendengarnya namun dengan cepat ia mengontrol kembali air mukanya.
Katakanlah bahwa (Name) adalah cewek gila. Nyatanya, setelah mendapat penolakan bertubi-tubi dari Kunimi, ia tetap tak menyerah untuk mengejarnya.
"Kun, gue gak bakal nyerah buat ngejar lo! Inget itu!"
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top