D. Sweet Pea 0.3

━━━━━━ ◦ ❁ × ❁ ◦ ━━━━━━

03 : Dengarkan atau menyesal



"Lihat betapa tidak pekanya dirimu."

Suara yang berucap terdengar sangat tidak asing untuk Hayakawa. Tampang kaget terpasang dengan rapi di wajah Hayakawa saat ini.

"Hmmm? Kenapa kaget?"

"Tumben kau berada di kantin atas?"

Akrab di sapa dengan nama Angel Devil. Sosok yang sudah dianggap seperti senior oleh Hayakawa itu menggaruk area lehernya yang sebenarnya tidak gatal. "Kenapa memangnya?"

Hayakawa menggeleng pelan. "Tidak terbiasa saja."

"Oh begitu?" Angel Devil menarik kursi Hayakawa.

Yang ditarik kursinya merasa kebingungan. "Ada apa?"

"Sudah selesai makan siang kan? Ikuti aku."

Sesudahnya, Angel Devil berjalan duluan meninggalkan Hayakawa yang masih duduk diam diatas kursi. Tidak mengambil waktu lama, Hayakawa segera bergegas mengikuti jejak Angel Devil.














Tutup botol dibuka, isi minuman mulai diteguk guna melepas dahaga. Siang hari ini lumayan terik dan menusuk kulit dengan suhu cuaca yang lumayan panas. Tempat Angel Devil memilih tempat untuk berbicara empat mata memanglah kurang tepat, Hayakawa bahkan sampai harus melepas jas kerjanya.

"Mau pindah tempat?" tanya Angel Devil.

"Tidak. Setidaknya kita sudah berada dibawah pohon besar kantor. Tidak ada lagi tempat teduh yang lebih baik selain disini," jelas Hayakawa.

Angel Devil menatap Hayakawa aneh. Menurutnya, Hayakawa ini terlalu kaku untuk diajak berbicara santai. Atau ini hanya karena efek Hayakawa baru saja ditinggal pergi oleh seseorang yang penting dalam kehidupannya? Entahlah.

"Kenapa kaku sekali sih?" Angel Devil mendadak merasa sebal.

"Apanya?" Hayakawa merespon dengan datar seperti biasanya.

"Ah lupakan, bisa-bisa aku gila. Ngomong-ngomong, bagaimana soal Himeno?"

Angel Devil memang sering melontarkan sebuah pertanyaan tanpa di filter terlebih dahulu. Ingat, tidak selalu tapi sering. Jika ia sudah merasa sebal, ia akan keluarkan tanpa perlu ber basa-basi lagi.

Hayakawa meluruskan pandangannya ke arah depan, kebetulan sekali di depan sana ada taman bunga kantor yang indah. Melihat taman bunga itu saja sudah seperti cuci mata, segar sekali melepas beban disaat-saat sedang lelah.

"Dia sudah pergi."

Oh? Angel Devil mengernyitkan wajahnya. Ada sebuah perubahan dalam jawaban yang diberikan oleh Hayakawa.

"Tidak ucapkan, kau rindu padanya?" pancing Angel Devil.

Untuk sesaat, Hayakawa menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. "Tentu saja aku merindukan dirinya. Tapi, bukankah kalian selalu mendukung ku untuk bisa merelakannya pergi?"

Angel Devil terkekeh. Rasanya jawaban Hayakawa terdengar receh ditelinga. "Kau ini bapak-bapak ya?"

Sudah jelas raut wajah apa yang akan muncul di wajah Hayakawa. Raut wajah bingung dengan tambahan alis yang terlihat menurun. Hayakawa kembali dibuat kebingungan.

"Anehnya kau. Padahal selama sebulan ini kau terus mendiami kami dan larut dalam kesedihan. Dan sekarang kau mulai mendengarkan dan menerima."

Hayakawa ingin menjawab, tapi kata-kata apa yang harus ia keluarkan untuk itu? Angel Devil sendiri juga terlihat tidak memiliki waktu banyak untuk ngobrol bersama seperti ini.

Tiba-tiba Angel Devil memanggil. "Hey, Kawa."

Membuat Hayakawa menoleh secara spontan. "Ada apa?"

"Aku tidak bisa berdiam disini lama-lama. Jadi dengarkan aku dengan seksama." Mendadak kondisinya menjadi serius.

Hayakawa menganggukkan kepalanya.

Angel Devil tersenyum. "Himeno telah pergi, relakan dia. Jika kau terus jatuh dalam kesedihan, di alam sana ia juga pasti akan merasa sedih."

Angel Devil menjeda ucapannya untuk sebentar, lalu ia kembali melanjutkan. "Rekan kerja yang baru saja kau temui itu sudah menaruh perasaan padamu sejak lama. Kenapa tidak mencoba membuka hati untuk dirinya yang sedang menunggu?"

"Lakukanlah sebelum datang badai yang membuat mu menyesal. Waktu orang itu tidaklah lagi lama. Setidaknya ucapkan sesuatu sebelum dirinya pergi jauh."

Bibir bawah digigit keras. Inilah alasan Angel Devil bisa sangat benci kepada dirinya sendiri, sesuatu yang tidak dapat orang lain lihat bukanlah sebuah anugrah baginya. Ini lebih mirip sebuah kutukan.

Hayakawa terlihat diam tidak bergeming. Ada banyak pertanyaan saat ini, namun tertahan karena Angel Devil mulai mengucapkan kalimat perpisahan.

"Sudah kau dengar dengan baik bukan? Kalau begitu aku pergi."

Hayakawa bangkit dari duduknya, membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasih. Tiap kata yang melayang dari bibi Angel Devil tadi terasa membekas dihatinya.

Tamu yang tidak diundang datang menghampiri Hayakawa. Denji datang tidak bersama Power adalah sebuah kejadian langka.

Dengan santainya Denji mendudukkan diri disamping tubuh Hayakawa, ada sebuah jarak disana. Jadi tenang saja.

"Jadi bagaimana kabarmu?" pertanyaan Denji ini terdengar cukup bodoh.

"Kita tinggal di tempat yang sama, hari ini juga kau masih melihat ku."

"Yaaaaaaaa, membosankan." Denji mengambil botol minuman Hayakawa, meminumnya sekali teguk tanpa rasa bersalah sama sekali.

Beruntung Hayakawa sedang dalam keadaan sabar level tinggi. Jika tidak, pedang yang setia menemani di setiap harinya itu pasti sudah berada didalam genggaman tangannya sekarang.

"Wanita cantik mendekati mu, kenapa tidak diterima sih? Membuat ku kesal saja. Iri juga." Denji mengacak kasar rambutnya.

"Kenapa kau?"

"Ah, lusa nanti temui (name). Sekarang dia ada misi sendiri, nanti bawakan bunga juga sekalian."

Hayakawa tidak dapat mencerna perkataan Denji yang terlalu tiba-tiba. "Jelaskan bodoh, kenapa kau suka sekali memancing emosi?"

"Aku hanya membacakan pesan titipan Istri, maksudnya Makima untukmu. Tapi soal bunga itu ideku."

"Oke."

"Aku bohong, HAHA."

Satu pukulan keras menghantam telak kepala Denji. "Yang jelas, sialan."

"(Name) akan pindah divisi, jadi lusa nanti dia tidak berada di tim kita lagi. Makanya kau temui dia secara pribadi. Ucapkan selamat untuk kerja kerasnya selama berada di tim kita." Denji menjelaskan panjang lebar.

Denji kembali mengatakan sesuatu. "Aku sudah menjadi juara kedua. (Name) tidak jujur padamu, tapi dia menyukaimu."

"Dia menyampaikan pesan ini padaku, temui dirinya lusa nanti. Dia tidak bisa bertemu dan mengirimkan pesan padamu karena saat ini sedang menjalani misi."

"Untuk tempat bertemunya, akan ku beritahu nanti."

Denji bangkit dari duduk santainya. Hayakawa juga tidak berkata apa-apa. Semuanya terlalu berat untuk dicerna dengan cepat, kata-kata Angel Devil pun masih ia coba untuk pahami.

"Woi pria menyedihkan! Saat kau temui (name) nanti dan dia sudah berani menyatakan perasannya padamu. Jawab dengan jujur kau akan menerima kehadirannya atau tidak."

"Jangan menggantungkan perasaan seorang wanita, mereka bukan baju."

Hanya dalam beberapa menit, Denji terlihat berubah drastis dalam sikap dan perkataan. Mungkinkah hal ini diakibatkan, Denji sudah menerima dengan lapang posisinya sebagai juara kedua?






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top