➛Statement

Deru nafas tak terkendali akibat berlari dengan kecepatan yang cukup gila, Gojo Satoru, pria itu langsung berlari menuju toko [Name], berharap agar wanita itu ada disana.

Brak!

Sepi, tak ada siapapun di dalam toko sekaligus rumah yang ia masuki, berharap dapat menemukan petunjuk, Gojo langsung menyusuri toko sekaligus rumah [Name], hingga sampai di halaman belakang dimana terdapat rumah kaca.

Kaki jenjang yang awalnya hendak masuk ke dalam rumah kaca langsung terhenti ketika melihat sebuket bunga lili orange yang tergeletak di tanah, membuatnya berjalan menghampiri bunga itu, tak jauh dari bunga itu pula terdapat sepuncuk surat yang membuat Gojo mengambil serta membacanya.

Srak!

Dalam sekejap sepuncul surat bersersan bunga lili orange yang ada di genggaman nya langsung hancur. Amarah langsung menguasai Gojo ketika tahu apa yang sedang terjadi. Kini penutup mata yang senantiasa menutupi matanya langsung diturunkan, memperlihatkan manik ocean yang memikat.

***

"Eung..." erang [Name] yang baru sadar dari pingsan, manik coklatnya langsung mengedarkan pandangannya ketika hanya kegelapan yang ia lihat.

"Kau sudah sadar?" sebuah suara familiar yang ia kenal membuat [Name] menoleh, wajahnya langsung mengeras ketika mengenal sosok yang baru saja menculiknya.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan padaku, Naru-san!" teriak [Name] marah.

Seorang pria berambut hitam dengan manik hitam menatap [Name] dengan dingin, pria bernama Naru itu lantas berjalan menghampiri [Name] dan memegang kedua pipi [Name] cukup kuat membuat sang empu meringis pela.

"Apa yang kulakukan? Tentu saja aku menculikmu, mendapat penolakan darimu membuatku langsung membencimu, padahal aku benar-benar mencintaimu. Tapi ketika pria berambut putih itu datang kau malah menyambutnya dengan baik, dari situ aku berpikir kalau aku tidak bisa mendapatkanmu maka orang lain pun tidak bisa mendapatkanmu."

"Dasar bajingan! Brengsek! Bedebah! Kau harusnya tahu kalau itu obsesi!" teriak [Name].

"Aku tak peduli! Lebih baik kau diam saja dan jangan coba-coba untuk kabur dari sini!" teriak Naru yang langsung melempar [Name] hingga terhempas membuatnya terbatuk-batuk.

Hening, tak ada suara yang keluar dari mulut [Name], sedangkan Naru sudah keluar dari tempat ini, tangan serta kaki yang diikat membuat [Name] sulit bangun dari posisinya.

"Hiks...hiks...." tangisan kecil langsung keluar dari bibir mungil [Name], air mata yang tak terbendung langsung mengalir bersama perasaan takut nan cemas.

"Gojo-san, tolong aku," ucap [Name] yang tak sadar sudah menggumamkan nama Gojo.

***

Langit yang awalnya berwarna biru langsung berubah menjadi warna orage, menandakan kalau sudah cukup lama [Name] menghilang, Gojo masih berusaha mencari [Name] dengan kemampuan yang ia bisa, walau belum menemukan titik terang dirinya sama sekali tak menyerah dan masih mencari.

"Gojo-san!" sebuah teriakan membuah Gojo menoleh menampilkan sosok Ozora yang tengah berlari bersama seorang pria yang juga ikut berlari.

"Ada apa, Ozora-chan?"

"Suami Kaoru-san melihat [Name] yang dibawa masuk ke dalam sebuah mobil!" seru Ozora.

"Lalu? Dimana [Name]-chan sekarang?"

"Ada kemungkinan dia dibawa oleh Naru-san," jawab seorang pria yang berdiri di samping Ozora membuat Gojo menoleh kearahnya.

"Kaoru Rei, orang yang melihat kejadian [Name]-san yang diculik," ucap Rei yang memperkenalkan dirinya.

"Um, Arigato dari sini serahkan saja semuanya padaku, kalian pulanglah, aku tahu kalia ingin pergi ke festival," ucap Gojo yang sudah bersiap-siap pergi.

"Tidak! Bagaimapun ini semua salahku," ujar Ozora yang masih merasa bersalah akan kejadian tadi.

"Kau tak perlu merasa bersalah, lagipula [Name] akan segera aku selamatkan, Rei-kun bisa kau beritahu dimana rumah pria bernama Naru itu?"

"Tak jauh dari sini, sebuah rumah berwarna hitam dengan pagar berwarna putih, Gojo-san kalau kau tak menemukan [Name]-san disana, aku sarankan kau mencarinya di ruang bawah tanah miliknya karena aku pernah kesana," jelas Rei.

"Arigato, kalau begitu aku pergi dulu." Dengan cepat Gojo langsung melesat hingga sosoknya tak terlihat dalam sekejap, membuat keduanya terkejut.

***

Di sebuah ruangan yang cukup gelap terdapat [Name] yang tengah sibuk melepas ikatan yang melilit tangan nya dengan gunting yang ia temukan beberapa menit yang lalu.

Srak!

"Berhasil," gumam [Name] yang bersorak dalam hati, dengan cepat [Name] langsung melepas ikatan yang mengikat kakinya dan langsung berjalan pelan kearah satu-satunya pintu yang membawanya masuk.

Cklek!

Manik coklatnya langsung mengedarkan pendangan nya dengan hati-hati hingga melihat sebuah jendela yang terbuka lebar membuat [Name] langsung berjalan pelan kearah jendela dan melompat keluar dari rumah milik Naru.

Langit sore langsung menjadi pemandangan pertama yang [Name] lihat, membuatnya sedikit terhenti.

Sudah sore, apakah Ozora-san cemas dengan aku yang menghilang, pikir [Name].

"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak coba-coba kabur dari sini?" sebuah suara mengagetkan [Name], membuat bulu kuduknya merinding ketika dihadapi dengan Naru yang tengah menatapnya datar, belum lagi sebuah pisau tergenggam di tangan kanan miliknya, membuat [Name] berjalan mundur.

"A-apa yang mau kau lakukan?" tanya [Name] yang mulai was-was.

"Kau tak perlu tahu, bukankah sudah kubilang agar kau tak coba-coba kabur dari sini?" [Name] semakin dibuat merinding ketika sosok Naru yang semakin dekat.

Tuk!

Gawat, pikir [Name] panik ketika dirinya sudah tak bisa berjalan mundur karena tembok pembatas yang menghalanginya.

"[Name], karena kau sudah menolaku dan mencoba kabur dariku, maka biarkan kamu mati agar aku bisa mendapatkanmu seutuhnya," ucap Naru yang sudah menghunuskan pisaunya, mebuat [Name] sontak berteriak. "Kyaaa!"

Buk!

"Jangan kau sentuh, [Name]-chan."

Suara ini, pikir [Name] yang langsung melihat kearah sumber suara dimana terdapat sosok Gojo yang sudah berdiri di depan nya, sedangkan Naru yang terhempas cukup jauh akibat bogem mentah yang dilayangkan Gojo, membuatnya pingsan saat itu juga.

"G-gojo-san?" ucap [Name] yang masih tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Ini aku [Name]-chan, aku datang untuk menyelamatkanmu."

Bruk!

Tak membutuhkan waktu lama [Name] langsung menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Gojo dan langsung menangis.

"Hiks...hiks...Arigato Gojo-san, Arigato," ucap [Name] yang terus-menerus mengucapkan terimakasih seraya menangis, Gojo yang mendapat pelukan dari [Name] langsung membalas nya dengan memeluknya lebih erat seolah-olah [Name] adalah sosok yang bsa menghilang kapan saja.

"Tenanglah, [Name]-chan bagaimana kalau kita pulang," tawar Gojo dan langsung mendapat anggukan setuju dari [Name].

"Kalau begitu, berpeganganlah." Dengan cepata Gojo langsung menggendong [Name] dengan gaya brindal style dan membawanya dengan melompat tinggi, membuat [Name] memekik kaget.

Hup!

"Nah, [Name]-san kita sudah sampai." [Name] langsung dibuat terkejut ketika tahu sudah sampai di rumahnya dan langsung bertanya kepada Gojo. "Bagaimana bisa?"

Gojo hanya bisa terkekeh pelan dan menyimpan telunjuknya tepat di bibinya, "Himitsu."

[Name] hanya bisa menggelangkan kepalanya pelan, ketika hendak masuk ke dalam rumah [Name] langsung menoleh kearah Gojo dengan wajah memerah.

"Ano...Gojo-san, bisa kau temani aku disini?"

Gojo langsung terdiam dan menganggukan kepalanya, menyetujui permintaan [Name] untuk menemaninya dirumah setelah insiden penculikan yang [Name] alami beberapa waktu lalu.

***

Malam yang dipenuhi bintang dan disinari oleh cahaya bulan, belum lagi suasana meriah dari festival yang tengah di selenggarakan di belakang bukit rumah [Name]. Saat ini [Name] maupun Gojo tengah meminum teh hangat di dalam rumah kaca yang berisi bunga-bunga milik [Name].

"[Name]-chan/Gojo-san," ucap keduanya secara bersamaan.

"Kau lebih dulu, [Name]-chan," ucap Gojo yang mempersilahkan [Name] lebih dulu.

"Maaf, karena aku acara untuk melihat festival bersama jadi kacau dan juga maafkan aku karena sudah merepotkan mu," jelas [Name].

"Kau tidak perlu minta maaf [Name]-chan, kau sama sekali tak merepotkan ku," sergah Gojo yang tak ingin membuat [Name] merasa bersalah lebih jauh lagi.

"Arigato, kau memang baik Gojo-san."

"[Name]-chan, ada yang ingin aku sampaikan padamu," ucap Gojo.

"Apa itu?"

Hening selama beberapa saat hingga kembang api yang menjadi puncak festival diluncurkan membuat keduanya menoleh, decakan kagum keluar dari mulut [Name] ketika melihat kembang api.

Srek!

Sebuket bunga yang berisi bunga Krisan berwarna merah dicampur dengan bunga Poinsettia, memberikan kesan indah bagi yang melihatnya.

"[Name]-chan, Kiminokotoga sukidesu, aku tahu ini cukup cepat, tapi aku benar-benar menyukaimu, jadi apa kau mau menjadi pacarku?" Hening, hanya terdengar suara kembang api yang masih diluncurkan hingga....

"Ya." Gojo terdiam, masih memproses apa yang baru saja ia dengar.

"Ya, aku menerimanya Gojo-san," ucap [Name] yang mengulang ucapannya seraya tersenyum manis.

Bruk!

Dengan sekali langkah lebar Gojo langsung berjalan kearah [Name] dan langsung memeluknya dengan erat, sang empu yang mendapat pelukan langsung membalasnya.

"Arigato karena sudah membalas perasaanku ini," ucap Gojo tepat di telinga [Name].

"Kau tahu, aku juga menyukaimu jadi untuk apa kau berterimakasih," ucap [Name] yang terkekeh pelan.

Cup

Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir mungil [Name] membuat [Name] terdiam akibat Gojo yang tiba-tiba mencium tepat di bibirnya, belum lagi entah sejak kapan penutup mata yang selalu dipakai Gojo sudah ia turunkan, memperlihatkan manik ocean yang indah, membuat [Name] yang melihatnya sempat terpana.

"Terkesan dengan mataku, [Name]?" Goda Gojo, membuat muka [Name] memerah.

Cup

Untuk kedua kalinya Gojo mencium bibir [Name], bahkan melumat nya, [Name] yang mulai menikmati ciuman yang diberikan Gojo langsung menutup matanya dan mengalunkan tangannya di leher Gojo.

Keduanya sama-sama menikmati apa yang tengah mereka lakukan, cahaya kembang api yang masih terlihat menambah kesan indah bagi keduanya.

Pertemuan mereka memang sederhana tetapi disaat bersamaan pertemuan mereka juga memiliki sebuah makna

[END]

Pstt...boleh minta vote nya?😉
️⤵️⤵️⤵️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top