➛Kidnapped

Sinar mentari pagi mulai terlihat dari ufuk timur, menyinari desa yang ditempati [Name] secara perlahan, para warga sudah mulai melakukan aktifitas dari pagi buta, bahkan beberapa petani ada yang sudah mulai mengurus kebun ataupun lahan padi mereka.

"Eungh..." erang [Name] yang terganggu dengan cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela tirai jendela miliknya.

Mengucek-ngucek matanya yang belum terbiasa, [Name] lantas melihat sekeliling nya ketika sadar kalau dia masih berada dalam kamarnya, ingatan nya akan kejadian tadi malam masih terekam jelas dalam benaknya membuat tubuhnya kembali gemetar walau tak sehebat kemarin.

Plak!

Warna merah langsung tercetak jelas di pipi mulus [Name] yang baru saja ia tampar sendiri.

"[Name], kau harus fokus lupakanlah kejadian tadi malam," gumam [Name].

Tok...Tok...Tok...

Suara pintu diketuk membuat [Name] menoleh keluar jendela rumahnya, dapat dilihat dari atas sosok Ozora yang masih mengetuk-ngetuk pintu rumahnya, membuat [Name] harus turun dan membuka pintu rumahnya.

Cklek....

"Ada apa pagi-pagi begini, Ozora-san?" tanya [Name] yang menatap sosok Ozora yang sudah rapih dengan pakaian santai miliknya.

Bukannya menjawab, Ozora malah bertanya membuat [Name] menghela nafas lelah. "Kau tak mau aku masuk, [Name]-san?"

"Silahkan," ucap [Name] yang membuka lebar-lebar pintu rumahnya dan langsung disambut dengan Ozora yang langsung berjalan ke arah sofa miliknya.

Baru mendapat kejadian mengerikan tadi malam dan sekarang aku harus menghadapi makhluk yang satu ini, pikir [Name] lelah.

"Jadi, ada perlu apa kau sampai kemari, Ozora-san?" tanya [Name] yang juga ikut duduk di sofa, berhadapan dengan Ozora.

"Ne... [Name]-san, kau tahu?"

"Tidak," potong [Name] cepat.

"Kau ini, jangan asal potong dong!" gerutu Ozora. Membuat [Name] terkekeh pelan karena sedikit merasa terhibur dengan ekspresi yang ditampilkan remaja tujuh belas tahun di depan nya ini.

"Oke, jadi ada apa?"

"Ryo-kun baru saja menembakku tadi malam!" ujar Ozora kegirangan.

"Oh,ya? Lalu, apa jawabanmu?" tanya [Name] yang mulai tertarik dengan topik yang dibahas.

"Tentu saja aku menerimanya, harusnya [Name]-san ada disana tadi malam. Kau tahu, ketika melihat wajah Ryo-kun yang memerah itu cukup menggemaskan lho."

"Tidak terimakasih, aku lebih bersyukur ketika aku tidak ada disana daripada aku menjadi obat nyamuk," tolak [Name] tanpa pikir panjang, saat itu juga sebuah pemikiran terbesit dalam pikiran [Name], "Ozora-san, apa kau mau menemaniku nanti ke toko Azuma-san?"

"Untuk apa, [Name]-san?" tanya Ozora, karena toko yang dikelola oleh pria bernama Azuma adalah sebuah toko senjata.

"Bukan apa-apa, aku hanya ingin mencari alat perlindungan diri." Ozora yang sadar dengan perilaku [Name] yang tiba-tiba berubah menjadi gelisah, membuat Ozora berpindah duduk menjadi di samping [Name].

"[Name]-san, apa terjadi sesuatu akhir-akhir ini? Kau terlihat gelisah," ujar Ozora.

Apa aku beritahu Ozora-san, pikir [Name] yang gelisah karena bingung memutuskan untuk memberitahu Ozora kejadian semalam apa tidak.

Menimang-nimang dengan perasaan campur aduk [Name] akhirnya memutuskan untuk memberitahu kejadian tadi malam. Menghela nafas pelan [Name] lantas membalas tatapan Ozora yang masih setia berada di sampingnya.

"Ozora-san, sebenarnya...." dengan begitu [Name] menjelaskan semua kejadian tadi malam, Ozora juga dengan seksama mendengarkan penjelasan [Name] hingga tujuannya untuk pergi ke toko milik Azuma.

"[Name]-san, kali ini aku setuju, kau harus membeli senjata untuk melindungi dirimu sendiri, kita tak tahu kapan orang yang memberikan barang itu muncul."

"Arigato, Ozora-san."

"Bukan masalah, jadi pukul berapa kita akan kesana?"

"Mungkin setelah aku membersihkan diri, kau tahu aku belum mandi dan masih memakai pakaian tidur," ucap [Name]. Memang benar saat ini [Name] masih memakai pakaian tidur membuat Ozora tertawa.

"Ozora-san, apa perlu kuingatkan alasan mengapa aku masih berpenampilan seperti ini?" tanya [Name] sengit membuat Ozora begidik ngeri. "B-baiklah, maafkan aku, [Name]-san."

"Kalau begitu tunggu disini, aku akan bersiap." Setelah itu [Name] berjalan menuju kamar mandi dan melakukan ritual paginya, menyisakan Ozora yang hanya bisa diam karena tak ada hal yang menarik perhatiannya.

***

Kring...

"Selamat datang, Oh! [Name]-san, Ozora-san, tumben kalian kemari, apa yang kalian butuhkan?" seorang pria berusia enam puluh tahun dengan postur tubuh gagah berjalan menghampiri [Name] dan Ozora yang memasuki tokonya.

"Hai, Azuma-san!" sapa Ozora riang, sedangkan [Name] hanya mengangguk singkat seraya tersenyum.

"Azuma-san, apa kau memiliki stun gun?" tanya [Name] yang sudah tahu ingin membeli apa di toko senjata milik pria bernama Azuma yang tengah asik mengobrol dengan Ozora.

Azuma yang tengah asik mengobrol dengan Ozora langsung menoleh kearah [Name]. "Tentu aku punya, tapi untuk apa kau membutuhkan benda itu?"

"Hanya untuk berjaga-jaga." Azuma yang tak menyimpan kecurigaan terhadap [Name] hanya mengangguk singkat dan memberikan satu stun gun yang langsung diterima [Name] dan disimpan di dalam saku rok miliknya.

"Ini uangnya, Azuma-san," ucap [Name] yang menyerahkan sejumlah uang yang langsung diterima Azuma.

"Ozora-san, apa kau masih ingin disini?" tanya [Name] yang menoleh kearah Ozora.

"Tidak, aku disini hanya menemanimu, ayo kita pergi [Name]-san. Azuma-san lain kali kita mengobrol lagi, ya!" seru Ozora yang berlari seraya menarik [Name] yang terkejut ketika ditarik keluar toko.

"Ozora-san, pelan-pelan!" seru [Name] yang sulit menyeimbangkan kecepatan larinya dengan Ozora.

"Hehehe...maaf, [Name]-san mau lihat-lihat stan festival? Kudengar ada beberapa stan yang sudah buka," tawar Ozora.

"Boleh, lagipula nanti sore aku yakin kalau kau akan pergi dengan Ryo-kun."

"Kalau begitu, ayo!" tak menunggu lama Ozora kembali menarik tangan [Name] menuju stan festival yang berada di belakang gunung, dimana toko bunga milik [Name] berdiri.

"Ozora-san, sudah kubilang pelan-pelan, kau tahu kalau stan itu cukup jauh dari sini," seru [Name] yang mulai kelelahan.

Ozora hanya bisa tertawa pelan, seolah-olah itu bukan masalah besar, membuat tanda urat kekesalan tercetak jelas di kepala [Name] ."Hehehe...maaf, habisnya aku tak sabar."

"Tapi tetap saja, jangan berlari seperti ini, kau tahu aku cukup lelah ketika menyamakan kecepatan mu itu," tutur [Name] yang masih berusaha untuk mengatur nafasnya agar kembali normal.

"Maaf [Name]-san," ucap Ozora yang menundukkan kepalanya. Sadar dengan perubahan mood yang ada di dalam diri Ozora membuat [Name] menghela nafas pelan.

"Bagaimana kalau kau membelikan ku minuman dan aku akan menunggumu disini, anggap saja sebagai ucapan permintaan maafmu," tawar [Name].

Mendengar tawaran yang diberikan [Name] membuat Ozora kembali bersemangat, dengan ceria dirinya langsung berlari kearah minimarket yang tak jauh dari posisi mereka saat ini. "Oke! [Name]-san kau jangan kemana-mana, ya!"

[Name] langsung tertawa pelan dan duduk disalah satu bangku yang berada satu meter di sampingnya. Ketika bokongnya menduduki bangku, tubuhnya serasa bisa merileks-kan diri.

"Anak itu benar-benar," gumam [Name] yang menutup matanya karena ingin mengistirahatkan diri sejenak.

Hup!

"Umff...Umff...." teriak [Name] yang tertahan ketika mulut serta hidungnya yang yang tiba-tiba di bekam, tak membutuhkan waktu lama kegelapan langsung mengambil alih tubuh [Name] yang sudah terkulai lemah, tak sadarkan diri.

Orang-orang yang berlalu-lalang sama sekali tak menyadari karena ramainya suasana sehari sebelum festival.

"[Name]-san, ini munuman-" ucapan Ozora langsung terhenti ketika tak menemukan sosok [Name].

Perasaan panik langsung menguasai tubuh Ozora, dengan cepat dirinya berlari mencari sekeliling sosok [Name], walau sudah ditelepon [Name] sama sekali tak menjawabnya membuat dirinya semakin panik.

"Ozora-chan? Apa yang kau lakukan disini?" sebuah suara yang familiar di telinga Ozora terdengar, membuat Ozora langsung menoleh ketika melihat sosok Gojo yang tengah menatapnya bingung.

"Gojo-san!" teriak Ozora yang langsung berlari kearah Gojo.

"Gojo-san, kau haru membantuku!" seru Ozora yang sudah kalang-kabut.

"Membantumu untuk apa?"

"[Name]-san, [Name]-san baru saja menghilang! Bantu aku mencarinya Gojo-san!" teriak Ozora yang kali ini sudah menangis, sedangkan Gojo yang sudah mematung.

➣ ➣ ➣

Pstt...minta vote nya boleh? 😉
⤵️⤵️⤵️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top