3 - Pertemuan
"Jadi, kalian ingin masuk universitas?" tanya Akame menikmati cemilannya sambil membaca sebuah buku novel di ruang tamu.
"Iya, hanya saja kami masih memikirkan biayanya," ucap Shanon menjawab. Ia memikirkan biaya untuk masuk ke universitas terkenal di Kerajaan Elna yang bisa dibilang cukup mahal.
Akame tertawa pelan mendengar jawaban dari Shanon. Hanya sebuah biaya masuk untuk masuk ke sebuah universitas yang terkenal. Seharusnya itu bukanlah masalah yang sulit apalagi Shinon dan Shanon adalah keluarga Horikita yang termasuk keluarga paling berpengaruh untuk kerajaan.
"Untuk biaya tidak perlu kalian pikirkan, semuanya bisa di atur, kalian tinggal bersekolah dengan bersungguh-sungguh dan tunjukkan jika kalian bisa menyelesaikan pendidikan," ucap Akame mengelus pucuk rambut Shanon.
"Kalian belajarlah yang giat dan tunjukkan hasil kerja keras kalian itu pada dunia," ucapnya lagi.
"Berani sekali tanganmu itu menyentuh adikku!" Suara yang berakhir menyeru membuat Akame menoleh dengan cepat ke sumbernya.
"Apa maksud--" kalimat Akame terhenti ketika matanya menangkap seseorang pemuda bersurai perak dengan iris merah pekat serta sebuah kubus transparan yang di dalamnya terdapat angka jam yang berputar dengan cepat di tangannya.
"Kira?!"
"Kenapa kau terlihat panik, Iblis? Apa karena kau melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal sampai membuatmu panik?" ucap Kira yang membuat Akame terdiam tak berkutik sama sekali.
"Jawab aku, Iblis!" ucap Kira meninggikan suaranya.
Atmosfer yang awalnya tenang berubah menjadi berat dan mencekam. Saking kuatnya tekanan yang diberikan sampai membuat seorang Akame bertekuk lutut dihadapannya.
Salah satu orang yang paling ia hindari tapi disaat yang sama ia masih membutuhkannya untuk dapat bertahan.
"Karena kau menggunakan nama dan tubuh yang aku berikan, bukan berarti kau bisa menyentuh adikku sesuka hatimu, kau hanyalah alat yang aku gunakan untuk berinteraksi dengan adikku selama aku tidak ada," ucap Kira menatap dingin Akame.
"M-maafkan saya, s-saya hanya mencoba menghibur mereka dan juga saya ingin menebus kesalahan saya," ucap Akame yang bahkan untuk mengangkat kepalanya saja sangat kesusahan.
"S-siapa kau sebenarnya?! Kenapa kau berbuat seperti ini?!" ucap Shinon yang semulanya diam kini membuka suaranya.
Kira menatapnya dingin namun tak sedingin ia menatap Akame. Kira berucap, "aku Kira Horikita, pemilik tubuh asli dari Akame Horikita dan jiwa asli dari tubuh itu sendiri." Shinon dan Shanon terdiam tak mengerti.
Mereka masih berusaha mencerna apa yang terjadi namun semuanya tetap saja sama. Mereka tak bisa memahaminya dengan akal sehat.
"Jiwa dan pemilik tubuh yang asli?" tanya Shanon.
"Benar, orang yang sedang berlutut di hadapan kalian itu hanyalah iblis rendahan yang tak berguna, ia hanya True Demon God yang bahkan tak sanggup mengayunkan senjatanya padaku," ucap Kira tersenyum remeh.
Akame hanya mampu diam. Ia tak mampu untuk membuka suaranya. Pemuda yang sedang menatap remehnya sangatlah kuat.
"Tadi kau mengatakan ingin menebus kesalahanmu, kesalahan apa itu?" tanya Kira mengintimidasi.
"Yang Mulia Aira menghilang dan saya berusaha untuk mencarinya, saya takut jika Anda mengetahui hal ini, Anda akan menghabisi semuanya," ucap Akame.
"Aku akan meminta izin kepada Ancient God untuk mencari Aira dan setelah itu kau kembali ke istana dan juga bertindaklah seolah-olah tidak terjadi apa-apa," jelas Kira membuka sebuah portal putih di bawah kakinya yang perlahan menghilang.
Tepat setelah Kira pergi, Akame menghela nafas lega karena telah terbebas dari tekanan yang diberikan oleh Kira.
"Sialan!"
-Flos Geminae-
"Kau paham dengan apa yang harus kau lakukan, Tetsuro," ucap Kira menatap tajam Akame yang didalamnya terdapat jiwa iblis bernama Tetsuro.
"Saya paham, Yang Mulia."
"Bagus, pergi sekarang!" ucap Kira menatap Tetsuro yang perlahan mulai menjauh dan menghilang bersamaan dengan portal di hadapannya yang mulai mengecil.
Kira lalu mengalihkan pandangannya pada tiga orang gadis cantik yang sedang menatapnya dengan kebingungan.
Ketiga gadis itu baru saja tiba saat Tetsuro baru saja ingin pergi dimana ia seharusnya berada melalui portal ia muncul sebelumnya.
Kira mengizinkan mereka untuk masuk dan terpaksa melihat kejadian dimana Tetsuro pergi melalui portal dimensi yang tentu saja menjadi tanda tanya bagi mereka bertiga.
"Apa keperluan kalian untuk datang kemari?" tanya Kira yang mengeluarkan aura yang waspada.
"Aku akan menjawab setelah kau menjawab pertanyaanku," ucap seorang gadis beriris hijau zamrud menatap tajam Kira.
Kira yang merasakan tanda bahaya dari gadis itu langsung mengeluarkan "Kubus Waktu" miliknya serta pedang putih yang siap untuk menebas kepala gadis itu kapan saja.
"Jika kau ingin mati maka lakukan saja." Usai Kira berucap, sadar tak sadar ia mengeluarkan aura intimidasi yang cukup pekat.
"Emi, cukup! Kita hanya karena ingin berkunjung bukan mencari keributan," ucap gadis beriris merah apel menghentikan gadis bernama Emi. Si gadis hijau zamrud
Emi berdecak kesal bukan karena ia dihentikan oleh gadis tadi. Hanya saja aura yang diberikan oleh pemuda didepannya itu terlihat begitu menakutkan dan ia ragu jika itu manusia biasa.
"Aku memang manusia seperti yang kau pikirkan," ucap Kira yang membuat Emi terdiam tak berkutik.
"Kau bisa menggunakan sihir pembaca pikiran?" tanya gadis beriris kelabu. Ia berusaha untuk setenang mungkin agar suasana tak semakin buruk. Walaupun sebenarnya ia bukan tipe orang yang seperti itu namun keadaan yang membuatnya harus tenang.
Instingnya mengatakan bahwa pemuda di hadapannya saat ini sangat berbahaya. Jauh lebih berbahaya dari orang-orang yang selama ini ia temui.
"Kau tak perlu tahu."
"Aku ulangin pertanyaanku, apa tujuan kalian kemari?" ucap Kira.
"Kami hanya ingin menemui adiknya Akame, karena kebetulan beberapa hari yang lalu ia telah tiada, jadi-"
"Pada intinya kau hanya ingin bertemu Shinon dan Shanon?" ucap Kira menatap tajam pemilik iris merah apel itu.
Spontan gadis itu hanya mampu diam dan mengangguk pelan karena ketakutan dengan aura yang dikeluarkan oleh Kira.
"Akan aku panggilkan," ucap Kira meninggalkan ketiga gadis itu di ruang tamu sementara ia pergi memanggil Shinon dan Shanon.
"Kau baik-baik saja, Ruichi?" tanya Emi.
Ruichi mengangguk pelan berusaha menyembunyikan rasa takutnya walaupun tubuhnya masih bergetar.
"Rin, kau yakin adiknya Akame gak bakalan marah?" tanya Emi menatap si gadis beriris kelabu itu yang disambut dengan tatapannya yang penuh keyakinan.
"Maaf membuat kalian menunggu."
Suara yang lembut nan anggun memasuki gendang telinga ketiganya. Itu adalah suara dari seorang gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun.
"Kak Ruichi? Tumben kesini, ada apa?" ucap Shanon tersenyum manis.
"Aku hanya ingin sekedar bertemu dengan kalian dan juga ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kalian," ucap Ruichi.
"Gimana?" tanya Shanon yang tiba-tiba saja tak mengerti dengan ucapan Ruichi.
"Panggil kakakmu, ada informasi yang sangat penting dari gadis itu," ucap Kira yang sedang asik memakan cemilan di meja makan.
"Makan terus tapi gak pernah gendut."
"Kamu mohon sadar diri sebelum kakak yang menyadarkannya."
-Flos Geminae-
"Jadi, apa yang ingin kakak bicarakan?" tanya Shinon yang tampak lesu karena di bangunkan secara paksa oleh Shanon.
"Bagaimana caraku mengatakannya," ucap Ruichi seketika gugup.
"Santai saja kak."
"A-aku hamil," ucap Ruichi gugup.
"Bagus dong, kakak kapan nikahnya? Dan siapa suami kakak?" tanya Shinon bertubi-tubi yang membuat Ruichi senyum tertekan.
"A-aku hamil anak dari A-akame."
Lima kata yang tidak pernah disangka keluar dari mulut si gadis iris apel itu. Suasana seketika sunyi tanpa ada suara sama sekali.
Prang!
Kecuali piring yang jatuh dari tangan Kira merusak suasana yang sunyi ini.
"Bro, what?! Hamil?!"
"Hu'um."
Shinon dan Shanon sontak melirik Kira meminta jawaban dari semua pertanyaan yang memutar di kepala mereka.
"Kenapa kalian menatap kakak?!" ucap Kira kesal karena ia menjadi tersangka padahal ia belum mencapai sehari berada di sini.
"Nama kakak kan Akame," ucap Shanon dengan polosnya yang membuat Kira semakin "sayang".
"Nama kakak memang Akame tapi bukan berarti kakak penyebabnya, Shanon Horikita!" ucap Kira tersenyum "bahagia".
"Sebenarnya kakak mirip dengan mendiang kakakku sih," ucap Shanon yang sedih mengingat alasan dari kematian kakaknya.
Kira tersenyum tipis dan mengelus lembut kepala Shanon. Shanon langsung memeluk Kira dengan erat seolah ia tak ingin Kira pergi meninggalkannya seperti Akame.
"Kita kembali ke topik, maksud dari perkataanmu itu apa, Nona... "
"Ruichi Roown."
"Nona Roown, apa maksud dari penyataanmu itu?" tanya Kira berusaha memahami maksud dari perkataan Ruichi namun itu sia-sia.
"Aku hamil anak dari Akame," ucap Ruichi begitu berhati-hati karena takut perkataan yang ia ucapkan itu salah.
"Kamu sudah menikah dengannya dan berapa usai kandungan mu itu?" tanya Kira memastikan suatu hal.
"Aku sudah menikah dengan Akame sejak lama namun kami belum mempublikasikan pernikahan kami dan hanya orang-orang tertentu yang tau akan hal ini," jelas Ruichi tersenyum tipis.
"Untuk usia kandunganku sendiri sudah mau masuk 4 minggu," ucap Ruichi lagi. Ia menatap perutnya yang terdapat kehidupan di dalam sana. Dari wajahnya tergambarkan dengan jelas bahwa ia sangat bahagia walaupun di satu sisi ia tau bahwa anaknya akan lahir tanpa seorang ayah.
Kira terdiam sejenak mencerna semua informasi yang diberikan oleh Ruichi dan sesekali kali menatap gadis beriris merah itu.
"Begitu ya? Besok kamu ada waktu Nona Roown?"
"Besok seharusnya aku sedang bebas, memangnya kenapa?" tanya Ruichi.
"Besok temui aku di taman sekitar jam 10 pagi, ada yang perlu kita bicarakan dengan serius," ucap Kira.
"Tidak bisakah kau mengatakannya sekarang?" ucap Emi yang bertujuan agar Ruichi tidak bertemu dengan Kira apalagi hanya berdua.
"Hari ini tidak bisa, aku ada keperluan sebentar lagi," balas Kira.
"Tak apa-apa, aku harap tidak lupa," ucap Ruichi.
"Kamu akan mengingatnya, Nona Roown."
-Flos Geminae-
Tbc!
Yo, udah lama gak up cerita ini.
Kebetulan lagi encer ni otak jadi langsung gas aja nulisnya.
Baru kenal udah ngajak ketemuan, emang berbakat jadi buaya si Kira
Kira: Author bgst:)
:D
Sekian dulu serta npastikan udah vote dan jangan lupa tinggalkan komentarnya.
See you~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top