2 - Penyiksaan

⚠Gore Warning⚠

-Flos Geminae-

Malam semakin larut, setelah menyelesaikan urusan untuk pemakaman kakaknya Shinon dan Shanon yang akan dilaksanakan besok. Akame mengajak kedua gadis itu untuk beristirahat.

"Jadi, kalian tinggal bertiga dirumah ini?" tanya Akame melihat rumah sederhana yang ditempati oleh Shinon, Shanon, dan kakak mereka. Walaupun begitu, rumah itu memiliki 4 ruang tidur, 2 lantai, garasi yang berisikan kendaraan milik mereka yang harganya sangatlah mahal.

'Jangan pernah lihat dari sampulnya saja, Tuan Iblis,' batinnya ketika melihat 3 mobil yang bermerek Ferrari 488, Gr Supra, dan BMW X6.

//silahkan cek harga di google:)

"Bahkan kau mempunyai Supra?! Sialan itu memang pantas mati," gumam Akame tersenyum tertekan.

Begitu memasuki rumah tersebut, Akame langsung menyuruh kedua gadis itu untuk beristirahat. Namun mereka berdua tidak dapat tidur jika tidak bersama Akame.

Akame tidak bisa menolak itu, ia paham mengapa Shinon dan Shanon seperti itu. Karena ia pun memperlakukan hal yang sama kepada kedua adiknya yang berada di dimensi yang berbeda.

++++++

"Jadi, penyebabnya adalah ketiga orang itu?"

"Iya, tapi pastinya mereka mempunyai alasan untuk membunuhku," ucap sesosok arwah yang sedang berdiri dibelakang Akame yang sedang berkutat dengan komputer di hadapannya.

Dunia memang sudah modern dan banyak hal yang tidak diketahui oleh Akame. Namun dengan "mencuri" pikiran seseorang ia dengan mudah menggunakan alat-alat yang berada di dunia ini.

"Kau terlalu baik, Akame."

"Apa maksudmu, Kira?"

"Kau telah terbunuh oleh orang yang paling kau percaya, namun kau masih tetap menganggap mereka temanmu?!" tanya Akame--Kira dengan nada tinggi. "Tapi kita tidak boleh berprasangka buruk kepada seseorang bukan?" ucap Akame balik bertanya pada Kira.

"Kau benar, tapi haruskah kau terus bersikap seperti itu ketika kau telah terus-menerus dimanfaatkan oleh orang-orang?!" Hening. Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut Akame. Mulutnya terbuka untuk menjawab namun suaranya enggan untuk keluar.

"Balas dendam?"

"Eh?"

"Kau ingin membalaskan dendammu? Amarah yang selama ini kau pendam, kau ingin mengeluarkannya?" tanya Kira sekali lagi. Akame menutup matanya sejenak untuk berpikir. Memikirkan resiko dari tindakannya itu.

"Kau cukup membunuh 3 orang itu."

"Berikan aku sebuah wadah untuk balas dendam," ucap Akame. Mata merah darah miliknya berkilat tanda ia sangat marah. Bahkan sorot matanya yang lembut itu berubah menjadi mata yang haus akan darah.

-Flos Geminae-

Hujan turun dengan deras disertai oleh kilat petir yang menyambar. Cahaya rembulan ditutupi oleh awan-awan hitam yang terus-menerus mengeluarkan kilatan petir.

Di sebuah tempat permainan judi yang tak jauh dari pusat kota. Tiga orang pemuda sedang asik bersenda gurau sambil menikmati bir sambil bermain kartu poker. Disisi mereka terdapat gadis-gadis cantik dan seksi yang menggoda mereka.

"Royal Flush!" ucap seorang pemuda bersurai putih melemparkan kartunya yang berisikan King, 2 Queen, 10, dan AS. Dua pemuda lainnya langsung menatap kesal pemuda yang melemparkan kartunya tadi.

"Permainan ini adalah keahlianku, bodoh!" ucapnya lagi menikmati bir yang dituangkan gadis cantik di sebelahnya. "Ck! Kau hanya sedang beruntung, Hikari!" ucap pemuda bersurai biru laut kesal.

"Sudahlah, Zero, ayo main lagi," ucap pemuda bersurai merah.

"Permainan yang seru ya, Ken?" ucap seseorang berbisik yang membuat pemuda bernama Ken itu membeku. Kedua temannya juga ikut terdiam ketika melihat sosok berjubah hitam berdiri disebelah Ken.

Orang-orang disekitar mereka, semuanya telah mati berlumuran darah. Ada yang kehilangan tangan, kaki, kepala, setengah dari tubuhnya bahkan ada yang tersisa hanyalah jantungnya saja.

"Sejak kapan semua ini terjadi?!"

"Sejak kapan? Mungkin ketika kalian sudah melemparkan kartu-kartu itu."

Pemuda bernama Zero langsung bergerak dan melayangkan serangan pada sosok berjubah itu namun dapat dihindari dengan mudah.

"Wah, wah, sepertinya setelah membunuhku kau menjadi lemah ya, Zero," ucap sosok itu.

"Suara itu?! Akame?!" seru Hikari. Sosok itu tertawa dengan keras yang membuat ketiganya langsung mengambil sikap waspada.

"Kau benar, Hikari! Aku adalah Akame! Orang yang telah kalian bunuh dengan keji, kini telah berdiri dihadapan kalian dengan keinginan untuk balas dendam!" ucap Akame dengan suara yang terdengar sangat menakutkan.

Akame bergerak dengan cepat dan langsung melakukan serangan kejutan pada ketiga remaja itu. Ken dengan sigap mengeluarkan sebuah perisai untuk menghalangi serangan Akame.

Akame yang melihat itu merubah serangannya menjadi sebuah tendangan yang keras hingga membuat Ken terlempar jauh.

Tak sampai disitu, Akame melanjutkan dengan serangan yang bertubi-tubi hingga membuat perisai Ken retak. Ia terus-menerus menyerang tanpa memberikan kesempatan untuk melawan kembali.

Dari arah belakang, Hikari melepaskan tembakan pistolnya namun serangan itu dihindari oleh Akame dan mengenai bahu Ken tepat setelah perisainya hancur.

"Hanya dengan tangan kosong bisa menghancurkan perisai Ken?!" ucap Zero terkejut.

Zero mengeluarkan 2 light sabernya yang mengeluarkan cahaya berwarna biru samudra. Hal serupa juga dilakukan oleh Akame, bedanya miliknya berwarna hitam pekat.

"Hitam pekat?!"

"Ada apa? Ini hanyalah sebuah pedang laser berwarna hitam? Mengapa kalian begitu terkejut?" ucap Akame menatap sinis ketiga pemuda itu.

Akame berlari menuju Zero dengan cepat. Satu serangan ia berikan namun dapat ditangkis oleh Zero. Serangan kedua juga diberikan oleh Akame namun kali tak dapat dihentikan oleh Zero.

"Sudah kuduga sebelumnya, light saber tidak bisa menangkis pedang sihir," ucap Akame menghentak pedangnya yang berlumuran darah.

"Zero, tanganmu!" pekik Hikari. Sontak Zero menatap lengan kanannya yang telah putus.

"Argghhh... Kenapa kau melakukan ini, Akame?" tanya Zero.

"He~ kau menanyakan itu? Hahahahaha~ jangan membuatku tertawa tuan Aoi! Bukankah aku juga pernah bertanya kepada kalian, mengapa kalian mencoba membunuhku tapi lihat apa yang kalian lakukan?!" ucap Akame.

"Cih! Ken, aku... Ken!!" pekik Zero melihat Ken yang telah kehilangan kedua kakinya. Di depannya juga terdapat seorang pemuda dengan pedang yang serupa dengan Akame berlumuran darah.

"Kau melihat kemana, sialan?" ucap Akame.
Ia memotong kedua kaki dan tangan Zero. Bukan langsung memotong hingga terputus. Namun ia melakukannya layaknya sedang mengiris.

Teriakan kesakitan yang keluar dari mulut Zero telah menjadi nyanyian bagi Akame. Sifat sebenarnya seorang Akame, psychopath.

Belum puas dengan Zero, Akame langsung menghampiri Hikari dan memotong kedua lengannya dengan cara yang sama dengan Zero.

Pemuda yang tadi telah memotong kaki Ken menghampiri Akame dengan membawa Ken yang sebentar lagi kehilangan kesadarannya.

"Ambil kembali, bajingan ini," ucap pemuda itu melempar Ken yang telah kehilangan kakinya itu.

"Aku hanya bertanya satu kepada kalian, mengapa kalian membunuhku?" ucap Akame dingin.

"Untuk apa seseorang yang mati bertanya seperti itu?" ucap Ken meremehkan Akame.

Crat!

Sebuah tebasan diberikan oleh Akame dan membuat putus telinga kiri Akame. "Jaga ucapanmu itu," ucap Akame.

"Kami diancam sehingga kami harus membunuhmu, Akame," ucap Hikari namun sebuah tusukkan menembus tubuh Hikari. "Aku tak menyangka karena ketakutan kau menjadi bodoh," ucap Akame. Ia menarik lengannya yang menusuk Hikari tadi.

Di tangannya terdapat sebuah benda yang masih terus berdetak yang semakin lama semakin cepat dan kemudian meledak hingga darah mengenai sebagian wajah Akame.

"Zero, giliranmu untuk menjawab."

"Ancaman apapun tidak akan membuatku menjawab pertanyaan bodohmu itu!"

"Benarkah?"

Akame menumbuhkan kedua tangan dan kaki Zero. Zero yang melihat itu langsung bahagia dan berusaha pergi dengan cepat. Namun belum sempat bergerak, Akame telah memotong pergelangan kaki Zero hingga membuatnya terjatuh. Zero berteriak dengan keras hingga memekakkan telinga. Tetapi, kedua pemuda berjubah hitam itu menggangap itu adalah nyanyian. Bahkan ia tak sadar jika ia telah kehilangan mata kirinya karena rasa sakit yang ia terima.

"Meledak!" Tepat setelah Akame mengatakan itu, tubuh Zero meledak hingga membuat organ tubuhnya berhamburan.

"Baiklah, Tuan Akai, sekarang giliranmu~"

"Kami membunuhmu karena kami diancam oleh sebuah organisasi yang bernama KaJe, jika kami tidak membunuhmu maka kami akan dihabisi!" ucap Ken panik karena telah melihat kedua temannya mati.

"Ho~ organisasi itu rupanya, aku ingin sekali membunuh semua anggota organisasi itu tapi sayang sekali waktuku sudah habis~ tapi sepertinya membunuhmu juga bisa membuatku senang~" ucap Akame tersenyum layak psikopat.

"Mari kita dengar suara seseorang ketika tubuhnya dikuliti hidup-hidup!"

"Tidak! Tidak! Tidak! Akame, tolong jangan bunuh aku!!!"

-Flos Geminae-

"Jadi, organisasi itu bernama KaJe? Nama yang aneh," ucap Kira yang sedang menikmati sepotong roti yang ia dapatkan ketika Akame sibuk menyiksa Ken, Zero, dan Hikari.

"Flos Geminae, itulah mereka yang sebenarnya."

"Flos Geminae ya? Sepertinya mulai dari sini aku yang akan mengurusnya," ucap Kira. "Tolong ya, Akame! Waktuku sudah habis dan disinilah perpisahan kita," ucap Akame.

Tubuhnya mengeluarkan cahaya putih yang begitu terang. Tubuh fisik yang ia gunakan berubah menjadi debu dan menyisakan jiwanya saja.

Seorang pemuda bersurai putih salju dengan mata biru dan merah yang indah. Ia tersenyum manis sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya.

"Jadi itu rupamu yang sebenarnya? Untung saja yang ku tarik adalah sisi gelapmu. Baiklah sepertinya aku harus kembali karena matahari sudah mulai terbit," ucap Kira-Akame menatap cahaya mentari yang mulai bersinar terang.

"Flos Geminae? Sepertinya sesuatu yang menarik akan terjadi mulai dari sekarang!"

-Flos Geminae-

Tbc!

Yo! Up lagi mumpung ide lagi lancar!

Sepertinya ini sedikit menarik epribadeh:D

Makasih buat yang udah baca
Jangan lupa vote and comment

See you~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top