1 - Gadis Kembar

Kerajaan Elna, sebuah kerajaan yang begitu megah nan makmur. Perkembangan teknologi yang yang begitu pesat membuat kota ini menjadi salah satu pusat industri bisnis terbesar. Selain itu, pendidikan dan kesehatan yang dimiliki negeri ini adalah yang terbaik.

Altos, ibukota kerajaan Elna yang terkenal sebagai tempat wisata terbaik. Banyak pengunjung yang datang hanya untuk menikmati keindahan kota ini.

Di salah satu rumah sakit di kota Altos. Seorang pemuda bersurai hitam pekat tengah terbaring tak sadarkan diri. Perban putih menutupi tubuhnya yang sedang melemah itu.

Pintu ruangan pemuda itu terbuka dan menampilkan sosok seorang gadis bersurai merah tua membawa nampan berisikan makanan.

"Kenapa harus aku yang membawa makanannya sih?!" rutuk gadis itu.

"Membantu orang itu gak ada salahnya, Emi?" ucap gadis lainnya yang datang setelah gadis bernama Emi itu masuk. Lalu disusul oleh dua orang pemuda berseragam layaknya seorang tentara.

"Anggap aja itu sebagai salah satu cara agar aku mengampunimu, Emi," ucap salah satu pemuda bersurai hitam dan disetujui temannya yang bersurai putih.

"Hei?! Dengarin yang tuan Noran, aku menyelamatkan loli tadi bukan nyulik! Dan Rei, kau juga harus bercermin!" seru Emi yang langsung kena pukulan pelan dari teman gadisnya.

"Huwaa..!! Ruichi jahat!"

"Emi, jangan terlalu berisik, kamu bisa diusir nanti," ucap Ruichi lembut. Dan gadis itu langsung menuruti perkataan Ruichi.

"Langsung nurut? Coba kalau kita, harus ditodong pistol dulu baru nurut," ucap Rei heran.

"Sudah selesai?" Sebuah suara memasuki gendang telinga keempat remaja itu. Sontak mereka menoleh kearah sumber suara tersebut dan mendapati pemuda yang tadinya terbaring tak sadarkan diri kini asik menikmati makanannya.

"Eh?! Kau sudah sadar?!" jerit Emi heboh yang langsung terkena lemparan sendok garpu. Untungnya benda itu mengenai tembok dibelakang Emi. Jika itu mengenai kepala Emi, mungkin ia akan ikut rebahan di atas kasur rumah sakit.

"Hei, apa kau tau itu sangat berbahaya?" ucap Rei menatap tajam pemuda beriris merah darah.

"Tentu saja, jika tidak mungkin gadis aneh itu sudah mati dari tadi," ucapnya santai.

Rei yang ingin menghajarnya berhasil ditahan oleh Noran. Pemuda itu tak mau membuat keributan yang tak diinginkan apalagi Emi.

"Hei! Begitukah caramu mengucapkan terima kasih?" ucap Emi menatap tak suka pemuda dihadapannya.

"Maafkan temanku ini, kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanya Ruichi mengalihkan topik pembicaraan agar suasana tidak semakin tegang.

Namun tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut pemuda itu. Emi yang sudah kesal langsung menarik Ruichi keluar disusul oleh Noran dan Rei.

Sebelum mereka pergi sepenuhnya, pemuda itu mengucapkan sesuatu namun hanya Noran dan Rei saja yang mendengarkannya.

-Flos Geminae-

Mentari telah terbenam dan digantikan oleh malam yang disinari oleh bulan purnama. Di salah satu atap rumah sakit kota Altos, seorang gadis dengan manik mata berwarna merah ruby sedang menatap cahaya rembulan yang bersinar indah.

"Shin, ayo masuk! Kamu nanti sakit!" ucap seorang gadis lain yang berada dibelakangnya.

"Shinon! Ayo masuk!" jeritnya lagi. Tak ada jawaban sama sekali. Karena kesal, gadis itu menghampiri gadis bernama Shinon itu. Ia memukul pelan pundak Shinon dan mengajaknya untuk masuk sekali lagi.

"Kamu duluan aja, Shanon. Aku mau sendiri," ucap Shinon dengan suara yang serak seperti sedang menahan sesuatu agar tak mengalir keluar.

"Shin, aku tau kamu yang paling merasa kehilangan kakak, aku juga sama dengan kamu! Kamu boleh keluarkan semuanya kok," ucap gadis bernama Shanon itu memeluk Shinon.

Shinon langsung memeluk Shanon sekuat mungkin dan mengeluarkan semua yang telah ia tahan selama ini. Ia baru saja kehilangan seorang kakak yang sangat baik hati. Sosok yang selalu memberikan ia semangat untuk terus berjuang meraih cita-citanya.

"Kenapa? Kenapa semuanya membenci kakak?! Kenapa Shan? Kenapa?! Aku tak mengerti alasan mereka mengabaikan kakak, bahkan kematiannya saja tidak ada yang bersedih!" ucap Shinon terus mengeluarkan semua pertanyaan yang selama ini ia simpan.

"Aku juga tak mengerti, Shin! Tapi lupakan saja itu semua, relakan saja kepergian kak Akame, oke?"

"Memangnya aku mau pergi kemana?" celetuk seorang pemuda beriris merah darah yang sedari tadi memperhatikan kedua gadis yang memiliki paras cantik yang serupa.

"Kakak?!"

"Tahan, Shin! Itu bukan kak Akame, dia berbeda!" ucap Shanon memasang sikap waspada terhadap pemuda di depannya.

Akame yang merasa bahwa dirinya dianggap ancaman mulai mendekati kedua gadis itu. "Kau benar, Shan! Aku memang bukan orang yang kalian kenal," ucap Akame tersenyum tipis. Ia berusaha menunjukkan dirinya bukanlah sebuah ancaman yang patut diwaspadai.

"Shan, aku juga tidak merasakan niat buruk dari orang aneh itu," ucap Shinon berbisik walaupun masih terdengar oleh Akame. Mendengar seorang Shinon mengatakan orang yang berada dihadapannya itu bukan bahaya, Shanon sedikit mengurangi kewaspadaannya.

"Jadi, maaf jika pertemuan kita sangat tidak bagus, itu juga salahku karena muncul secara tiba-tiba dihadapan kalian yang sedang bersedih karena kehilangan seseorang," ucap Akame merasa bersalah.

"Kami juga minta maaf karena telah mencurigaimu," balas Shanon walaupun masih tetap waspada.

"Bolehkah kalian bercerita bagaimana kakak kesayangan kalian itu mati?"

"Huh?"

++++++

"Begitu rupanya, rumit juga masalah hidupnya seperti perjuanganku mendapatkan ramen special saja," gumam Akame ngasal yang langsung dapat pukulan maut dari Shinon.

"Kamu kejam sekali~"

"Aku lupa jika semakin malam, kak Akame semakin gila dan aneh," ucap Shinon menatap datar Akame.

"Astaga, kejam sekali kamu mengatakan itu, hati kecilku jadi rapuh loh~" ucap Akame berpura-pura sedih dramatis.

"Hentikan gaya bicaramu yang seperti itu! Menjijikkan!"

"Hehehe~ baiklah, ayo kita temui bajingan yang sudah tiada itu," ucap Akame berjalan meninggalkan Shinon dan Shanon yang menatap heran tingkah Akame yang mereka temui.

"Padahal secara harfiah itu masih dia."

"Aku kasian dengan diri kita yang lain menghadapi tingkah bodoh kak Akame."

-Flos Geminae-

"Jadi, namanya Akame?"

"Benar! Emi mengatakan kalau dia menemukannya pingsan di hutan yang kebetulan sedang Emi selidiki," ucap seorang pemuda bersurai hitam dengan seragam militernya yang tak lain adalah Noran. Serta di sebelahnya juga ada Rei dan Ruichi yang ikut menemani.

"Aneh, padahal aku yakin jika aku sudah menyuruh kalian untuk membunuh Akame. Jika dia orang yang sama maka, kita bunuh dia! Tetapi, jika dia orang yang berbeda, mungkin dia bisa kita manfaatkan untuk menghancurkan orang-orang yang pernah berkomunikasi pada iblis itu!"

"Tapi Leo, entah mengapa firasatku mengatakan jika orang yang kita maksud itu sangatlah berbahaya," ucap Ruichi yang sedari awal bungkam kini menyuarakan pendapatnya.

"Jika menurut Ruichi dia itu berbahaya maka, Sei, Rin, dan Ita akan menyelidiki orang itu!" ucap pemuda bersurai putih bernama Leo menatap dingin foto Akame yang berada di tangannya.

"Tapi kau yakin jika Sei gak bucin sama Rin?"

"Eh?!"

-Flos Geminae-

Yo! Update lagi!

Sorry kalau aneh:D

Btw, silahkan ditebak tebak, fungsi KaJe di book ini:D

Mari berteori~

Makasih buat yang udah baca
Jangan lupa vote and comment

See you~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top