Catatan Chandra
Saturday, Apr 3rd, 20**
The 1st meeting.
"Wait, masih otw, yah."
Gue tersenyum waktu melihat balasan chat Joy yang baru aja masuk ke hape. Akhirnya, setelah beberapa kali mencoba, tuh cewek mau juga diajak keluar. Shit.
Biasanya, gue nggak butuh usaha ekstra buat ngajakin cewek keluar. Cukup sekali atau dua kali telepon, cus langsung ketemu. Sukur-sukur kalo bisa langsung dapet make out dikit. Kali ini? Ikan pancingan gue cukup susah.
Waktu kirim email ke Joy karena urusan kerjaan, gue nggak nyangka kalo ternyata doi orang yang asik buat diajak ngobrol dan bisa menerima masukan dengan baik.
Kita skip soal kerjaan apa yang kami bahas, karena itu nggak penting dan nggak perlu lu tahu. Meski Joy orang yang asik tapi doi bukan cewek yang mudah diajak keluar.
After ngebokis beberapa kali, akhirnya doi bersedia diajak ketemuan, tapi nggak mau dijemput. Meeting point adalah di mall, di sebuah kafe yang cukup ramai. Oleh karena itu, gue ajak dua temen kampret gue buat alibi, kalo nantinya bakalan garing.
"Nungguin siapa sih sampe nyengir kuda, gitu?" tanya Babon yang bikin gue auto nengok.
Babon dan JoJo mengerutkan kening melihat gue yang masih menunggu kedatangan Joy.
"Kenalan baru," jawab gue.
"Inceran? Anjir! Lu bukannya masih sama Arumi? Emangnya udah putus?" seru JoJo kaget.
"Udah bosen," decak gue sebal.
"Si Tai kayaknya udah main genjot nih, makanya bilang bosen. Antara udah melar atau becek. Pasti gitu," celetuk Babon yang bikin gue dan JoJo langsung ngakak.
Emang bangsat banget kalo Babon udah buka suara. Lihat aja nanti, gue ancurin abis-abisan dia di dunia halu ini.
"Emangnya udah nyampe sebulan sama tuh cewek? Ckck, k*nt*l lu nggak ledes harus ganti oli di lobang yang beda-beda tiap bulan?" tanya JoJo nyengir.
"Eh, Anjir! Nggak semua cewek yang gue deketin bakal gue ngewein, Tai!" sembur gue keki.
"Gue nggak percaya kalo ada cewek yang lolos dari tangan lu," sahut Babon geli.
"Bacot!" ucap gue judes.
"Udah deh, sekarang lu lagi nungguin siapa? Kenalan yang mana lagi?" tanya JoJo.
"Dari tempat magang. Gue penasaran aja," jawab gue jujur.
"Kenapa? Onderdil-nya masih baru?" tanya Babon ngaco.
Gue mengerutkan kening untuk berpikir tentang sosok Joy yang gue ketahui dari via chat dan hanya tahu bentuk rupanya dari akun sosial media. Karena hari ini adalah pertama kalinya gue ketemu doi.
Dilihat dari foto, Joy adalah tipikal cewek rumahan yang membosankan. Nggak make up, nggak terlihat menarik, juga nggak pake baju seksi. Jauh dari tipe kesukaan gue, tapi berhubung gue terlanjur tersinggung dengan penolakannya untuk ketemu, gue jadi makin gencar untuk melihat dan mengenalnya.
"Kayaknya sih iya. Tapi kurang oke," jawab gue akhirnya.
Babon dan JoJo hanya manggut-manggut, seolah paham apa yang gue inginkan. Mereka nggak berkomentar dan kembali menikmati minuman masing-masing.
Sampai akhirnya, orang yang gue tunggu-tunggu pun datang. Out of my expectation, Joy itu... mungil. Shit. Tinggi badannya itu semampai! Gue yakin kalo dia cuma sebatas dada gue, dan... Benar!
Joy datang dan memberi senyuman ramah pada kami, bersalaman dan memperkenalkan diri dengan sopan. Gue sempat melirik ke arah Babon dan JoJo yang tampak menahan diri untuk nggak ngakak. Great, abis ini gue bakalan di-bully abis-abisan sama mereka.
"Mau minum apa?" tanya gue canggung.
Joy menggeleng cepat. "Gue udah pesen, Kak. Bentar lagi juga dianter kok minumannya."
Kak? What the fuck.
"Panggil nama aja, gue cuma beda beberapa taon sama lu," jawab gue.
Joy mengerjap sambil mengerutkan kening. Doi duduk di depan gue, dan di samping Babon. Perbandingannya kayak gajah sama semut waktu mereka berdua duduk. JoJo duduk di sebelah sambil sibuk nge-chat dan gue yakin lagi sibuk ngejek gue di grup bareng Babon.
Penampilan Joy? Well, doi kayak anak sekolah. Rambut panjang lurus, berponi, dan mukanya lebih muda dari umurnya. Doi cuma pake lipgloss, sama sekali nggak make up. Pakaiannya? Pake overall jeans yang dipadukan dengan kaos putih.
"Btw, lu kelas berapa?" tanya Babon.
Gue melumat bibir untuk menahan tawa saat mendengar pertanyaan Babon yang cuma niat buat kepo.
Joy menoleh pada Babon dan menggeleng. "Udah kerja, Kak."
"Panggil gue Babon aja," sewot Babon.
Joy mengangguk. "Nama panggilan lu persis kayak sepupu gue. Orangnya tinggi gede kayak gajah."
JoJo auto ngakak dan gue cuma bisa nyengir. Babon berdecak pelan dan menatap Joy dengan tatapan merendahkan.
"Terus, panggilan lu apa? Kecil, kurus, kayak semut gitu?" balas Babon.
"Joy," jawabnya santai. "Nggak perlu pake nama panggilan, hanya karena fisik yang banyak kurangnya."
"Tadi kan lu ngatain gue kayak gajah," koreksi Babon.
"No, gue nggak ngatain lu kayak gajah. Gue cuma kasih tahu kalo nama panggilan lu sama kayak sepupu gue yang kayak gajah," balas Joy.
Babon kicep, tapi mukanya keki. Sedangkan obrolan itu terhenti saat ada pelayan yang bawain pesanan Joy.
"Datang sama siapa, Joy?" tanya gue kemudian, berusaha mencairkan suasana yang mulai membosankan.
"Sendirian," jawabnya sambil mengaduk minuman.
"Oh," hanya itu respon gue.
Joy melirik ke arah JoJo dan tersenyum padanya. "Gue suka sama lu. Cowok pendiam dan nggak banyak ngomong tuh selalu menarik di mata gue."
Shit. Kami bertiga auto kicep sambil melihat Joy yang terkekeh geli. Doi ngomong kayak gitu tanpa beban, bikin JoJo jadi canggung. Ah, Tai Kuda lu, Jo.
"Dan dia nggak suka sama lu karena lu bukan tipenya," celetuk Babon sadis.
Gue dan JoJo sama-sama melotot pada Babon yang masih cuek aja. Buru-buru gue melirik ke arah Joy yang sama sekali nggak tersinggung. Masih santai banget.
"Suka yang gue maksud bukan berarti suka dalam hal kayak gitu. Dia punya kesan yang bikin cewek biasa kayak gue tertarik. Lumayan buat inspirasi," ujar Joy santai.
"Inspirasi?" Akhirnya JoJo Buka suara.
Joy melirik ke arahnya. "Inspirasi yang bikin senang hati."
Alis gue terangkat saat melihat Joy yang cuek abis walau diperhatikan dengan aneh oleh kami. Seolah apa yang dihadapinya adalah hal yang biasa.
"Jadi, lu kerja dimana?" tanya Babon kepo.
"Dimana aja," jawab Joy sambil terkekeh melihat kekesalan Babon.
Babon berdecak dan melihat ke arah gue. "Ajak ngobrol kek. Kenapa lu diem aja daritadi anjir?"
"Gue..."
"Nggak usah dipaksa kalo emang nggak mau," sela Joy cepat dan bikin kami kicep.
"Maksudnya?" tanya gue.
Joy tersenyum sambil menatap kami bertiga. Doi menyedot habis minumannya, kayaknya haus banget.
"Gue datang ke sini untuk memenuhi rasa penasaran lu," jawab Joy lantang.
Fuck.
Gue bisa merasakan Babon dan JoJo langsung melirik ke arah gue, tapi gue masih menatap Joy.
"Lu minta ketemu, fine. Meski sebenarnya gue heran dengan lu yang ngebet pengen ketemuan," jawab Joy dengan alis terangkat setengah.
Anjir nih cewek!
"Yang gue tahu adalah ketemu itu cuma melibatkan lu dan gue, bukan berempat kayak gini. Gue memang nggak ngarep harus berduaan, karena gue juga ada janji sama temen di sini," lanjut Joy.
"Nggak kayak gitu, Joy. Kebetulan mereka lagi ada janji sama orang," ucap gue defensif.
"Ah, mungkin gue yang terlalu lebay dalam nanggepin semua ini," balas Joy santai, sambil melirik pada Babon dan Joy, lalu kembali menatap gue. "Tapi, feeling gue nggak pernah salah."
"Feeling?"
"I'm not here to fulfil your expectations, Dude. Sorry aja kalo gue terkesan merendahkan lu sebagai cowok tereksis di ****media, tapi gue bener-bener nggak punya banyak waktu buat ladenin aksi kenalan kayak gini. Mau bilang gue belagu atau kebanyakan lagu padahal nggak cantik, silakan. Gue nggak peduli," jawab Joy dengan alis terangkat lantang.
Anjir, gue bener-bener tersudut sampe Babon dan JoJo pun masih diem. Sial. Apa yang diomongin kenapa malah bener semua? Gue salah ngajak kenalan kali ini.
"Lu salah sangka dan udah menuduh gue dengan sembarangan, Joy!" ucap gue datar.
Joy melebarkan senyuman dan menopang dagu untuk menatap gue tanpa ragu. Mengerjap pelan, gue menatap sepasang mata bulat yang begitu cerdas dan senyuman lebar yang nggak pernah gue lihat sebelumnya. I mean, fuck. She's really mean it.
"Kalo gitu, maaf banget. Nggak ada maksud buat sembarangan nuduh," ujar Joy kalem.
Babon memanggil Joy dengan cara menekan telunjuk di lengan Joy, dan cewek itu menoleh ke arahnya.
"Kayaknya, lu sedikit nggak waras," celetuk Babon serius.
"Memang," balas Joy langsung. "Buat ladenin cowok kayak lu, nggak butuh kewarasan, apalagi keseriusan. Gue udah cukup paham dengan niat dan permainan kayak gini. Such a typical. Ketemuan sama cewek pertama kali, tapi ngajak temen, biar kalo nggak asik atau nggak cantik ada alibi buat kabur duluan."
Shit! Shit! Shit!
"Nggak gitu, Joy," balas JoJo kalem.
Joy menoleh ke arahnya dengan senyuman lebar. Ckck. "Gitu?"
Sambil membetulkan letak kacamata, JoJo menatap Joy dengan ramah. Saatnya devil beraksi.
"Gue dan Babon ada urusan di sini, kebetulan tadi ketemu Chandra dan ikut ngopi. Sorry kalo kehadiran gue berdua bikin lu sensi. Misalkan terganggu, gue dan Babon bisa mangkir," ujar JoJo tenang.
"It's okay, gue nggak terganggu. Justru gue seneng kalo dapetin pemandangan cowok songong kayak lu," balas Joy sambil nyengir.
Si Bego pake kicep dan keliatan canggung pas dibalas gombalan kayak gitu. Capek ati gue.
"Gue bercanda, oke?" ucap Joy sambil beranjak dan gue spontan ikut beranjak.
"Lu mau kemana?" tanya gue kaget.
"Ada janji sama temen di atas, kan tadi udah bilang kalo ada janjian juga sama temen," jawab Joy sambil memakai tas selempangnya.
"Tapi, ini..."
"Gue udah tahu pengumuman soal itu. Thanks udah bantuin selama event itu berlangsung. Nggak usah merasa nggak enak sama gue, Chan," sela Joy tulus.
Gue pun berinisiatif untuk mengantar Joy ke depan kafe setelah cewek itu pamit pada Babon dan JoJo.
"Gue nggak ada niat kayak yang lu bilang tadi, Joy," ucap gue saat kami udah di depan kafe.
"Ada niat kayak gitu pun nggak apa-apa," balas Joy dan berhenti untuk menatap gue.
Joy beneran pendek sampe gue harus menunduk untuk menatapnya karena doi cuma sebatas dada gue.
"It was nice to know you and finally meet you, Joy," ucap gue serius.
Joy mengangguk dan masih tersenyum. "Gue duluan ya."
Sebelum doi sempet berbalik, gue langsung menahannya dengan menggenggam pergelangan tangannya. Anjir, sinetron banget! Tapi aslinya emang kayak gitu. Ternyata gue pernah alay. Cih.
"Apa?" tanyanya bingung.
"Kita masih bisa berteman, kan? Maksud gue, kita bisa bahas lebih lanjut soal project lain," jawab gue spontan.
Kedua alis Joy terangkat. "Event itu udah kelar."
"Dan gue pikir lu masih butuh bimbingan. Sayang kalo harus berhenti di tengah jalan karena kurang informasi. Gue bisa kasih tahu apa yang gue punya. Gimana?"
Demi apa, gue nggak pernah punya niat sampe sejauh ini. Apa kata gue barusan soal doi yang butuh bimbingan? Ancuk!
Sialnya, cewek itu nggak menjawab. Cuma melepaskan tangannya dari genggaman gue, tersenyum hangat, lalu pergi. Damn.
Pertemuan pertama itu sempat terlupakan. Yeah. Gue dan Joy nggak langsung berteman saat itu karena doi yang nggak pernah membalas chat, juga gue yang udah malas untuk memulai chat.
Tapi pertemuan kedua yang mengubah segalanya. Dimana gue nggak sengaja ketemu doi di toko buku, duduk di pojokan sambil asik baca buku, dan gue ikut nimbrung di sana karena kebetulan lagi jalan sendiri.
Semakin lama gue mengobrol dengannya, semakin gue merasa nyaman. Joy adalah tipe cewek yang pinter membawa suasana. Bersama dengannya, gue bisa menjadi diri sendiri.
And I don't know since when Joy became someone special into my life. All I know that Joy is the best of me.
◾◾◾
Sunday, Aug 3rd, 2020.
22.30.
Part ini dibuat khusus untuk lu yang nggak punya bahan ghibah. Lol.
Catatan Chandra adalah flashback. Bisa kapan aja gue bikin qlo lagi niat.
P.S. Buat lu yang masih nanyain soal buku, lu bisa tanya lewat IG : @cs_writers atau admin lainnya di part sebelumnya tentang open po.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top