📝 QnA Cara Merangkai Diksi yang Indah, tapi Tetap Dimengerti Banyak Orang
Sesi Diskusi
Q: Jadi, menurut Bundo-bundo sekalian, suatu kalimat/cerita udah bisa dibilang memiliki diksi yang dirangkai dengan indah tuh kalimat/cerita yang kayak gimana sih?
A: Menurutku, sederhananya. Kalimat dikatakan memiliki indah apabila kalimat tersebut memiliki kejelasan. Terlepas dari gaya bahasa yang dilebih-lebihkan (seperti, suaramu seperti petir menyambar) tapi inti dari paragraf atau kalimat yang ditunjukkan itu jelas. Ini berhubungan dengan yang diatas, tentang ambiguitas.
Menurutku suatu kalimat sudah dapat dikatakan indah, apabila tidak menimbulkan pengertian ganda. Paling bahaya bila pengertian gandanya itu bisa berbeda arti dengan apa yang penulis maksudkan. Kalimat yang indah itu kalau kalimat tersebut memiliki tanda baca. Bukan cuma sekedar paragraf panjang lebar dan hanya berakhir dengan titik di akhir tanpa adanya koma.
🍀🍀🍀
Sesi Tanya-jawab
Q: Bagaimana dengan orang-orang yang banting setir ke genre lain? Misal gaya bahasa sudah dimiliki, penggunaan diksi pun baik untuk genre yang ia geluti. Tapi ia ingin bermain di genre lain, tips nya
A: Berdasarkan apa yang saya sebutin di materinya, genre cerita mempengaruhi cara kita dalam merangkai diksi. Nah, kalo misalnya Kakak mau pindah haluan (misalnya Kakak yang awalnya penulis novel romens mau banting setir jadi penulis novel fantasi), mau gak mau, Kakak harus menyesuaikan lagi gaya bahasa Kakak dengan genre novel yang baru.
Tapi, Kakak bisa tetap mengambil style menulis Kakak yang udah Kakak miliki, riset sedikit tentang genre baru yang ingin Kakak geluti, lalu coba latihan menulis narasi/paragraf dengan genre baru tersebut, tetapi dengan tetap mempertahankan ciri khas yang Kakak punya.
Ganti bahan bacaan juga bisa Kakak lakuin supaya Kakak bisa dapet inspirasi tambahan. Kunci lainnya ya latihan terus, Kak.
Endak papa di percobaan pertama Kakak masih ragu dalam menulis narasi untuk cerita genre baru tersebut. Tapi, kalo Kakak konsisten latihan, pasti makin lama makin terbiasa. Itung-itung nambah ilmu baru juga yey.
Jadi pada intinya the, Kakak Cuma perlu mengubah cara Kakak menarasikan cerita sesuai dengan genrenya tanpa menghilangkan style menulis yang udah melekat di diri Kakak.
•••
Q: Untuk FTW misal penulis pemula yang belum paham dengan gaya bahasanya sendiri. Tidak mungkin rasanya mempelajari sepanjang lebar itu akan membutuhkan waktu lama sementara ia harus menulis di bulan yang sama. Tips sederhana, merangkai diksi / tulisan indah tanpa memperhatikan majas. Karena gak semua orang paham majas
A: Jujur aja, style menulis saya juga baru ketemu pas saya nulis cerita saya yang ke … keberapa yaw. Ada kali ke-sebelasan. So, tbh, sebagai seorang penulis, endak perlu buru-buru kok nemuin style menulis kita. Biarkan style menulis itu muncul dengan sendirinya.
Jokes aside, walau sebenarnya endak perlu terburu-buru dalam menemukan style menulis agar bisa merangkai diksi menjadi indah, saya punya cara untuk para penulis pemula biar bisa dengan mudah merangkai diksi menjadi indah tanpa majas.
Caranya, sering-sering menggunakan Tesaurus. Ini aplikasi berguna bet. Kita bisa menemukan padanan kata yang lebih estetik di aplikasi ini.
Jadi, sederhananya, untuk bisa merangkai diksi menjadi indah, cukup cari sinonim dari kata-kata yang menurut Kakak terlalu monoton.
Contoh:
• Butiran arang -> Jelaga
• Tulisan -> Aksara
• Rombongan orang -> Ambalan
Dll.
•••
Q: Kalau Yemi baca tadi kan kalau dah punya style-nya sendiri ga boleh minder. Tapi kalau ikut lomba tulis puisi gitu, mau gamau kan jadi minder (kalau saia). Berdasarkan pengalaman tersebut, latihan kayak gimana yang baiknya dilakukan biar bisa menang? Kayaknya latihan nulis aja ndak cukup gitu buat menang, maw sesekali menang dari nulis puisi.
A: Selain latihan nulis, Kakak bisa juga berlatih menganalisis. Terus, apa yang harus dianalisis? Menurut saya sendiri, Kakak bisa mulai dengan menganalisis puisi milik pemenang lomba yang Kakak ikuti.
Kakak analisis apa kelebihannya, apa yang membuatnya unik dan beda dari yang lain. Terus, Kakak bisa juga mulai menganalisis puisi Kakak sendiri. Apa yang kudu diubah, apa yang membedakan puisi Kakak sama puisi pemenang lomba, dan seterusnya.
Selanjutnya, Kakak juga bisa mulai menganalisis puisi-puisi ahli yang menurut Kakak cocok dan mirip dengan gaya menulis puisinya Kakak. Abis itu, lakukan teknik ATM dech. Tapi tetep, endak bisa dipungkiri kalo Kakak juga meski terus berlatih. Kesempurnaan endak bakal bisa tercapai tanpa adanya kegagalan terlebih dahulu.
•••
Q: Mau nanya soal keragaman diksi. I mean tentang ‘bau minyak yang mengembang di udara’, ‘musim panas yang terjatuh ke angkasa’, ‘Pulang ke rumah yang tak berjendela’. Itu biar beragam bahasannya, gimana sih caranya?
A: Kalo dari saya pribadi, saya suka menggunakan 3 cara. Pertama, menggunakan majas personifikasi (ini salah satu majas yang sering bet saya gunain). Jadi nanti di narasi ceritanya, saya bakalan nulis suatu benda/kejadian/keadaan tuh seolah-olah berlaku kayak manusia.
Contohnya kayak: “Aroma musim semi melompati bulan Juni di Copenhagen yang gemerlap.”
Kedua, saya suka menggunakan kiasan dan pemisalan serta sebutan baru. Jadi, nanti saya bakalan memisalkan suatu keadaan/tempat/sejenisnya dengan benda/hewan/makhluk yang beda dan lain dari biasanya. Atau, atau, saya juga bisa aja membuat sebutan baru terhadap suatu keadaan/tempat/makhluk.
Contohnya: “Setiap sore, kakinya dibawa berjalan mengelilingi rumah tanpa rak sepatu.” (Ini kiasan untuk rumah yang serba kekurangan gitu).*
Ketiga, saya suka menyandingkan kata A dengan kata B yang sama sekali beda, tapi tetap bisa disandingkan dan kalo dipikir-pikir, ternyata bisa nyambung gituloh. Untuk yang ini keknya agak susah, soalnya kudu mikir-mikir mau menyandingkan kata apa dengan kata apa sehingga pembaca tetap bisa ngerti terhadap apa yang kita tulis.
Contoh: “Jadi, ketika Nostradamus mengatakan kalau aku tidak cukup mati untuk dipahatnya menjadi roti tawar, apa yang harus aku lakukan?”
•••
Q: Misal. Aku nulis latarnya Indo. Tapi pake gaya barat. Aku-Kau gitu. Itu ngga papa?
A: Sebenernya ngga papa, karena sejatinya, style menulis itu fleksibel. Satu yang perlu diketahui, ‘gaya barat’-nya ini jangan bener-bener menonjol banget.
Menonjol kayak gimana? Misal nih ya. Kakak nulis cerita teenfic tentang siswa-siswi SMA di Indo, eh tapi sebutan yang Kakak gunakan + dialog antartokoh tuh kebarat-baratannya kerasa banget.
Kan gak lucu kalo misalnya tokoh Kakak sering ngomongin tentang konser Justin Bieber di stadion tengah kota, tentang Jollibee yang ngeluarin menu terbarunya, atau tentang perlombaan football pekan depan padahal tokoh Kakak sekolahnya di Bangka Belitung /heh.
Jadi intinya the sebenernya boleh-boleh aja, asal jangan kelewat batas dan menghilangkan hal yang membuat latar Indonesianya tuh ilang banget.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top