📝 QnA Cara Membuat Karakter yang Unik dan Memorable

Sesi Tanya Jawab

***

Q: Dalam menjelaskan deskripsi tentang karakter kita gak bisa luput dari namanya menjelaskan ciri fisiknya, seperti yang telah dijelaskan oleh pemateri jika kita menulis secara gamblang soal fisiknya, misal, "Ia memiliki rambut berwarna putih." Akan kurang menarik bagi pembaca, maka apakah ada alternatif lainnya untuk pemilihan kosakata, penambahan majas, atau lainnya yang bisa mendeskripsikan agar karakter itu terlihat lebih hidup dan disukai oleh pembaca? Terima kasih🙏🏻

A:
Kalau alternatif untuk pemilihan kosakata, biasanya dari majas.
Walaupun pemakaian majas yang berlebihan nanti jatuhnya ke melankolis + terlalu puitis. Okey saja kalau genrenya romance atau drama, tapi genre selain itu akan terkesan 'alay'—bagi Qila, yang mungkin karena bukan penikmat genre ituh? Untuk alternatif lain bisa pakai teknik showing.

Jelasinnya gak harus ganti kosakata serupa atau majas. Rambut hitam panjang selutut bisa dijelaskan dengan, "Jika dia berdiri tegap dan berlenggang, rambutnya menyentuh ujung tangan. Sulit menyisir helai yang cepat sekali kusut, dia sering meminta bantuan orang lain untuk mengurus rambutnya. Saat ini, dia memainkan batu serimbang dengan rambut rapih, segar, wangi karena sudah mandi. Temannya kadang berkomentar tentang sanggul besar di kepalanya, dan warna baru yang sama persis seperti warna rambutnya."
Cara alternatif buat si gambarin fisik yang gak monoton ya bersabar menarasikannya dengan luwes.

Q: Yang dicontohin tersebut banyaknya dari genre fantasy dan mistery ya. Gimana kalau Teenfict? Apa biasanya ciri khas yang bisa bikin tokohnya menonjol selain tampan kulbet sedingin kulkas delapan pintu? Karena rerata yang saya temui di novel-novel, begitu-begitu saja.

A:
Dalam genre teen fiction, ada beberapa cara  membuat karakter menonjol selain hanya mengandalkan penampilan fisik yang tampan dan dingin. Beberapa ciri khas dari aku yang dapat membuat karakter lebih menarik dan unik adalah:

1. Kepribadian yang Kontradiktif: Karakter dengan kepribadian yang bertentangan dengan stereotipe. Misalnya, karakter yang tampak dingin dan misterius, tetapi sebenarnya sangat peduli dan perhatian terhadap orang-orang terdekatnya. Atau, karakter yang tampak ceria dan optimis, tetapi menyimpan kesedihan mendalam yang hanya terlihat dalam momen-momen tertentu.

2. Latar Belakang Unik: Memberikan karakter latar belakang yang berbeda dari biasanya, seperti memiliki hobi yang tidak lazim untuk usianya, atau datang dari budaya atau lingkungan yang tidak umum di genre teen fiction. Misalnya, seorang remaja yang juga seorang penari balet profesional atau seorang programmer genius yang menjalani kehidupan ganda.

3. Dialog yang Khas: Karakter yang memiliki cara berbicara atau selera humor yang unik. Dialog yang tajam, penuh sarkasme, atau justru penuh filosofi, bisa membuat karakter menonjol.

4. Krisis Identitas: Menggambarkan karakter yang sedang berjuang untuk menemukan jati diri atau memahami orientasi seksual, ambisi hidup, atau nilai-nilai moralnya. Perjuangan internal ini bisa membuat karakter lebih mendalam dan relatable.

5. Ketidakpastian atau Ketidaksempurnaan: Karakter yang tidak selalu tahu apa yang harus dilakukan, yang ragu-ragu atau yang tidak selalu berhasil dalam usahanya, cenderung lebih realistis dan menarik. Kesalahan dan kegagalan yang dihadapi bisa membuat mereka lebih manusiawi dan mudah disukai pembaca.

6. Perubahan Dinamis: Karakter yang mengalami perkembangan signifikan selama cerita, baik dari segi kepribadian, pemahaman, atau relasi dengan orang lain. Proses perkembangan ini bisa menjadi daya tarik utama dari karakter tersebut.

Ror gitu.

>> Sebenernya, ya, di genre drama dan romance karena target pasar rata-rata wanita dan umurnya masih muda-muda, karakter yang menarik mengandalkan visual. Tapi untuk penikmat drama romance yang udah suhu dan bisa menilai, visual doang gak cukup untuk ngebuat si karakter jadi menarik apalagi memorable. Jadi, bisa pakai 5 poin yang dijelasin sama Aka. Jatuhnya berarti ke kualitas karakter sih yang harus dibenahi. Di materi poin ke-3.

Karena ya, memang kadang karakter yang dianggap menarik dan memorable oleh penikmat genre drama romance itu yang bisa membuat mereka baper. Jago gombal, cakep, 'aku bakal berubah demi kamu, aku janji', dll..

Q: Key pengin bikin cerita dari POV seseorang yang tuli. Kalau orangnya tuli, kita ndak bisa kan bikin dialog gaya bicara, gaya suara, dan lain sebagainya yang suara itu ndak bisa dideskripsikan ya, karena dia tuli. Ada ndak yaw cara lain buat showing dialog tanpa harus repot gitu nulis setiap karakter berbahasa isyarat atau nulis di note buat berdialog sama MC?

A:
Okey, hmmmm sejauh ini Qila baca karkter bisu-tuli dan buta kalau komunikasi pakai nulis dan alat komunikasi yang hurufnya timbul-timbul itu (huruf Braille). Tapi bisa aja buat penceritaan karakter tuli dan bisu yang hanya dirinya sendiri dan dunianya. Bukan sesama manusia dan dia gak harus berdialog dengan apa pun. Kalau pun berdialog, dia sama narator aja. Atau sama hewan dan tumbuhan yang paham dengan bahasa 'sentuhan'. Genrenya udah pasti fantasy sih. Tapi kalau untuk konversasi antara orang tuli dan yang tidak, selain menjelaskan bahasa isyarat dan notes tidak ada deh—tidak tau, kalau ada Qila mau tau😭

Q: Kalau misal latarnya 1960-an kan semua orang gaya bicaranya sama yaw dari riset yang pernah dia buat, nah itu cara nyari pembedanya supaya MC menonjol dalam dialog gimana kalau kayak gitu?

A:
Ciri khas dialog gak harus dialek dan kosakata aja sih. Bisa dengan cara bercanda—umumnya. Misal mau buat karakter itu keturunan orang elite, orang-orang elite kan ngomongnya rata-rata sama ya, apalagi di jaman itu, nah, buat aja dia orang elite tapi ngomongnya sarkas dan gak difilter. Lebih ke tabiat. Atau kalau mau buat latar Nusantara tahun segitu, orang-orang Pribumi dengan bahasa mereka, lalu ada MC yang orang bule, berbaur dengan Pribumi, atau jatuh cinta sama Pribumi. Whatever. Si MC Bule ini punya khas karena dia sendiri yang beda dari masyarakat sekitarnya. Kalau gini berarti jadikan dia satu-satunya dari yang lainnya. Mungkin begitu?

Q: Gimana cara ngedeskripsiin hal yang jadi kebiasaan tokoh tanpa bikin bosen? Misalnya suka tekan-tekan pulpen gitu, ini berkali-kali disebut karena jadi kebiasaan MC kan yaa, tapi setelah dibaca ulang kayak jadi "ngapain sih ditulis mulu" gitu. Ada cara biar bikin hal yang melekat sama MC tapi gak bikin monoton?

A:
Petanyaan ini sama kayak pertanyaan pertama sih sebenernya. Kalau gak mau mendeskripsikannya berulang, takut pembaca bosen—padahal bisa aja penulis mikir itu bosen, tapi pembaca notice kebiasaan yang selalu di-mention itu ciri khas atau clue bahkan, semisal di genre misteri—ya kamu bersabar dengan mendeskripsikannya pakai cara lain. Bisa gak selalu pulpen yang dia tekan. Bahkan kalau gak ada pulpen pun dia tetep punya kebiasaan neken sesuatu; tangannya kayak menggenggam dan jempolnya naik turun. Kebiasaan neken pulpen juga nular ke kebiasaan gesek mancis, dll.. Jadi, kamu bisa kembangkan kebiasaan itu gak di satu objek spesifik. Tekankan kebiasaannya, jangan ikutkan benda yang sama.

Q: Terkadang aku bikin kalimat yang bertele-tele atau tidak efisien kalau disuruh buat narasi/pake teknik showing. Apalagi untuk pengembangan karakter kayak poin yang udah disebutkan itu sometimes aku tidak konsisten sekali, cara untuk konsisten sama karakter sendiri gimana, Kak? (Sifatnya gitu).

A:
Tekniknya adalah ... perbanyak kosakata✨ Sering-sering baca, sering-sering nulis. Itu aja sih kuncinya kalau mau konsisten dan ada perubahan dalam menulis. Kalau bisa pun kumpulin kosakata bahasa lain juga. Karena showing itu dipengaruhi dari konsumsi bacaan. Org yang banyak baca buku terjemahan, bakal beda ketika dia showing di ceritanya sama orang yang baca buku lokal. Jadi, kalau nanya gimana cara konsisten, sebagai penulis yang juga tidak bisa dan sulit konsisten, Qila gak bisa bantu banyak kecuali "silakan banyak baca dan banyak nulis"  hiksss.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top