32. Genre Psikologi

Tanggal: 1 Agustus 2020

Tema: Genre Psikologi

Pemateri:
MiraiAldrich

Halo, selamat malam!

Wah, malam ini pemateri kami membawakan bahasan yang keren, loh!

Apa itu? Yap, genre psikologi! Buat yang sedang riset boleh, nih.

Yuk, langsung simak penjelasan di bawah ini~!

🍀🍀🍀

Genre Psikologi, merupakan sebuah karya fiksi di mana pikiran, perasaan, dan motivasi dari karakter utama lebih menarik daripada tindakan eksternal dan narasi.

Patut diketahui dalam penulisan dikenal dengan Show don't tell. Dalam hal ini penekanan narasi dan sudut pandang penulis memegar alur utama cerita.

Berbeda dengan genre psikologi, dalam genre ini perasaan yang dibawa oleh pemeran utama berperan sangat vital dan penting dalam pergerakan cerita.

Pengembangan emosional dan keadaan internal dalam genre Psikologikal dipengaruhi oleh suatu keadaan emosional yang saling bersimbiosis.

Permainan kehidupan BATIN KARAKTER adalah elemen fundamental dalam pengembangan alur genre psikological tersebut.

Hampir semua pengembangan cerita sekarang memerhatikan skala psikologi suatu karakter utama. Namun, cerita manakah yang layak disebut sebagai genre psikologi?

Sebelum beranjak lebih jauh untuk menentukan suatu genre termasuk A, B, atau C. Alangkah baiknya kita mengkaji beberap cerita yang tergolong dalam genre ini.

1. A Strangeness in My Mind (Orhan Pamuk)

Tokoh utama dalam novel ini adalah Mevlut. Dia mencari nafkah dengan berjualan minuman tradisional Turki di jalan-jalan Istanbul. Orhan Pamuk menggambarkan Mevlut sebagai 'orang yang sedikit aneh, tapi memiliki hati emas.'

Selama bertahun-tahun, Mevlut melihat beragam transformasi kota, orang-orang juga Turki secara keseluruhan. Setiap saat, dia bertanya-tanya apa yang menjadi sumber 'keanehannya' dan apa yang membuat dia berbeda dari orang lain.

Novel ini merupakan salah satu novel yang keren yang paling banyak dibaca dari Orhan Pamuk yang merupakan pemenang hadiah Nobel Sastra di tahun 2006.

2. The Portrait of a Lady (Henry James)

The Portrait of a Lady yang ditulis oleh Henry James adalah salah satu novel psikologi paling terkenal sepanjang masa. Ini karena buku karya Henry James tersebut menggali psikologi kepribadian juga psikologi sosial.

Awalnya novel ini diterbitkan sebagai serangkaian kutipan majalah pada tahun 1880-an, ceritanya begitu populer sehingga James akhirnya menyusun cerita-cerita itu menjadi buku lengkap.
Novel ini berfokus pada Isabel, seorang perempuan muda yang tidak yakin tentang masa depannya.

Saat dia mewarisi kekayaan, Isabel bepergian ke Eropa dan berinteraksi dengan orang-orang kaya lainnya dan menemukan bahwa orang-orang ternyata tidak selalu seperti apa yang tampak.

3. Prozac Nation (Elizabeth Wurtzel)

Novel karya Elizabeth Wurtzel ini merupakan sebuah memoar novel yang menceritakan pengalaman hidup sang penulis dan diterbitkan pada tahun 1994.

Novel ini menggambarkan pengalaman penulis yang mengalami depresi berat, kegagalan karakternya sendiri juga bagaimana dia berhasil melalui masa-masa sulit saat menyelesaikan kuliah dan bekerja sebagai penulis.

Hal yang paling aneh tentang novel ini adalah bagaimana Wurtzel mengisahkan dengan jujur ​​tentang depresinya yang begitu terkait dengan bagian-bagian kecil dalam hidupnya. Ternyata masalah-masalah yang dia hadapi juga dihadapi orang kebanyakan.

Kamu akan merasa dipengaruhi secara pribadi oleh cara penulis dalam membuat pembaca merasa terlibat. Selain itu, kamu juga akan merasa hidupmu mungkin dipenuhi dengan peluang di mana depresi bisa menyerangmu pada saat tertentu. Novel ini mungkin membuatmu merasa rapuh dan terguncang.

4. The Girl on the Train (Paula Hawkins)

The Girl on the Train yang ditulis oleh Paula Hawkins merupakan novel keren yang membahas tentang kecanduan.

Diceritakan Rachel yang seorang pecandu alkohol selalu naik kereta yang sama untuk pergi bekerja setiap hari dan akhirnya mengarang cerita tentang orang-orang yang ditemuinya dalam perjalanan.

Saat dia mengetahui bahwa seorang perempuan hilang, dia menjadi terlibat dalam kisahnya dan dengan orang-orang yang mengenalnya. Ketika buku berlanjut, pembaca akan bertanya-tanya apakah Rachel menderita gangguan kepribadian dan apakah dia mungkin ada hubungannya dengan hilangnya perempuan itu.

5. The Ground Beneath Her Feet (Salman Rushdie)

Buku karya Salman Rushdie ini menggambarkan cinta dua orang muda, yaitu Ormus dan Vina. Mereka lahir di Bombay dan keduanya memiliki bakat dan keterampilan musik yang luar biasa. Mereka, akhirnya, pindah dari India ke Amerika Serikat dan di sana mereka menjadi bintang rock terkenal.
Suatu hari, Earth menelan Vina, dan pemuda itu berubah menjadi Orpheus, tokoh dalam mitologi Yunani, yang berusaha menemukan Eurydice-nya di setiap wanita.

Novel ini adalah karya yang luar biasa yang berisi sejumlah besar kiasan budaya dan agama dan beberapa elemen mistisisme.

6. A Million Little Pieces (James Frey)

Awalnya, novel ini dijual dipasaran sebagai memoar dan kemudian dipasarkan sebagai novel semi-fiksi menyusul tuduhan pemalsuan karya sastra.

Novel ini mengisahkan kehidupan seorang pecandu alkohol dan narkoba yang berusia 23 tahun dan bagaimana dia menghadapi rehabilitasi di pusat perawatan yang dengan orientasi dua belas langkah.

Walaupun di awal dipromosikan sebagai memoar, belakangan diketahui bahwa banyak peristiwa yang diceritakan dalam buku itu tidak pernah terjadi.

Mulai dari deskripsi keadaan narator di awal sampai berbagai perawatan yang dia jalani saat berada di pusat rehabilitasi. Dijamin saat pembaca akan merasa tercekat di satu halaman dan hampir menangis dengan simpati di halaman berikutnya.

Novel ini harus dibaca kalau kamu menikmati atau setidaknya terpesona oleh rasa sakit yang dapat dilalui manusia untuk memulihkan keteraturan dalam kehidupan yang hampir hancur. Buku ini juga bagus untuk membaca pola pikir seorang pecandu narkoba.

7. I'm Not Scared (Niccolò Ammaniti)

Novel ini berkisah tentang ketakutan dan kesepian Michele Amitrano yang berusia sembilan tahun. Bagi dia dunia menyusut menjadi seukuran satu sen tipis. Dia tidak sepenuhnya memahami tingkat keparahan situasi yang tidak pasti dan berbahaya. Tetapi, Michele percaya bahwa pasti ada orang dewasa yang kuat di luar sana yang akan memberikan pertolongan padanya.

Buku ini memberikan pengetahuan tentang cara mengatasi ketakutan dan kecemasan. Selain itu, novel ini juga memberikan cara bagaimana kita semua harus melakukan tindakan kebaikan kecil tanpa memandang usia.

8. The Innocent (Ian McEwan)

Novel ini berlatar belakang Berlin saat Perang Dingin, dekat perbatasan sektor Barat dan Timur. The Innocent mengisahkan seorang pemuda Inggris, Leonard Marham, yang dikirim ke Berlin untuk melaksanakan rencana penggalian di bawah Tembok Berlin untuk mengakses saluran telepon Rusia.
Ian McEwan menggambarkan kehidupan, kesulitan juga keadaan emosi orang-orang di Berlin pascaperang dengan kelihaian menulis dan kecerdasannya.

Novel ini adalah kisah detektif, thriller psikologis dan sekaligus juga drama sejarah, tapi di atas semua itu, the Innocent merupakan kisah tentang cinta sejati.

9. Lunar Park (Brett Easton Ellis)

Buku ini akan mengaduk-aduk pikiranmu dengan pertanyaan utama yang akan kamu tanyakan pada dirimu, yaitu apakah semuanya nyata, atau apakah semuanya dibuat untuk membuat novel ini menjadi novel terlaris?

Lunar Park telah digambarkan sebagai memoar tiruan dengan beberapa cerita di dalamnya tercermin di seluruh buku.
Batas yang tidak jelas antara fiksi dan non-fiksi merupakan hal yang membuat novel ini sangat aneh.

Lunar Park terlihat seperti mengikuti genre alur cerita horor yang khas seperti James Herbert atau Stephen King. Penggambaran tentang boneka 'Terby' milik putri dari tokoh utama cerita ini bisa jadi membuatmu ingin membiarkan lampu menyala saat malam hari.

Kemudian penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan di sepanjang kehidupan tokoh utama akan membuatmu bertanya apakah seluruh pengalaman menyeramkan yang mengerikan ini hanyalah halusinasi. Tema-tema lain yang agak mengganggu cerita novel termasuk hubungan anak dan ayah yang retak, dosen yang mencoba berselingkuh dengan muridnya, dan suami yang tidak percaya istrinya.

10. Villette (Charlotte Brontë)

Karya terakhir Charlotte Brontë memberikan gambaran kuat seorang wanita yang berjuang untuk mendamaikan cinta, kecemburuan, dan keinginan kuat untuk kebebasan. Dikisahkan setelah melarikan diri dari masa lalu yang mengerikan di Inggris, tokoh utama yang bernama Lucy Snowe memulai kehidupan baru dengan mengajar di sekolah asrama di ibu kota negara asing.

Di tempat barunya, saat dia mencoba untuk mencapai kebebasan dari kebutuhan lahir dan kesedihan batin, dia menemukan bahwa perasaannya terhadap seorang dokter yang sangat berpengalaman dan seorang profesor yang bersifat diktator mengancam kebebasan yang dia perjuangkan.
Diterbitkan tahun 1853, novel terakhir Charlotte Brontë ini ditulis setelah kesedihannya atas kematian saudara-saudaranya. Novel ini memiliki kekuatan dramatis yang sebanding dengan karya besar yang lain, Jane Eyre, serta modernitas wawasan psikologis yang luar biasa dan pemahaman revolusioner tentang kesepian manusia.

Apakah sudah terjawab? Genre ini tidak dapat berdiri sendiri. Pada umumnya akan ada genre utama yang melatarbelakangi suatu masalah psikologis dan membantu karakter utama mencapai tujuannya.

•••

Here's how to write a psychological novel that will take readers inside the minds of your protagonist and antagonist and have them turning pages to see what happens next:

1. Create strong characters. Both the protagonist and antagonist should have strong emotional issues that stand in the way of accomplishing their goals. The antagonist in a psychological novel may not even be a person but could very well be the inner demon of your protagonist, working just as hard as any living antagonist to prevent your hero from achieving his goals.

2. Write a strong backstory. If there is some emotional torment keeping your protagonist from accomplishing what he needs to, there should be a solid history to back it up. Write a complete history for all your characters before you begin, even if you use only enough to give the audience insight into your hero's psyche.

3. Plot your story around the emotional aspect of the story. A psychological story is internal, which means a good deal of it revolves around the turmoil in your lead character's head. The emphasis is not on physical action or external elements but on the struggle within your character.

4. Set up the internal struggle early in your story. Maybe your character has a fear he will need to overcome later in the story to reach his goal. By setting up his fear early, your readers wait for a payoff you finally deliver when your character overcomes his fear. Never cheat your readers out of the payoff, though.

Following these basic rules and applying them will allow you to write a psychological story in any subgenre, including horror, thriller, mystery or suspense.

LET'S TRY

🍀🍀🍀

Masih bingung dan punya pertanyaan? Coba cek bab berikutnya, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top