Wisata Lumpur Lapindo, Romansa Dibalik Bencana
Masih di Sidoarjo dan kali ini aku akan mengajak kalian semua untuk berselancar sedikit ke sebuah desa di ujung kota Sidoarjo yang memiliki sebuah pariwisata unik dan populer yaitu, Lumpur Lapindo.
Kenapa dinamakan demikian?
Ya, karena wisata ini bermula dari sebuah fenomena alam yang juga ada kaitannya dengan kesalahan kerja dari PT. Lapindo Brantas yang dioperatori oleh PT Energi Mega Persada Tbk, perusahaan yang terafiliasi dengan Group Bakrie.
Sejarah mencatat, pertama kali warga di kejutkan dengan semburan lumpur panas di desa siring kecamatan Porong pada 29 Mei 2006. Tidak ada kekhawatiran berlebih waktu itu sampai semakin hari intensitas semburan semakin sering dan deras, berbagai upaya telah dilakukan baik dari pihak pemerintah dan juga warga diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur, membuat jalur aliran lumpur untuk proses pembuangan limbah ke sungai Brantas yang secara langsung menuju ke laut guna mengurangi volume lumpur yang kian hari semakin bertambah.
Perlahan, satu persatu warga mulai mengungsi karena takut tanggul yang dibangun tidak mampu menahan volume lumpur yang semakin tinggi. Kabar simpang siur mulai terdengar dari berbagai penjuru, simulasi tanggul jebol dari kepolisian terus sering kali dilakukan untuk melatih kesiagaan warga. Aku yang waktu itu masih mondok di pesantren desa sebelah mulai harap-harap cemas. Hingga pada desember 2006 tanggul utama yang mengelilingi desa kami jebol sehingga rela atau tidak kami harus membiarkan pesantren dan segala bangunan yang menyertainya ikut terendam lumpur. Beruntung, kami sudah diboyong untuk mengungsi beberapa jam sebelum kejadian.
Tidak berhenti disitu, semburan lumpur panas disertai gas terus membesar dan meluas selama beberapa bulan hingga menenggelamkan area pemukiman, pertanian, dan industri di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Porong, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Jabon. Sebanyak empat desa di lahan seluas 400 hektare (ha) terdampak langsung dari semburan lumpur panas itu. bahkan kabarnya, masih banyak masalah sosial yang belum terselesaikan mulai dari rusaknya alam, lingkungan dan sosialnya, hingga ganti rugi yang masih menjadi misteri.
Namun selain kerugian atas timbulnya lumpur panas, ada sepercik manfaat yang bisa diambil. Semburan lumpur diyakini mengandung mineral besar seperti litium dalam jumlah banyak, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku baterai. Selain itu, ada kandungan ilodium yang bisa menjadi bahan pembuatan LCD, yang harganya bisa lebih mahal dibandingkan minyak dan gas. Dan juga bisa dipakai membuat bata ringan, keramik, serta kerajinan gerabah.
Lebih dari itu, danau yang terbentuk akibat semburan lumpur itu kini telah menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat singgah di Sidoarjo.
Kini fenomena alam yang telah mengubur banyak airmata dan kenangan warganya telah disulap menjadi objek pariwisata yang tidak kalah menarik apabila disandingkan dengan objek pariwisata yang lainnya.
Hanya bermodalkan tempat yang strategis kini Wisata Lumpur Lapindo menjadi objek pariwisata yang digandrungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Satu hal lagi yang menakjubkan dari Wisata Lumpur Lapindo ini bagaimana fenomena ini mengingatkan kita bahwa sebenarnya kita bukan siapa – siapa di bumi ini. Kita sebagai manusia sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan kebesaran Tuhan yang maha segalanya.
Terbukti dengan dibangun ulang makam Almagfurlah KH. Anas Al Ayubi pendiri Pondok Pesantren Abil Hasan Asy Syadzily diatas lumpur dengan titik koordinat yang tepat sebagaimana lokasi aslinya sebelum pesarehan Almagfurlah terendam. Santri – santri beliau silih berganti datang untuk berdoa, kita juga memiliki acara rutin setiap satu bulan sekali yakni istighosah dan hataman Alquran. Selain itu, santri dan warga pernah menjalankan sholat idul fitri dan acara haul almagfurlah diatas lumpur.
Kini, Wisata Lumpur Lapindo masih dioperasikan dan dikelola langsung oleh warga sekitar bahkan sebagian warga menjadikan lokasi ini sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk bisa masuk dan naik keatas tanggul Pengunjung hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 15.000 untuk biaya parkir kendaraan saja karena untuk masuknya sampai hari ini masih gratis. Namun, Jika ingin menjelajah lebih jauh mendekati pusat semburan yang berada ditengah area, lumpur yang berada di tengah area, pengunjung dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 25.000 untuk jasa ojek.
Jadi objek wisata yang berada di kecamatan Porong ini sangatlah cocok untuk dikunjungi karena dengan biaya yang terjangkau wisata ini sudah menyuguhkan spot-spot yang unik berfoto diantaranya adalah patung-patung yang berbentuk manusia yang sedang membawa berbagai perabotan rumah tangga yang seolah menggambarkan karakter warga sekitar yang menjadi para korban.
Doc : Makam Almagfurlah KH. Anas Al Ayubi sebelum di renovasi
Daftar Pustaka :
https://pesona.travel/keajaiban/3893/lumpur-lapindo-dulu-bencana-sekarang-jadi-tempat-wisata
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/06/berbekal-keprihatinan-wisata-lumpur-lapindo-jadi-objek-wisata-unggulan
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190625172403-92-406332/menilik-kronologis-tragedi-13-tahun-lumpur-lapindo
Pengalaman Pribadi selama Mondok tahun 2006
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top