Chapter 7.0 - The Hunters

"Emang lo mau ngapain, Zak?" tanya David seraya menatap Zaki yang tengah menyusuri tangga.

"Yeh ... gue bilang ada perlu sama si Penghuni Kamar," jawab Zaki singkat. Dengan senyum yang terus mengembang, Zaki menenteng tas ranselnya kuat-kuat. Gelapnya lorong di lantai dua tak membuat Zaki patah arang. Namun, senyumannya memudar,mtatkala ia mendengar suara pecahan kaca dari kakinya.

"David!" teriak Zaki seraya berusaha mencari saklar di dinding. Tidak sampai sepuluh detik terdengar suara sepasang derap kaki yang berlari menaiki anak tangga.

"Napa?" tanya David pelan.

"Ini sama lo?" tanya Zaki seraya menunjuk pecahan kaca dan pigura di lantai.

"Iye, tadi gue mau bawa cuma dia ngelawan."

"Bego banget! Cepet beresin, terus buang!" pinta Zaki lagi seraya melangkah melewati serpihan kaca, "bentar ... angkat tangan lo?"

"Udah gue pake. Sarung tangan, 'kan?" jawab David seraya menunjukan kedua tangannya.

"Perhatiin si Rafi, dia udah make belom."

"Udeh ...," potong Rafi yang muncul di belakang David, "... 'kan gue yang bukain gerbang. Berabe kalo belom make."

"Terus lo ngapain di sini?" tanya Zaki seraya menaruh telapak tangannya di pinggang.

"Gue, 'kan emang disuruh nyari hape si Nayla. Ya, gue start dari kamarnya dulu. Lo sendiri ngapain?" Zaki balik bertanya dengan nada heran.

"Lo lupa ya ... dia itu cewek," jawab Zaki seraya masuk ke dalam kamar Nayla, "lo harus ngehormatin cewek ... buat dapet 'kehormatannya'."

David yang mendengar hanya tertawa dan berlari menyusul Zaki. "Lo niat buat 'make' tuh cewek?" tanya David antusias.

"Itu tuh seni, gak pantes kalau kita ngerendahin mahakarya dengan sebutan 'make'," jawab Zaki seraya membuka lemari kayu. Dengan perlahan, Zaki membuka satu persatu laci yang ada di dalamnya. Hingga di percobaan ke empat ia berhenti dan tertawa penuh kemenangan.

"Coba liat ...," ujar Zaki seraya mengeluarkan satu set dalaman renda-renda berwarna hitam. Dengan perlahan, Zaki menempelkan ke wajahnya, dan menghirupnya kuat-kuat. "... hmm ... perfecto!" Satu persatu Zaki mengeluarkan setiap dalaman yang ada dan memasukannya ke dalam tas ranselnya.

"Si Rafi mana?" tanya Zaki seraya menatap David yang tengah membereskan barang-barang yang berserakan.

"Di lorong. Gue suruh buat bersihin biar cepet."

Zaki hanya mengangguk pelan. "By the way, gue penasaran ... lo 'make' dulu dia ya?"

"Gue? Kagak ... mana sempet. Gue cuma ngikutin dia balik ke rumahnya. Terua pas dia masuk ke rumah, gue ikut masuk ke dalam. Gue ikutin ke kamar, eh tiba-tiba dia ngomong, 'Anjing lupa!'. Nah, baru gue sikat."

"Hoo ... lo nge-grepe juga?"

"Ya ... dikit, tapi gak sadar juga. Lagian dia juga ngeberontak mulu. Gue bekem mulutnya, eh dia gigit."

"Sempet lepas, yeh?"

"Iyeh. Dia lari ke lorong dan untung gue masih sempet bisa ngejar, karena gak mau ambil resiko terpaksa gue ambil cara kekerasan," jelas David.

"Noh, di lorong udah selesai," ujar Rafi seraya membawa sekantong plastik hitam berukuran sedang. Lalu, ekor matanya terpaku pada temannya yang tengah berdiri di depan lemari. "Lo ngapain bawa BH sama CD tuh cewek? Buat 'gini' ye?"
ledek Rafi seraya menggerakan pergelangan tangan kanannya ke atas ke bawah berkali-kali.

"Bukan, bego! Tapi, buat 'gini' nih," jawab Zaki seraya menggerakkan pinggulnya ke depam dan ke belakang, "ada 'lubang' yang asli kok malah bikin lubang lain."

"Anjir, lu serius?" tanya Rafi tak percaya.

Zaki yang mendengar hal itu hanya terkekeh pelan. "Kita tuh harus baik sama dia ..., lagian gue lakuin ini biar dia gak penasaran nanti."

"Maksud lo?" tanya Rafi lagi.

Zaki hanya tersenyum penuh maksud dan menatap ke arah David. "Bagaimana pun, dia udah tahu soal hal ini. Ya, mau gak mau kita habisin. Nah, sebelum dihabisin, ya ... kita manfaatin dulu," jelas Zaki pelan.

David hanya terkekeh pelan seraya mengangguk. Diangkat tubuh besarnya seraya menyerahkan sekantong plastik hitam ke pada Rafi. "Sekarang ... gue mau istirahat dulu," ujar David seraya melompat ke atas kasur Nayla. "Njir ... bau perawan!"

Zaki tertawa melihat David yang mengendus-ngedus guling dan bantal milik Nayla. Namun, senyuman itu memudar tatkala melihat Rafi yang masih mematung. "Lo kenapa Raf?"

"Kagak ... gue cuma agak bingung aja ...."

"Bingung kenapa lo?"

Rafi hanya menggeleng pelan seraya berjalan keluar kamar. "Gue mau nyari minum dulu," ujar Rafi pelan.

Zaki hanya mengangguk dan kembali mengarahkan pandangannya ke rekan satunya. "Vid! Lo kelarin urusan lo!"

"Oh, iya ... gue sampe lupa gara-gara bayangin tuh bocah ...."

Zaki hanya tertawa seraya kembali larut dalam aktivitasnya. Sesaat kemudian ia mengambil salah satu pakaian SMA milik Nayla yang tergantung di dalam lemari. "Coba lo liat ini?"

"Baju SMA? Bukannya dia udah kuliah?"

"Bego! Ini sengaja di simpen buat kenang-kenangan kayanya ...," jelas Zaki seraya mengambil sebuah gunting dari atas meja, "gimana kalau gini ...." Dipotongnya rok abu-abu panjang tersebut hingga kini hanya tersisa sekitar satu setengah jengkal.

"Anjir! Pendek amat!"

"Yoi ... biar enak buat ...." Zaki kembali menggoyang-goyagkan pinggulnya.

David hanya tertawa terbahak-bahak dan segera bangkit dari tidurnya. "By the way ... tadi gue sekalian beresin nyariin hapenya, tapi gak nemu ...."

Zaki hanya terdiam seraya menyapu setiap sudut ruangan. "Lo udah periksa di toilet?"

"Belom, bentar ...." Dengan santai David mengikuti usulan Zaki. Sedangkan, Zaki hanya terdiam seraya berjalan mengamati setiap sudut ruangan. Hingga, tiba-tiba terdengar sebuah alunan lagu "Love Yourself" dari kolong kasur.

Zaki yang mendengar hal itu, langsung terdiam mematung. Begitupun dengan David yang lekas berlari keluar. Kedua matanya menatap ke titik yang sama dengan Zaki. Sejenak, mereka berdua saling memandang satu sama lain. Dengan satu kali anggukan, David mendekati kasur Nayla secara perlahan.

Sejenak, David memandang kembali Zaki yang sudah berjaga. Sepucuk pistol lengkap dengan peredam suara kini berada di tangan kanannya. Dua jari tangan kirinya--telunjuk dan tengah--mengarah ke kedua matanya, lalu diputar ke arah kasur.

David yang melihat kode isyarat itu hanya mengangguk pelan dan menyingkapkan selimut yang menjuntai ke bawah. Dengan hati-hati, David merendahkan kepalanya dan mengedarkan pandangannya.

"Ada," ujar David pelan seraya bergerak masuk.

"Apa?"

David hanya tersenyum seraya menunjukan sebuah handphone yang berdering. Terdapat tulisan "Ibu" di layar datat bercahaya itu. Namun, beberapa detik kemudian, tulisan itu menghilang bersamaan dengan lagu yang berbunyi.

"Kayanya nyokapnya baru nepelon dia, makanya bunyi," jelas David seraya menatap sejenak lalu memberikan handphone-nya kepada Zaki.

Zaki hanya terdiam memandang handphone tersebut. "Satu panggilan tak terjawab?"

"Iye."

Zaki hanya terdiam dan kembali memainkan handphone tersebut. Lalu, salah satu alisnya terangkat. Diarahkan kedua matanya menatap David yang tengah berkacak pinggang.

"Kenapa?" tanya David pelan.

Belum sempat Zaki menjawab, terdengae suara kegaduhan derap kaki dari luar kamar. "Bos tadi telepon!" potong Rafi dengan napas tersenggal-senggal, "udah, 'kan?"

"Udah. Yuk, cabut!" jawab David singkat.

"Gue buka gerbang dulu!" ujar Rafi seraya berlari yang disusul oleh David. Baru saja lima langkah, David tersadar jika Zaki masih mematung di kamar Nayla.

"Zak! Buruan!"

"Iya-iya ...," jawab Zaki seraya mengedarkan pandangannya ke segela penjuru ruangan.

"Zak!"

"Iya!" jawab Zaki lagi seraya berlari menyusul David.

Dua pasang langkah kaki itu, terus menggema di setiap penjuru rumah. Kemudian, kembali terdengar suara besi yang berderik tanda seseorang tengah menggerakannya. Selang beberapa detik, mesin kuda besi berwarna silver mulai meringkik halus. Tidak sampai satu menit, suara besi berderik kembali terdengar yang diakhiri dengan keheningan.

Tiba-tiba, terdengar sebuah gesekan halus dari bawah kolong kasur. Sosok itu merangkak keluar seraya mendorong beberapa kardus yang dipenuhi dengan debu. Sosok itu terdiam mematung, seraya menatap ke arah cermin yang memantulkan dirinya sendiri.

"Reinard ... what would you do?"

***

Dipublikasikan pertama kali:
22 Juli 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top