Chapter 5.0 - The .wav

Ya Bapa! batin Reinard seraya menghempaskan tubuhnya ke kasur. Diliriknya jam dinding bermotif lambang klub sepak bola Inggris---Chelsea---dengan tatapan kosong. Jarum jam mulai memasuki pukul 18:41 WIB. Diarahkan kembali kedua matanya ke foto seorang gadis yang tengah meminum jus di handphone-nya.

Nay ..., batin Reinard pelan. Samar-samar ia kembali teringat kejadian tadi sore di gedung F tadi sore.

"Masih gak ada jawaban?" tanya si Kacamata lagi.

Reinard mengangguk pelan. Sudah puluhan kali ia mencoba menelepon, tapi tidak ada satu pun jawaban dari Nayla

"Mahasiswa sekarang ngegampangin banget apa. Gak tahu diuntung udah dikasih kesempatan buat susulan malah ngilang kagak jelas."

"Gue aja bela-belain dateng ke sini buat ngawas eh, malah gak dihargain."

Reinard hanya terdiam mendengar sindirian pengawas yang berbicara di dalam labolatorium komputer. Sudah hampir sepuluh menit lamanya semenjak tes praktikun susulan dimulai, tapi keberadaan Nayla menghilang bagai ditelan bumi.

Tiba-tiba, terdengar langkah kaki yang membuat Reinard menghentikan aktivitasnya. "Masih belom ada jawaban?" tanya si Wanita.

"Belum, Kak," jawab si Kacamata.

"Kak, kalo misal ... pahitnya gak bisa datang gimana?" tanya Reinard singkat.

"Bagus! Sering-sering aja teman kau begitu dek!" teriak dari dalam yang membuat Reinard hanya mengepalkan jemarinya.

Si Wanita yang berdiri di depan Reinard hanya melongok ke dalam labolatorium komputer. Secara tiba-tiba, gelak tawa yang sempat terdengar menghilang seketika. "Kalau misal dia gak ikut ya, nilai praktikumnya nol kalau gitu."

"Gak ada kesempatan lain, Kak?"

"Ya enggak, lah. Ini juga, 'kan ujian susulan, semua orang yang ikut susulan di gabung di sini. Dan semua orang mengerjakan ujian sesuai dengan apa yang mereka pelajari. Kaya kamu, kamu susulan tentang Looping ya, kerjain itu. Yamh lain bisa aja soal fungsi logika if, atau bahkan Array," jelas si Wanita pelan, "emang dia kenapa sih?"

"Enggak tahu, Kak. Tadi, sih dia sempet cerita kalau neneknya masuk ICU, mungkin dia ngejenguk neneknya."

"Tapi kalian udah dikasih tahu, 'kan sekarang kalo hari ini ujian susulan?"

"Tahu, 'Kak."

"Sekarang gini, kita udah ngasih tahu jauh-jauh hari. Dan sekarang dia gak hadir. Jadi siapa yang salah?"

"Nayla, Kak," jawab si Kacamata pelan.

Reinard hanya melirik sahabatnya dengan tatapan dingin.

"Apa?" tanya si Kacamata.

"Terus gimana dong, Kak?" tanya Reinard.

"Lho, kok gimana? 'Kan udah dijelasin tadi, kita udah ngasih tahu, dan dia gak datang. Yang jelas kami gak bisa bantu apapun. Kalau mau dapet kesempatan lain, ya datang aja ke Pak Hakim," jelas si Wanita, "sekarang udah sepuluh menit ... kaliam mau nungguin dia atau masuk? Pintunya mau saya tutup."

Sejenak Reinard tergeming mendengar hal itu. Ada perasaan andai ia tidak mengomentari soal ulang tahun Nayla, mungkin Nayla ada di sini dengan senyum cantiknya.

"Rei ...," bisik si Kacamata , "... lo udah tahu jawaban gue apa, tapi gue harap jawaban lo sama. Don't be a stupid, Bro. There's not your fault."

Reinard terdiam dan menatap si Kacamata lekat-lekat. Sejenak kedua matanya terpejam. Embusan napasnya semakin lama semakin lambat dan panjang.

"So ... will you?"

Reirnad hanya mengangguk pelan dan mengikuti si Kacamata melangkah masuk.

Tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Dengan cepat, Reinard mengambil handphone-nya. Selang beberapa detik, ia hanya menghela napas kasar dan menggeser tombol hijau ke sisi kanan.

"Rei! Udah ada kabar?" tanya si Kacamata dari seberang.

"Belom. Ini gue juga lagi nungguin jawaban."

"Udah coba ke rumahnya?"

"Belom. Gue bingung alasannya apa."

"Suprise tadi?"

Reinard berdecak kesal seraya bangkit dari kasurnya. "Kalo gitu, kenapa dia gak dateng tadi?"

"Lupa kali."

"Dia bukan tipe pelupa. Lo inget gak, cuma dia satu-satunya yang inget ulang tahun tanggal ulang tahun Rektor kampus pas lagi ospek?"

"Ya itu, 'kan ulang tahun ...."

"Ya sama kaya ujian. Tanggal, bulan, tahun. Apalagi dia sempet mewek pas gak ikut tes pertama praktikum fisdas[1]"

"Oh, iye ... lo sempet ke enakan dipeluk dia."

Reinard terdiam mendengar perkataan si Kacamata. "Yaudah, intinya belom ada kabar sama gue belom ke rumahnya. Terus ... lo mau tanya apa lagi?"

Terdengar suara si Kacamata yang terkekeh pelan. "Gue perlu ebook fisika. Lo ada, 'kan?"

"Kenapa lo gak sekalian tadi sore. Di flashdisk gue ada kok," ujar Reinard dengan nada kesal.

"Gue pikir juga ada di laptop, eh ternyata itu ebook pemograman bahasa C."

Reinard hanya menghela napas kasar dan menyalakan laptopnya. "Gue kirim via email ya?"

"Ho'oh. Nih, email guenya ...."

"Eh, bentar dulu ...," pinta Reinard seraya meletakan handphone-nya di samping laptopnya. Ditekan tombol speaker di layar datar itu dengan satu sentuhan. "... bentar belom nyala laptopnya."

"Yaudeh catet dulu emailnya."

"Kirim aja ke LINE, gue sekalian mau mandi dulu aja."

"Eh, anjir ... gue perlu sekarang."

Reinard kembali berdecak kesal. "Elah, lu bikin repot aja," imbuhnya seraya mencari flashdisk miliknya di dalam tasnya, "yaudah bentar."

"Hah? Apa lo bilang?"

Reinard segera berjalan mendekati handphone-nya dengan flashdisk di tangan. "Bentar!" bentak Reinard. Sekilas terdengar suara cacian dari seberang.

"Anjir! Lo lagi ngapain sih?"

"Tadi gue ambil flashdisk-nya dulu," jawab Reinard singkat. Dengan lihai, tangan kanannya menghubungkan flashdisk kuning itu ke laptop. Sementara tangan kirinya, mengarahkan kursor dan menekan dua kali Google Chrome. "Gue kirim ke email kelas aja ya?"

"Email kelas? Yang [email protected]?"

"Ho'oh."

"Yaudah ... gue kirim ...." Reinard terdiam sejenak menatap layar laptopnya. "... wait kok gak ada."

"Gak ada maksudnya?"

"Bentar dulu ...." Dengan cepat Reinard menekan tombol berlambang "Windows" dan huruf "E" di keyboard laptop secara bersamaan. Ditekannya tanda panah ke bawah sebanyak empat kali hingga berada di tulisan "Kingstone". "... ini bukan flashdisk gue ...," imbuh Reinard pelan.

"Maksudnya?"

"Iya, flashdisk gue 'kan, namanya 'Renata', tapi ini malah 'Kingstone'."

"Ke-reset gegara dibanting?"

"Enggak mungkin. Orang ... di properties, size yang kepake ada sekitar 100 mb. Tapi ... ada yang aneh."

"Aneh kenapa?"

"Lo pernah denger  format file '.wav'?"

"'.wav'? Belom. Coba lo buka aja?"

"Iye. Ini lagi gue buka," jawab Reinard singkat. Tiba-tiba sebuah layar baru aplikasi winamp terbuka. Beberapa detik kemudian, terdengar alunan lagu yang amat sangat kacau. Alunan lagu yang dibuat ngasal tak karuan itu, membuat Reinard menutup telinganya. Belum sampai sepuluh detik, Reinard menyerah dan menghentikanya.

"Anjir! Apaan itu?"

"Ini filenya lagi di play. Kayanya format '.wav' tuh sejenis lagu," jawab Reinard singkat, "kok gue jadi inget lagu 'Reverse - Karl Mayers' ya?"

"Jangan-jangan ...." Si Kacamata 'tak melanjutkan perkataannya.

"Kenapa?" tanya Reinard pelan.

"Lo bilang tiba-tiba inget lagu 'Reverse - Karl Mayers' 'kan? Kenapa?"

"Ya ...." Reinard terdiam sejenak. "... mirip. Lagunya gak jelas, dan kaya frekuensi tinggi," imbuhnya lagi.

"Gimana kalau misal, efeknya juga sama?"

Reinard terdiam mendengar pertanyaan si Kacamata. Tanpa pemberitahuan, tangisan Nayla melangkahi alam bawah sadar Reinard. Suara Nayla meminta tolong pun menggema di telinganya. Hatinya bergetar dengan frekuensi tinggi. Darah yang meletup-letup, terus menjadi-jadi. Kini, mata Reinard memandang sebuah pigura kecil berwarna putih. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak bergaya sendirian.

"Rei, halo?"

"Jelas, lah gak mungkin. Dia gak punya alasan buat ngelakuin hal aneh. Pasti dia gak sengaja ngambil flashdisk-nya."

"Ya emang sih, mentok-mentok kemungkinan ketuker."

Reinard mengangguk pelan. Diliriknya kembali foto Nayla, dan secara bersamaan hatinya kembali bergerilya. Rasa kekhawatiran akan kabar Nayla perasaan Reinard terombang-ambing. Logika dan perasaannya, bagaikan bidak catur berwarna hitam dan putih yang saling menjatuhkan.

"Lo kalau ada di posisi gue ... bakal gimana?" tanya Reinard pelan.

Terdengar embusan napas kasar dari seberang. "Lo nanya jawaban yang udah jelas jawabannya," jawab si Kacamata pelan, "ya, lo tahu maksud gue, lah,"

Reinard hanya terdiam, dan kembali menatap pigura putih. Nayla ....

***

Catatan :
[1] Fisdas = Fisika Dasar

Dipublikasikan pertama kali:
20 Juli 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top