Chapter 3.0 - The Cinderella
Waktu sudah menunjukan pukul 15:55 sore. Hampir semua pintu kelas di gedung kuliah umum berlantai sepuluh itu terbuka. Namun, tidak dengan kelas GKU.03.10. Seorang pria bertubuh bongsor dengan kulit cokelat matang mulai mengetuk-ngetuk map merah yang ia pegang.
"Coba kau Nayla, jawab pertanyaan Bapak tadi!" ujar Pak Hakim seraya menunjuk Nayla, "Reinard! Kau diam saja!"
"A-anu, Pak ... jika nilai rata-rata siswa kurang dari 75 maka akan ditampilkan tulisan 'Anda Tidak Lulus'," jawab Nayla pelan.
"Nah, sekarang coba kamu run programnya terus masukan nilainya. Semester satu matematika 10, fisika 8, kimia -50, biologi 0, bahasa Indonesia 122 ...."
"Ta-tapi, Pak ...."
"... apa lagi?" tanya Pak Hakim.
"... a-anu ... range nilai rapot SMA, 'kan mulai dari 0 sampai 100," jawab Nayla.
"Nah, Tapi di program kau pun tak ada penyebutan range nilai tadi. Benar, 'kan? Jadi bagaimana coba?"
Nayla sejenak menggaruk-garuk pipinya. Kedua matanya tanpa sengaja melirik ke arah Reinard yang berdiri di sampingnya.
"Alamak, tak perlu kau saling pandang macam sineteron Turki. Coba langung kau praktekan saja," imbuh Pak Hakim seraya mengangkat tangan kanannya.
"Pa-paling, Pak sebelum proses input nilai, kita ngasih warning dulu," jawab Nayla terbata-bata.
"Nah, coba gimana?"
"I-iya paling gini, Pak ...." Dengan perlahan, Nayla membiarkan sepuluh jemarinya menari-nari di atas keyboard. Mana ya ... ah, ini, ketik printf ("Masukan nilai per semester antara 0-100");[1] tinggal compile dan .... Nayla terdiam memandang wajah Pak Hakim.
"Sudah?"
"Sudah, Pak."
Pak Hakim segera berdiri dan berjalan mendekati screen putih yang menjadi alas proyektor. "Jadi ... nanti sebelum user memasukan nilai mereka, program akan memberitahu range nilainya. Begitu?"
Nayla mengangguk mantap.
"Baik sekarang coba kamu, run nama siswa Ucok saja, jurusan IPA, lalu untuk nilai matematika 10, fisika 8, kimia -50 ...."
"Ta-tapi, 'kan Pak udah ada warning kalau range hanya 0-100," potong Nayla lagi.
"Bah, cobalah dulu ... ayo kau masukan saja nilainya! Terus, biologi 0, bahasa Indonesia 112, bahasa Inggirs 700. Semester duanya senua nilai 10.000 ... terus semester tiga 500 semua ... untuk semester empat dan lima semua nilai 100 ... nah coba. Hasilnya apa?"
"Lu-lulus, Pak."
"Lulus, 'kan? Tapi gak mungkin, 'kan kalau masukinnya sampe kaya tadi. Jadi gimana hayo?" tanya Pak Hakim seraya kembali duduk di barisan paling belakang.
Nayla menghela napas pelan. Kembali ia melirik rekan timnya yang tengah sibuk memejamkan mata. Sesekali Nayla menyapu dahinya yang dipenuhi dengan keringat dingin.
"Gimana? Bingung kau?"
"I-iya, Pak," jawab Nayla terbata-bata.
"Ada yang tahu caranya gimana?" tanya Pak
Hakim seraya berdiri. Namun, semua orang di dalam kelas hanya menggeleng pelan. "Bah, tak ada satu pun?"
Selang beberapa detik seorang pria berambut cepak yang duduk di belakang mengangkat tangannya.
"Hoo, kau, Maulana!"
"Setelah proses input nilai setiap mata pelajarannya, gunakan fungsi if untuk membandingkan apakah nilainya sesuai dengan range. Misal saya pake integer 'MTK1'. Nanti setelah user memasukan nilai untuk variable itu, program akan mengecek, 'Apakah nilai MTK1 lebih kecil dari 0?' Jika iya, tampilkan, 'Nilai anda kurang dari 0.'
"Tapi jika nilainya di atas 0, lanjut ke logika kedua. 'Apakah nilai MTK1 lebih dari 100?' Jika iya, tampilkan, 'Nilai anda lebih dari 100.' Tapi jika nilai berada di range 0-100, maka program melanjutkan proses input-an untuk variable FSK1, BIO1, dan yang lainnya," jelas si Cepak.
"Nah, itu bisa. Cuma nanti program akan lebih panjang. Gak mungkin, 'kan setiap penginputan kita tulis logika gitu. Jadi kalau mau di singkat gimana?"
"Pake looping, Pak ...." ujar Reinard pelan, "... mungkin."
"Nah, itu ... jadi program akan terus mengulangnya pembenaran range tadi, dan nanti ... program kau menggunakan looping, logika if, sama array kalau mau. Paham? Yasudah, copy folder program kau dalam bentuk .zip atau .rar. Terus paste di flashdisk warna merah, di luar saja," ujar Pak Hakim seraya berdiri. "Tinggal berapa kelompok lagi yang belom?"
"Satu, Pak," jawab si Cepak seraya mengangkat tangannya, "saya belum."
"Maulana, kau tentang apa?"
"Program untuk perhitungan SNMPNT[2], Pak."
"Bah, Paten kali kau. Gimana-gimana?" tanya Pak Hakim seraya berjalan mendekati si Cepak yang bernama Maulana.
"Sama seperti yang punya Reinard, Pak. Cuma bedanya, tuh peruntukan diterima atau tidaknya. Terus nanti setelah enam nilai mata pelajaran dimasukan, akan dihitung apakah siswa lulus di sesuai passing grade kampus PTN di Jawa Barat dan Jakarta. Tapi, untuk pengumuman di terima enggaknya, hanya akan diambil sepuluh besar siswa dari setiap kampusnya."
"Ada penyimpan data di file, 'kan?" tanya Pak Hakim seraya memejamkan kedua matanya.
"Ada, Pak. Tapi cuma sempet bikin untuk satu kampus aja."
"Bah, kenapa pula cuma satu?"
"A-anu, Pak ... mumet ngodingnya."
Pak Hakim yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak. "Ada-ada saja kau itu. Omong-omong kampus mana?"
"UNPAD, Pak. Itu, pun gak semua jurusan. Cuma sempet dua jurusan."
"Yaudah, gak papa. Nanti kau kirim filenya ke email Bapak, ya. Yang lain silahkan boleh keluar," ujar Pak Hakim seraya berjalan mendekati Reinard dan Nadya. "Sudah kau copy?"
"Sudah, Pak," jawab Reinard pelan.
"Sip, yasudah. Tolong flashdisk-nya ... a!... terima kasih, ya. Kau nanti, coba perbaiki lagi programnya, ya. Nanti kirim via email ke Bapak," ujar Pak Hakim lagi seraya menepuk pundak Reinard.
Sejenak, jantung Nayla berhenti secara tiba-tiba sesaat setelah mendengar perkataan tadi. Belum sempat ia berkomentar, tapi sosok Pak Hakim sudah berada di luar kelas. "Jadi kita ngedit lagi?" tanya Nayla histeris.
"Ya, kalau lo mau dapet nilai bagus ... revisi lagi."
"Anj ... aghhh!" teriak Nayla seraya mengacak-acak rambutnya, "males banget mau liburan masih aja revisi!"
"Udeh, ah lu ngeluh amat ... lagian tadi juga udah dikasih gambaran sama Bang Maul," jelas Reinard seraya mengambil tasnya.
"Lagian kenapa sih, Bang Maul gak mau sekelompok aja!" protes Nayla seraya memajukan bibirnya.
"Wajar kali, Bang Maul, 'kan harusnya semester 3. Cuma karena kecelakaan pas awal tahun 2016, dia akhirnya keluar. Terus, masuk lagi jadi maba[3] di jurusan yang sama. Karena itulah, Pak Hakim ngelarang dia satu kelompok buat tugas akhirnya," jelas Reinard pelan.
"Iye sih, gue juga sempet denger soal gosip dia yang ke masa depan pas komanya. Lo tahu soal itu?"
Reinard mengangguk pelan. "Iye, tahu ... pan dia juga ngebagiin ebook bukunya secara cuma-cuma di website," jelasnya seraya berjalan keluar kelas.
"Ebook? Kok gue baru tahu soal itu?"
"Iyeh, jadi Bang Maul 'tuh bikin buku soal kisah dia kecelakaan terus koma dan kebangun di masa depan. Judulnya kalau gak salah 'Pemuda Masa Depan'."
"Nerbitin sendiri?" tanya Nayla lagi.
"Indie maksud lo? Sebenarnya dia sempet ditawarin sama penerbit minor setahu gue. Cuma, entah kenapa malah free. Kurang tahu juga gue," jelas Reinard lagi, "lagian lewat resto AADC[4] aja, income dia udah hampir dua juta per bulannya."
"Ada Ayam Dekeut Campus? Emang yang punya si Bang Maul?"
"Dih ... dia nanam modal di sana. Terus dia juga bantuin promosiin AADC lewat LINE."
"Namanya harus banget 'Ada Ayam Dekeut Campus' ya? Kek emang ada Ayam Kampus aja."
"Ya, lumayan bisnis ayam di kampus ... halal lagi," ujar Reinard tertawa yang dibalas dengan pukulan Nayla di lengan atasnya. "Oh iya, besok lo ultah ya? Adain di sana aja, entar yang datang ayam semua," goda Reinard seraya menyenggol Nayla.
"Males banget bahas ultah."
"Bah, kenapa? Biasanya lo paling excited kalo ada yang ultah," telisik Reinard lagi.
"Berisik, lo, ah! Males gue!"
Reinard hanya terdiam dan mengangguk pelan. "Omong-omong, tadi yang nyokap lo telepon soal apa?"
"Cuma ngasih tahu mau ke Surabaya. Nenek gue masuk ICU. Udah," jawab Nayla singkat.
"Oh ... jadi ini penyebab lo badmood," celoteh Reinard seraya terkekeh pelan, "yaudahlah, toh cuma ulang tahun doang," imbuh Reinard lagi. Nayla yang mendengar itu, tiba-tiba berhenti sejenak sehingga tertinggal beberapa langkah dari Reinard.
"Cuma, lo bilang?" jawab Nayla singkat seraya berjalan mendekati Reinard. "Anjing!" Sepersekian detik kemudian, wanita itu berbalik dan berlari.
"Nay, Nay ...." Tanpa sadar, Reinard segera mengejar dan mencengkeram tangan Nayla. "Lo kenapa?"
"Lepasin!" Dengan sekuat tenaga, Nayla melepaskan genggaman tangan Reinard dan menatap wajah Reinard dalam-dalam. Sejenak, Reinard tergeming melihat kedua mata Nayla yang berkaca-kaca. "Lo gak ngerti apa-apa!"
"Bukan gak ngerti, tapi ... itu cuma ulang tahun. Lo gak perlu menyikapinya dengan kekanak-kanakan."
Nayla hanya menggertakan rahang giginya. Dengan tergesa-gesa, ia merogok saku tas ranselnya. Lalu, membantingkan sebuah benda ke lantai hingga menimbulkan suara yang amat keras. Reinard hanya tergeming dan memperhatikan benda yang dilempar oleh Nayla. Namun, matanya terbelalak kala menangkap sosok benda yang begitu ia kenali.
"Itu flashdisk gue, 'kan? Kenapa lo banting!" protes Reinard seraya menatap wanita di depannya dengan tatapan bingung.
"Itu cuma flashdisk," jawab Nayla singkat.
Reinard yang mendengar perkataan itu hany bisa terdiam. Mulutnya terkunci rapat, sedang kedua kakinya mengeras tak mampu mengejar Nayla yang pergi meninggalkannya.
Dalam isak tangis, Nayla berlari menuruni tangga degan tergesa-gesa. Tanpa di duga, saat hendak berputar, ia menabrak seorang pria bertubuh jangkung hingga membuatnya terjatuh. Nayla meringis pelan. Namun, dihiraukannya rasa sakit itu, dan segera berlari meninggalkan pria jangkung tadi.
Dengan masih menahan rasa sakit, si Pria Jangkung itu hanya berdiri dan membenarkan posisi earphone-nya. "Cinderella-nya udah ketemu."
***
Catatan :
[1] Bold text = adalah bahasa pemograman (di sini penulis menggunakan bahasa C).
[2] SNMPTN = Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri.
[3] AADC = Ada Ayam Dekeut Campus.
Dipublikasikan pertama kali:
18 Juli 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top