Chapter 28.0 - The Truth

"Udah solatnya?"

Dika mengangguk pelan.

"Yaudah, gue solat dulu," ujar Aldena lagi seraya berdiri, "itu ... screenshot-nya udah gue print."

"Iya," jawab Dika singkat.

"Dik! Gue sewa motor berapa?" tanya Azhar dari luar.

"Dua aja. Sewa 12 jam, jangan 24 jam. Full bensin, dan helm dua."

Azhar mengangguk dan segera pergi mengayuh sepedanya. Sementara itu, Dika terdiam memandang screenprint spectograph dari lagu berformat .wav itu.

"Gue denger lo pinjem helm dua?" tanya Aldena sesaat setelah ia keluar dari kamar mandi.

"Iya, satu lagi ada."

"Oh," ujar Aldena singkat. Kemudian ia melangkah keluar meninggalkan Dika sendirian.

Lalu, ekor matanya kembali terpatri di kertas screenprint. Sebuah tulisan "Texas - Benhil", gambar berbentuk "kardus" dan "lolipop" terlihat jelas di sana.

Samar-samar, ia teringat ketika Aldena berseru beberapa saat sebelumnya.

"Di-Dik! Cepet!"

Dengan cepat, Dika maupun Azhar berlari dan berdiri di samping Aldena. Tanpa diminta, kedua matanya menangkap satu huruf di layar laptop Azhar.

"Itu huruf ... 'T', 'kan?" tanya Aldena lagi.

Azhar mengangguk. "Kayanya kita bener soal."

Dika mengangguk pelan. "'T' di sana berarti dari kata Texas, ya ... Zar, siapin printer-nya! Abis itu lo solat duluan, dan sewa motor buat kita ke kantor polisi. Aldena, lo beli DVD atau CD, burning file .wav, screenshot spectograph, dan aplikasi yang lo pake buat ... nge-spectograph tadi. Gue mau telepon dulu."

"Telepon siapa? Reinard?"

"Bukan, gue mau nanya sesuatu dulu," jawab Dika seraya melangkah pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Selama perjalanan, jempol kanannya bergerak dari bawah ke atas beberapa kali. Lalu, ditekannya kontak bertuliskan "AADC - Om" selama dua detik. Dengan tenang, Dika mendekatkan handphone-nya ke telinga kanannya.

"Assalamualaikum, Dik! Kunaon?" tanya si Botak dari seberang.

"Ah, gak papa, Om ... cuma ... mau nanya."

"Nanya ... soal si Reinard tadi?"

Dika terdiam selama beberapa detik. Dengan kasar, ia mengembuskan napas lewat mulutnya, dan mengangguk. "Iye, Om."

"Si Reinard emang asli diculik? Henteu hoax?"

"Iya, Om. Ini juga nunggu sampe jam sepuluh, baru lapor ke polisi."

"Naha ning?"

"Laporan orang hilang, 'kan nunggu 1x24 jam."

"Oh, heeuh nya. Harus nunggu 24 jam buat bikin laporan orang hilang."

"Tapi ... kalau bisa ngebongkar setidaknya kode yang ada, bisa langsung lapor."

"Kela ... kode? maksudnya?"

Dika menghela napas sejenak. Dengan singkat, padat, dan kronologi. Sesekali, terdengar perkataan dari seberang dengan nada tak percaya. Namun, Dika meyakinkan jika semua ini memang benar adanya.

"Tapi, Dik," ujar si Om pelan, "kalau dari cerita manéh emang berhubungan satu sama lain."

"Makanya, abdi mau pecahin dulu."

"Enya, bagus kalo gitu mah. Maneh jangan sok-sokan datang ke sana. Mending lapor aja."

Dika mengangguk pelan. "Terus, Om ... tahu Texas, gak?"

"Texas?"

"Iya ... Texas ... 'Texas'," ujar Dika dengan menekan kata "Texas" yang terakhir.

"Aduh, gak tahu itumah, soalnya urang gé gak pernah masuk ke dunia itu. Itu mah, semacam kode suatu tempat yang hanya diketahui anggota."

"Tadi juga sempet mikir gitu." Dika berdecak pelan.

"Tapi, Dik ... kalau yang kaya gini, Texas A dan Texas B bisa aja beda. Sama kaos kieu, ceuk maneh, Bali téh surga dunia. Tapi, ceuk urang surga dunia téh Lombok. Paham?"

Dika mengangguk paham. "Iya, Om."

"Énya atuh syukur kalo paham mah."

"Yaudah ya Om ... mau solat dulu."

"Oh, énya Dik hati-hatinya."

"Assalamualaikum."

Sesaat setelah mendengar jawaban salam, Dika langsung menutup panggilannya. Lalu, ia kembali melangkah masuk ke dalam kamar.

"Dik, kata kedua yang disebutin Reinard kayanya bukan band hill, bravo-alpha-november-delta space hotel-indian-double lima," ujar Aldena seraya melafalkan satu-persatu huruf dengan NATO Alphabetic.

"Terus?"

"Bravo-echo-november-hotel-indian-lima."

"B ... benhil?"

Aldena mengangguk. "Sekias band hill dan benhil emang mirip, 'kan?"

Dika mengangguk setuju. "Lo print ya kalau udah selessi, gue mau solat dulu," pinta Dika pelan.

"Oke!"

Dibuka kedua matanya secara perlahan. Bersamaan dengan itu, jiwanya yang sempat berenang di lautan ingatan kembali terjaga. Dipandangnya kertas screenshot tadi dengan tatapan kosong.

Jadi Reinard nangkepnya Band Hill, tapi yang bener benhil. Terus apa arti Texas, Benhil, kardus, dan lolipopnya, batin Dika pelan.

Dalam penasaran, Dika mengetik kata "benhil" di mesin pencarian google. Tidak sampai dua detik, kedua matanya terbelalak melihat hasil yang muncul.

"Dik!"

Dika menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Aldena tengah berdiri dan berjalan menghampirinya. "Ngapain?"

Dika melirik ke arah layar laptop. "Hal sesimpel ini, dengan cara yang begitu rumit."

Aldena hanya bisa mengangguk. "Setidaknya tugas kita selesai, langkah selanjutnya, kita cuma perlu lapor ke kepolisian."

Dika mengangguk. Tidak lama terdengar sebuah mesin yang mendengung, lalu berhenti. Lalu, ekor mata Dika menangkap CD Rooms yang keluar dari tempatnya.

"Burning udah selesai."

"Dik! Motor nanti sampe sepuluh menit lagi dianter!" ujar Azhar lagi.

Dika mengangguk. "Kode pun udah selesai."

Azhar terdiam kebingungan. "Maksudnya?"

Dika dan Aldena hanya tersenyum. "Sekarang ... gue hanya perlu ...."

Handphone Dika kembali bergetar. Dengan tenang, Dika mengambil dan tersenyum. "Assalamualaikum Om ... kenapa?"

"Reinard suruh telepon balik."

Seketika, senyum yang sempat terpancar di wajah Dika menghilang. "Oke!" Dengan terburu-buru, Dika langsung menutup panggilan tersebut

"Kenapa Dik?" tanya Azhar

"Zar hape blackberry gue, siap record! Gue mau telepon si Reinard!"

"Eh? Bukannya nanti jam delapan ya ...."

"Dia telepon duluan ke AADC! Suruh telepon balik!" jelas Dika yang memotong perkataan Aldena.

"Recording, siap!" ujar Azhar.

Dika mengangguk dan menekan tombol hijau di layar datarnya. Lalu, ditekan tombol speaker yang muncul, sehingga terdengar satu nada yang konstan di kamar itu. Diletakan telunjuk kirinya di bibir, seraya memandang kedua sahabatnya secara bergantian.

"Halo Bang Maul ...."

Dika terbelalak mendengar suara itu.

***

Dipublikasikan pertama kali
22 Agustus 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top