Whoever He Is // Reece Bibby
Sudah terhitung satu tahun sejak kita berpisah. Beberapa bulan lalu aku bahkan mendapatkan kabar dari Blake bahwa kau sudah mendapatkan kekasih baru. Saat aku mengecek Instagram, benar saja, kau mengunggah foto dengan kekasih terbarumu. Lenganmu yang dulu melingkar pada perutku kini melingkar pada perut laki-laki lain. Senyummu begitu lebar membuatku teringat tentang hari-hari yang dulu pernah kita jalani. Kau dulu pernah tersenyum seperti itu denganku.
Entah kenapa, tak peduli sudah berapa lama kita sepakat untuk mengakhiri hubungan, aku masih belum menerima kenyataannya. Aku masih tak bisa melupakanmu. Aku masih terbayang oleh setiap memori yang kita buat bersama.
Duduk bersama George dengan sebuah pohon natal berada tak jauh dari kami, aku tiba-tiba teringat akan kejadian setahun lalu.
Setahun lalu aku masih datang ke rumahmu untuk merayakan natal bersama, kau bahkan memberikanku sebuah kado yakni beberapa kaus dan celana baru. Bukan hadiah yang sangat spesial memang, tapi apapun yang datang darimu terasa spesial bagiku.
Setahun lalu, kau menarikku ke bawah mistletoe dan menciumku seketika itu juga.
Aku menarik napas.
Aku tidak seharusnya mengingat semua itu. Rasanya begitu menyakitkan bahwa tahun ini kita tidak akan memiliki pengalaman natal yang sama seperti tahun lalu, kau tak lagi di pelukanku, dan aku tak lagi menciummu kecuali di mimpiku.
"Kau baik-baik saja, Reece?" George bertanya.
Aku mengangguk dan tersenyum, tidak ingin terlihat jelas bahwa aku sangatlah menyedihkan.
"Ayo kita pergi!" Blake berkata ketika akhirnya keluar dari kamarnya dengan kaus yang berubah dari terakhir yang aku lihat.
"Kau sudah membawa semua barang yang kau butuhkan?" George bertanya, "dompet? Ponsel?"
Blake mengangguk. "Sudah."
"Yakin?" George bertanya sekali lagi. Aku tertawa, seketika lupa mengenaimu akibat dua sahabat bodohku ini.
"Aku sudah mengeceknya sepuluh kali, oke? Ayo kita pergi, kau sendiri yang bilang Uber sudah datang."
George mengangguk. Kami pun segera keluar dari rumah Blake dan memasuki mobil Uber yang telah menunggu sejak lima menit terakhir. Aku mengatakan pada sang sopir betapa maafnya kami telah membuatnya menunggu. Sopir itu berkata bahwa dia tidak keberatan dan membawa mobil pergi dari depan rumah Blake.
Kami pergi ke mall hari ini, mencoba untuk belanja kado natal. Sesampainya di mall tujuan kami, kami merangkak keluar mobil dan memasuki bangunan megah itu.
Seperti yang sudah kuduga, mall sangatlah ramai dengan banyak orang yang berusaha membeli kado natal.
"Sudah kubilang kita seharusnya membeli kado sejak akhir bulan Oktober lalu," aku bisa mendengar George mulai mengomel mengenai Blake dan aku yang tak menuruti permintaannya untuk membeli kado natal sejak lama.
Aku tak menghiraukannya, dan kupikir Blake pun melakukan hal yang sama. Tak ada gunanya menyesali keputusan yang tak diambil.
Kami terus berjalan, melewati lautan manusia yang hampir membuatku sesak. Saat aku sedang berjalan di belakang dua anak kecil yang sedang membicarakan YouTubers kesukaan mereka, mataku yang berkeliling ke seluruh penjuru tempat seketika menemukan sosokmu.
Kau ada di sana.
Tak jauh dariku.
Dengan seorang laki-laki yang merangkulmu.
Dia terlihat berkata sesuatu padamu dan kau tertawa keras. Aku bisa mendengar tawamu walau kenyataannya suara tawamu itu tak sampai di indera pendengaranku akibat mall yang sangat bising.
Laki-laki itu menurunkan kepalanya dan tiba-tiba mencium bibirmu membuat dadaku seketika terasa sesak. Aku bisa melihat kau kembali tertawa ketika laki-laki itu akhirnya melepas ciumannya.
"Hey kau baik-baik saja?" Mendengar suara Blake, aku mengangkat kepala.
Senyum kecutku terkembang. "Yeah, ayo kita harus cepat-cepat."
Kami kembali melanjutkan perjalan kami. Sepanjang waktu, otakku terus menerus mengulang segala hal yang kulihat tadi.
Kau begitu bahagia.
Mungkin kau memang pantas bersamanya--siapapun dia--dan aku bahagia untukmu walaupun mungkin hatiku tak merasakan hal yang sama.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top